Coklat Untuk Tita (Part 2)

51 4 0
                                    

“Anakmu, Ta?” tanyaku

“Iya. Bayu, namanya. Umur tiga tahun. Selalu ngabsen kalo jam sembilan malem mamanya belom pulang.”

“Ya ampun, Ta. Anakmu so sweet banget, sih.”

“Kamu belom ketemu anakku ya, Ndis? Hari minggu aku off. Main donk ke rumahku. Masih sama kok kayak yang dulu. Aku masih tinggal sama ibuku.”

“Okey, siap! Minggu jam sepuluh pagi aku meluncur ke rumahmu.”

“Oh iya, Ndis, kamu masih ada stock dessert box coklat nggak? Kalo ada aku mau beli satu donk buat anakku.”

“Oh, ada. Tunggu bentar, yah, aku ambilin!” aku segera masuk dan membawaka dua kotak dessert box doble choco untuk Tita. “Nih buat anakmu. Gratis!”

“Iih, jangan gratisan gitu ah. Teman ya teman. Bisnis ya bisnis. Aku bayar, Ndis!” Tita menolak pemberianku. Sungguh dia sahabat yang baik. Buktinya dia mau membayar, tidak seperti kawanku yang minta bonus.

“Iih, apaan sih, Ta. Kita kan lama ngga ketemu. Udah bawa aja buat anakmu. Dia suka coklat ya? Sama donk kayak kamu, pemakan coklat. Hihihi”

“Hmm iya deh, iya. Makasih ya. Jangan lupa besok hari minggu datang ke rumah.”

“Siap bos!”

“Yaudah aku cabut dulu, ya, Ndis. Anakku nungguin. Makasih kuenya!”

Aku melambaikan tangan ke arah Tita yang mulai menjauh. Tak kusangka akan bertemu dia saat sedang bekerja. Terlebih lagi dia jadi ojek online. Padahal dari foto-foto di instagram, tampaknya dia hidup berkecukupan dengan suaminya.

Tita adalah sahabat karibku saat SMA. Kami sebangku selama dua tahun terakhir. Hampir setiap hari sepulang sekolah, dia main dulu ke rumahku. Makan siang di rumah, mengerjakan PR, juga nonton film di laptop. Ibunya tidak pernah melarang, karena ibuku juga mengenal ibunya.

Ketika aku kuliah, Tita juga kuliah di kampus yang berbeda. Sejak itu kami jarang bertemu, karena aku sibuk dengan kegiatan seni dan dia sibuk dengan segala tugas praktiknya. Dia kuliah D3 di jurusan administrasi. Lulus kuliah dia langsung menikah dan jadi ibu rumah tangga.

Sayangnya kesibukanku membuatku berhalangan datang ke pernikahannya. Juga tak sempat menjenguk saat ia melahirkan. Aku hanya tau lewat media sosialnya. Tapi hari minggu ini aku akan bertamu ke rumahnya. Banyak kisah yang sepertinya akan kami tumpahkan.

The Baker (Life isn't always as sweet as a cake)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang