Tart Rasa Oppa (Part 2)

37 4 0
                                    

“Maaf, kak, saya hanya melayani pesanan dalam kota. Tidak melayani pesanan keluar planet.” Jawabku agak sedikit judes menanggapi si nomor asing.

“Hahaha. Kamu masih judes sama orang asing, ya? Kayaknya masih tetep jomblo nih kalo judes kayak gini”

Iiiih! Apa-apaan sih orang ini! Suka bener deh kalo nebak!

“Oh, jadi alien sekarang udah ada yang berprofesi jadi dukun juga, ya? Demen amat nebak-nebak nasib orang!” tulisku lagi.

“Wah, beneran masih jomblo ternyata. Makanya, kurang-kurangin judesnya ya, Gendis. Biar tetep manis kayak kuemu. Aku mau pesen satu buat tanggal 25 besok. Bisa?”

Tanggal 25 sekitar tiga hari lagi. Aku melihat papan tempatku mencatat seluruh pesanan. Hanya ada dua pesanan kue hari itu. Oke, aku masukkan saja dalam daftar. Eh tunggu, tadi dia bilang siapa namanya? Delonix?

“Oke kak Delon, tanggal 25 mau pesan kue apa? Diantar kemana?” tanyaku

“Hah? Delon? Delon siapa?” jawab nomor asing itu cepat

“Lah tadi katanya namanya Delonix. Gimana sih ni alien dukun?”

“Hahaha. Ya ampun ni anak masih belom sadar. Gih buru googling nama Delonix Regia apaan!”

Permintaan yang cukup aneh. Aku segera membuka mbah google dan mengetikkan nama itu di kolom pencarian. Dan hasilnya membuatku ternganga hingga hapeku terjatuh membentur lantai.

Dia... Flamboyan!

Ting! Ting! Ting!

Notifikasi hapeku terus berbunyi. Tapi aku tidak mau membukanya. Tanganku langsung basah berkeringat dingin. Empat tahun sudah ia pergi, kenapa sekarang kembali lagi? Pake pesan kue segala. Kalau begini kan aku jadi susah menolaknya! Sebagai tukang kue setengah profesional, pantang bagiku menolak pesanan pelanggan. Kecuali pelanggan yang suka minta diskon, bonus atau gratis ongkos kirim.

Aku meninggalkan hapeku di meja dan melanjutkan pembuatan kue selanjutnya. Sengaja kusibukkan diri agar lupa dengan pesan dari si Flamboyan. Usai seluruh kue selesai, aku langsung mandi dan bersiap mengantar semua kue itu. Biasanya aku mengirimkan pesanan lewat ojek online. Tapi kali ini baiknya aku sendiri saja yang mengantar. Supaya aku lupa dengan pesan di whatsapp itu.

The Baker (Life isn't always as sweet as a cake)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang