#28. Pergi Menjauh dari si Berengsek

475 62 0
                                    

Kala usianya menginjak sebelas, kedua orang tuanya meninggal. Bukan, maksudnya kedua orang tua Jaehyun, dan ayahnya. Tidak melupakan fakta bahwa wanita yang selalu berada di sisi ayahnya merupakan ibu tiri bagi Taeyong, bukan?

Sejak usianya lima tahun, Taeyong tidak pernah lagi merasakan kasih sayang sosok ibu. Sebelumnya memang Taeyong tidak ingat pasti bagaimana rupa dan bentuk kasih sayang yang ibunya berikan, namun satu yang pasti, sosok ibu tiri tidaklah ia sukai. Perangainya yang begitu dingin, dengan tatapan tajam yang menghunus dada ketika melihatnya selalu membuat Taeyong kecil takut. Taeyong akui ibu tirinya cantik, baik, dan memiliki senyum yang indah, namun lagi-lagi disayangkan itu semua tidak diberikan kepadanya. Ibu tirinya akan berbeda saat memandangnya, tidak ada pandangan memuja dan keibuan seperti wanita itu memandang Jaehyun karena yang ada hanyalah tatapan sinis yang dilayangkan untuknya.

Taeyong kecil tidak mengerti, namun ia cukup paham tatapan tidak suka ibu tirinya.

Sial bagi hidupnya, ayah yang ia harap akan menyayanginnya seperti yang sering ia lihat ketika teman-teman sekolah dijemput oleh sosok kepala rumah tangga, atau ketika ia pergi bermain ke taman dan melihat anak seumurannya tengah bermain sepeda bersama sosok ayah, atau pula ketika ia di rumah melihat Jaehyun yang tengah bersanda gurau bersama sosok ayah yang juga merupakan ayahnya, nyatanya tidaklah sebahagia itu.

Kurang lebih, sikap pria yang menyandang gelar "ayah" untuk Taeyong pula tidaklah lebih baik dari ibu tirinya. Memang iya pria itu memberikan segalanya untuk Taeyong, tetapi Taeyong tidak pernah sekalipun merasakan bentuk kasih sayang.

Ia terlahir tidak sesuai harapan, hidupnya pun demikian.

Kepergian kedua orang tuanya—yang bahkan tidak pernah ia rasakan seperti orang tua—kembali kehadapan Tuhan, tidak memungkiri sepercik rasa senang hinggap di dada. Taeyong tidak jahat, namun keadaanlah yang membuatnya demikian.

Hari kian berlalu, umur kedua remaja itu pun kian bertambah. Tinggal di rumah yang sama, tapi seakan di dunia yang berbeda. Sibuk dengan dunia masing-masing, mereka benar-benar tidak terlihat seperti seorang kakak-beradik. Taeyong yang ambisius, berbeda dengan Jaehyun yang urakan. Taeyong yang selalu mendapat juara di sekolah, berbeda dengan Jaehyun yang selalu mendapatkan masalah. Taeyong yang tidak memiliki teman, berbeda dengan Jaehyun yang memiliki sejuta kawan.

Taeyong sering termenung di balik jendela kamarnya. Berpikir, mengapa semua orang seakan tidak menyukainya? Tidak ada yang peduli dengannya, tidak ada yang menganggapnya ada.

Mungkin benar sekolah sangat membanggakannya karena prestasi yang dimilikinya, namun yang Taeyong tahu itu hanyalah kepentingan sekolah untuk menaikkan reputasi. Taeyong tahu betul, tidak ada seorang pun yang benar-benar menganggapnya spesial.

Di dunia fana ini, Taeyong sendirian. Ia begitu kesepian hingga seseorang datang di waktu tak terduga, hadir di hidupnya.

Seorang perempuan yang merubah dunianya. Merubah kelabu menjadi kuning menderang. Merubah rasa kesepiannya menjadi rasa bahagia. Merubah hidupnya yang seakan tidak berarti menjadikannya memiliki alasan untuk bertahan.

Sosok perempuan, yang kehadirannya hanya sesaat sebelum saudaranya, Jaehyun, merebut paksa kebahagiannya.

Jaehyun jatuh hati terhadap pujaan hatinya, menjadikan pria itu tamak. Jaehyun telah memiliki segalanya, dan lelaki itu juga hendak mengambil sosok yang berarti bagi Taeyong. Merebut sosok itu, namun tanpa diduga di saat perebutan sengit kedua saudara beda ibu itu, Tuhan-lah yang lebih dahulu merebutnya. Kecelakaan yang tidak diduga-duga merenggut nyawa perempuan yang Taeyong cinta.

Satu janji Taeyong selepas kejadian itu, ia akan membuat Jaehyun tidak lagi dapat merasakan kebahagiaan akan cinta. Ia akan menghancurkan harapan lelaki itu akan sebuah hubungan.

Monster Pembimbing ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang