Pesanan Paling Jauh (Part 5)

29 2 0
                                    

Seorang pria paruh baya dengan jenggot tebal mendatangi kami. Tatapannya teduh. Sepertinya ia seorang kyai dalam pengajian ini. Pria itu mengambil posisi duduk bersila di depan kami.

"Nak Gendis, habis dari mana?" tanya beliau dengan suara pelan.

"Saya habis mengantar pesanan kue, ustad" jawabku sambil menyeka air mata.

"Nak Gendis masih ingat ini hari apa?" Tanyanya lagi. Aku berusaha mengingat-ingat. Kalau tidak salah...

"Hari kamis, ustad" jawabku agak tidak yakin.

"Masih ingat tanggal dan bulannya?"

"Emmm... Tanggal 8 Januari 2021, ustad"

Seluruh hadirin yang menyaksikan di ruang tengah langsung ricuh. Mereka saling berbisik sambil memandang ke arahku sambil menggeleng-gelengkan kepala. Aku agak tidak suka dengan situasi ini.

"Sebenarnya ada apa, ustad? Kenapa ada bendera kematian di depan rumah?"

Seorang perempuan menyodorkan segelas teh untuk pak ustad. Mengingatkanku pada teh yang belum sempat ku minum di villa tadi. Pak ustad terlihat membaca beberapa ayat lalu memyodorkan teh itu kepadaku. Kebetulan, aku juga sedang haus.

"HUWEKKKK !!!!" Aku langsung menyemburkan teh itu hingga mengenai pak ustad. Teh apa ini? Rasanya pahit sekali melebihi jamu brotowali! Bahkan meludah beberapa kali pun tak dapat menghilangkan rasa pahit ini.

"Alhamdulillah, sudah dimuntahkan semua" kata ustad itu membuatku heran. "Nak, asal kamu tau, hari ini adalah hari kamis. Tapi sudah tanggal 15 januari 2021"

Hah? Sudah lewat seminggu. Ngajak bercanda nih si ustad.

"Seminggu yang lalu, kamu dinyatakan hilang tepat setelah kamu berpamitan pada ibumu untuk pergi mengantar pesanan kue. Kamu tidak juga kembali hingga esok harinya. Ibumu sudah melaporkan kehilangan pada pihak kepolisian, tapi hasilnya nihil."

"Ta.. tapi, ustad, saya cuma pergi sebentar. Cuma mengantar kue, sholat maghrib, lalu pulang kesini. Saya bahkan tidak sempat meminum teh dan makan malam disana. Bagaimana mungkin saya hilang?" tanyaku heran.

"Jin sangat pandai menyesatkan manusia dengan tipu muslihatnya, nak. Bersyukur jika kamu tidak meminum atau memakan apapun yang ditawarkan oleh jin tersebut. Seandainya kamu makan dan minum milik mereka, mungkin saat ini kamu tidak akan kembali kesini."

The Baker (Life isn't always as sweet as a cake)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang