Kirim Lewat Do'a (part 2)

70 8 0
                                    

Setelah kukirim pesan itu, aku meletakkan hapeku diatas meja. Sepertinya aku akan kehilangan satu teman. Tapi bukankah yang namanya teman seharusnya men-support dengan memberi lebih dan bukannya meminta diskon?

Benar saja, tak lama notifikasi hapeku berbunyi terus menerus. Sepertinya Nindy tidak terima dengan jawabanku yang mengatainya mental pengemis. Mungkin kata-kataku terlalu pedas. Namun, jujur saja aku lelah menghadapi teman seperti itu. Sudah jarang berkomunikasi, sekalinya beli cuma satu, minta gratis ongkos kirim pula.

Dulu aku seringkali membaca kisah-kisah drama online shop dari salah satu akun instagram. Kisahnya sungguh menarik. Ada yang bikin gregetan, tapi juga ada yang mengharukan. Setelah aku memutuskan untuk membuka usaha sendiri, akhirnya aku mengalami hal-hal yang sama seperti yang tertulis di akun itu. Ada suka dan dukanya. Ada yang membuat hati meleleh, tapi banyak juga yang membuat geregetan. Salah satunya ya temanku si Nindy ini.

Dari akun itu pula aku belajar bagaimana cara menjadi seorang penjual yang tegas agar tidak diperlakukan seenaknya oleh pelanggan. Sebab slogan “pembeli adalah raja” sudah basi. Lagipula, kalau pembeli adalah raja, untuk apa kita melayani raja yang pelit? Mending pindah kewarganegaraan saja sekalian!

Mengenai penyebab mengapa akhirnya aku terjun membuka bisnis kue, sebenarnya ini cerita yang amat klasik. Selepas lulus kuliah aku diterima bekerja di sebuah perusahaan dengan status pegawai kontrak. Lepas tiga tahun masa kontrak, seharusnya aku diangkat menjadi pegawai tetap sesuai ketentuan undang-undang ketenagakerjaan. Namun sayangnya, covid-19 datang menyerang dan kantor dengan sangat mudah menggunakannya sebagai alasan untuk memberhentikanku.

Di tengah keterpurukanku yang tak punya uang untuk melanjutkan hidup karena malu minta pada orang tua, akhirnya aku memutuskan untuk mencoba peruntungan berjualan kue. Karena keterbatasan modal untuk menyewa tempat usaha, aku memutuskan untuk menjualnya secara online saja. Jika ada uang berlebih, mungkin suatu saat nanti aku akan membuka toko kue. Tapi ternyata setelah menjalani pekerjaan ini selama kurang lebih delapan bulan, rupanya aku masih belum sanggup untuk membuka toko offline. Pesanan online saja sering membuatku kewalahan, apalagi jika membuka toko yang harus ready stock. Sepertinya aku harus memperkerjakan karyawan.

The Baker (Life isn't always as sweet as a cake)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang