#18. Kelak Jangan Seperti Ibu, Nak

670 91 14
                                    

Benar-benar buruk. Semua tidak seperti yang Renjun kira. Sebenarnya dia sudah mewanti-wantinya, namun mereka terlihat sangat dapat dipercaya. Sakit hati kali ini benar-benar sudah tidak dapat ditahan, terlebih dengan tertatih serta lebam Renjun harus menyeret salah satu kakinya yang terluka. Mereka benar-benar membuat Renjun babak belur. Hingga kini Renjun masih bingung, sebenarnya apa salah Renjun hingga mereka melakukan semua ini?

Peluh yang menetes tidak lagi dihiraukannya. Goresan panjang di beberapa bagian tubuhnya Renjun usahakan abai. Surai sehitam arangnya benar-benar telah berantakan, terpotong tidak rata dan berbau busuk. Pakaian yang kumal menjadikan Renjun terlihat seperti gelandangan yang tengah berjalan tidak tentu arah.

Rasa nyeri diperut yang kian membesar memang menyakitkan, namun seolah rasa sakit jiwanya lebih mendalam, Renjun abaikan. Malam ini bintang tidak terlihat, padahal Renjun harap dia dapat meminta kepada bintang agar kelak dirinya diberikan kekuatan lebih menghadapi semua cobaan yang diberikan.

Tangan kirinya tak henti mengusap perut berisikan janin lima bulan lewat sepuluh hari. Berat rasanya membawa janin yang sudah membesar dengan tubuh penuh luka. Keheningan yang tercipta di jalan setapak yang Renjun lalui mengingatkannya dengan perkataan pria besar yang sialnya benar. Sesaat Renjun menyesali keputusannya setengah hari lalu, juga menyesali mengapa Jaehyun tidak menahannya lebih kuat lagi agar Renjun tidak benar-benar pergi. Tak terhitung banyaknya butir air mata yang menetes, isakan yang tertahan, jiwa yang memberontak menahan segala amarah yang tak terealisasikan, serta roh manusianya yang telah muak karena lemahnya tubuh menghadapi sekitar.

Tangan lemahnya-ini bukanlah hiperbola semata-merogoh tas dan mengambil sebuah kunci di dalamnya. Membuka pintu rumah yang beberapa bulan tak ditinggalinya. Hawa dingin diterimanya, rumah yang banyak kenangan kini terlihat hampa tanpa seorang pun mengisinya selama beberapa bulan. Lagi, air mata menetes ketika beberapa saat tidak.

Membuka pintu lebih lebar, lalu menutupnya dan tak lupa mengunci. Lampu dinyalakan, kaki jenjangnya melangkah memasuki rumah lebih dalam lagi. Semua tata letak barang masih sama, bahkan seperti sebelum kedua orang terkasihnya meninggalkan dunia. Renjun memang tidak memindahkan barang seinci pun, dia tetap membiarkannya dan merawat. Kakinya melangkah ke arah sofa tua yang Renjun yakin sudah berdebu-mengingat telah berbulan-bulan dia meninggalkan rumah. Terduduk dengan lemas, Renjun merebahkan diri di sofa-berusaha senyaman mungkin. Matanya terpejam, namun baru beberapa menit merilekskan dirinya, nyeri di perut kembali menyerang. Kali ini nyerinya berbeda dengan ketika dia di perjalanan. Nyeri kali ini begitu menyakitkan, ditambah rasa pusing yang sekonyong-konyong datang. Renjun semakin lemas, tanpa diduga gelap menyelimuti. Renjun pingsan di sofa, dengan salah satu tangannya mencengkeram lemah sofa, sedang yang lainnya berada di atas perutnya.

//

Perempuan itu terbangun ketika waktu tepat menunjukkan pukul sebelas pagi. Sinar mentari yang menyorot dari ventilasi mengusik tidur Renjun-atau pula dapat dikatakan pingsan berkepanjangan tanpa disadari olehnya tergantikan tidur yang cukup nyenyak. Setidaknya hal itu mampu membuat energinya terisi sekian persen setelah hari yang melelahkan kemarin. Ketika hendak bangkit dari posisinya yang menyandar di sofa, nyeri di perut bagian bawah dia rasakan, juga punggung yang pegalnya bukan main penaka tulang akan patah jika ada pergerakan barang seinci.

Sesaat Renjun terdiam. Menatap kosong gorden yang masih tertutup rapat. Ia melupakan fakta bahwa dirinya tidak lagi tinggal di apartemen milik Jaehyun, karena kini dia kembali dengan kisah yang berbeda. Kembali ke kediaman lamanya dan siap mengulang hari dan lembaran baru. Kala ketika pertama kali-Renjun mengingat telah berpuluh tahun, mungkin sekitar umurnya enam tahunan dirinya menginjakkan kaki untuk pertama kali di rumahnya itu. Rumah yang dibeli sang ayah dengan gaji yang tak seberapa, yang terus dikumpulkan demi dapat membelinya. Kala itu Renjun sangat senang, pun kedua orang tuanya. Namun kini tampak berbeda, ketika kemarin ia untuk pertama kalinya kembali menginjakkan kaki di sana, dengan kondisi berbeda, Renjun tak kuasa untuk tidak menertawakan hidupnya. Dengan usia kandungan yang semakin besar, bagaikan mimpi buruk-jika saja dia tidak berpikiran dewasa, karena bagaimanapun janin yang mulai terbentuk itu tidaklah mengerti apa-apa.

Renjun akan kembali menghabiskan sisa hidupnya bersama anak yang tengah dikandungnya-atau mungkin, sekiranya hingga bayi itu lahir dan tumbuh besar hingga mampu mengurus dirinya sendiri.

Tidak ada lagi yang Renjun percaya, baik Haechan, Jeno, maupun Jaehyun sekali pun. Mereka sudah Renjun hilangkan jauh-jauh dari pemikirannya-meskipun belum seutuhnya terhapus memori kenangan buruk dan senang mengenai mereka.

Fragmen kesenangan... haruskah Renjun jelaskan seberapa bahagianya kala itu? Tidak, dia rasa itu bukanlah hal yang baik, lagi pula kesenangan itu hanyalah sementara, karena setelahnya Renjun benar-benar menderita.

"Mama sayang kamu, jangan takut dengan dunia luar, ya, Nak. Kamu perempuan yang kuat, jangan seperti Mama yang terlampau takut dengan segala hal. Kamu tidak sendirian, karena sampai kapan pun Mama akan terus bersamamu. Jirra, kamu harus kuat, Mama janji tidak akan ada lagi kesakitan setelahnya."

Itulah perkataan terakhir Renjun, sembari mengusap perut yang membesarnya, dengan mata yang berlinang, perempuan itu menekatkan diri akan mengubah segalanya mulai saat ini. Setidaknya... sampai Jirra lahir.

Jirra, nama pemberian Jaehyun. Renjun tentu tidak setega itu menolak pemberian nama dari sosok ayah janin di kandungannya. Renjun tetap menghargai Jaehyun, meskipun sekalipun lelaki itu seakan tidak pernah menghargai Renjun. Entahlah lelaki atau perempuan, yang pasti jika benar perempuan, nama "Jirra"-lah telah disiapkan.

Pagi yang menjelang siang ini, Renjun mulai bergerak-meninggalkan semua kenangan lamanya, dan memulai segalanya dengan sendirinya. Di mulai dari membersihkan rumah, membuat sarapan ala kadarnya dari sisa beras dan mie yang ternyata masih tersimpan apik di lemari, setelahnya Renjun akan bergegas-bersiap untuk mencari pekerjaan. Ia harap orang akan tetap menerimanya, meski dia sendiri tidak yakin akan ada yang menyanggupi tawaran jasanya yang kini perempuan itu tengah hamil besar, dengan pendidikan yang bahkan belum sampai lulus SMA.

Namun setidaknya perempuan itu akan mencoba, persis seperti perjuangan pertamanya kala ditinggal kedua orang tercintanya, demi dirinya, juga demi calon anak yang tengah dikandungnya.

//

"Sebenarnya lo kenapa? Seharusnya lo sadar, yang lo lakuin itu salah. Bahkan dari awal gue sudah ngasih tahu, Jaehyun."

Pria yang bersangkutan tidak menanggapi. Jaehyun masih terdiam dalam lamunan, pikirannya berkeliaran entah ke mana. Secangkir kopi hitam pekat yang Jaehyun pesan ia abaikan, bahkan alunan serta suara merdu penyanyi jaz tak dihiraukannya. Suasana kafe yang menenangkan rupanya tidak demikian dengan suasana hati pria kepala dua itu-atau mungkin lebih ke pikirannya yang berkelana sampai mengabaikan segalany.

"Apa lo tetap mau seperti ini terus? Usia kandungan Renjun sudah lima bulan, dan lo-"

"Bisa gak lo gak usah sok peduli, gue juga pusing, Luke!"

Luke berdengus mendengarnya. Ia tidak memusingkan perkataannya yang belum usai, hanya saja dia terlalu lelah menghadapi sepupu tololnya yang tanpa rasa sedikit pun mengusir Renjun dari kediamannya, dan berkata akan benar-benar lepas tangan akan semuanya-di saat pria itu telah mengacaukan semuanya. BENAR-BENAR SEMUANYA, semua yang terjadi di dalam kehidupan perempuan itu, di kehidupan Renjun.

"I swear to God, you're real bastard, Gree!"

"Ya, dan lo juga sama saja, Luke." Karena Luke pun sama-sama terlibat akan semuanya.

-To Be Continued-

*tok tok tok*
Udah siap ngeliat poin of Jaehyun, Haechan & Jeno, Keoun/Lami/Hina, Taeyong & Jaemin, serta Lucas??

IYA MAAF LAMA HUHUHUHUUU ㅠㅠ

Monster Pembimbing ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang