Pesanan Paling Jauh (Part 6)

36 2 0
                                    

"Jadi maksud ustad, saya diculik jin?" tanyaku tergagap.

"Waktu maghrib adalah waktu dimana batas dimensi terbuka. Itu sebabnya ketika maghrib dianjurkan untuk kita berdiam diri di rumah, melaksanakan sholat dan mengaji hingga tiba saat isya. Apakah nak Gendis masih berkendara saat adzan maghrib berkumandang?"

Aku mengangguk mengingat rumpun bambu yang kulewati tepat saat adzan maghrib berkumandang. Setelah itu hanya kesunyian yang datang padaku. Bahkan seranggapun diam tak bernyanyi. Jadi saat itu aku masuk ke dimensi lain?

"Waktu di dunia kita dan dunia mereka berbeda, nak. Singkat di dunia mereka akan terasa lama di dunia kita. Mungkin bagi nak Gendis, perjalanan tadi hanya memakan waktu setengah jam. Tapi di dunia kita, ini sudah seminggu"

"Betul, Nduk..." kini ibuku angkat suara. "Ibuk hancur ketika kamu tidak pulang. Polisi bilang akan mencari. Tapi hasilnya nihil. Disitu ibu lalu mendapat saran dari orang-orang untuk mengadakan tahlilan untukmu. Untuk kepulanganmu. Jika kamu tak bisa pulang ke rumah, paling tidak supaya dilancarkan jalanmu kembali ke rumah Allah."

"Berarti, telfon masuk dari ibu saat itu..." tanyaku sedikit tercekat

"Ya, itu doa ibumu. Doa kami. Yang mengirim tahlil agar kamu pulang."

Mendengar penjelasan ibu dan ustad, aku menangis sejadinya. Aku, seorang pembuat kue biasa, harus melintasi dimensi ruang dan waktu hanya untuk mengantarkan kue untuk jin usil! Lalu harus bagaimana aku bisa membedakan mana pesanan dari manusia dan mana yang bukan?

Seolah bisa membaca pikiranku, ustad tersebut lalu berkata, "Nggak papa, nak Gendis. Dengan adanya kejadian ini, Insya Allah makin dilancarkan rejekimu. Karena kamu terbukti amanah, mengantarkan pesanan hingga ke lain dimensi. Dan juga tidak meninggalkan sholatmu. Cukuplah Allah sebagai satu-satunya penolong"

Rombongan jamaah satu per satu keluar dari rumah, menyebarkan kabar bahwa sang pembuat kue yang hilang akhirnya kembali pulang. Aku yakin, rumah kami akan tetap ramai untuk beberapa saat kedepan. Kejadian tukang kue yang mengantar pesanan ke lain dimensi pastilah mengundang rasa penasaran orang-orang. Tapi terlebih dahulu, saat ini aku ingin tidur. Tak lupa seperti kata ibu, sholat. Ini akan menjadi sholat isya pertamaku setelah seminggu lamanya aku tidak sholat karena pindah dimensi.

The Baker (Life isn't always as sweet as a cake)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang