#23. Kenaikan Kelas

445 66 1
                                    

Tidak terasa, sudah berbulan-bulan perempuan keturunan Jerman menempuh pendidikan sekolah menengah atas. Hubungan pertemanannya dengan siswa ataupun siswi lain sejauh ini berjalan lancar, belum lagi kedekatan dirinya dengan Jeno serta Renjun yang kini sudah ia anggap sebagai sahabat. Haechan sangat menyayangi keduanya, meskipun banyak siswi menyayangkan karena Haechan mau-maunya bermain dengan orang seperti Renjun. Perempuan gemuk, kutu buku, dan pastinya culun. Sangat kontras dengan Haechan si cewek cantik yang memiliki tubuh proposional; tidak terlalu kurus, juga tidak gemuk. Belum lagi anak itu selalu tampil modis, dengan riasan ringan di wajah ayunya, Haechan merupakan definisi perempuan ideal idaman kaum Adam. Sedang untuk Jeno sendiri; cowok berahang tegas dengan wajah agak ke barat-baratan, siapa sih yang mampu menolak pesonanya? Belum lagi pemuda itu pandai di bidang pencak silat, otot lengannya saja mampu membuat para siswi menjerit ketika pelajaran olahraga berlangsung yang memang baju olahraga di sekolahnya tidaklah panjang. Sangat kontras bukan dengan Renjun yang terlihat ... bukan levelan kedua orang tersebut; Haechan dan Jeno?

Kendati demikian, Haechan bukanlah anak yang pemilih. Jika ia rasa orang itu baik untuknya, dan dirinya juga nyaman berteman dengannya, lalu apa salahnya jika ia dekat dengannya? Menjalin hubungan bernama "persahabatan", selagi ia sudah matang mengetahui bahwa orang itu tepat. Haechan memang memiliki banyak teman, tapi bukan berarti mereka semua sahabatnya, 'kan? Teman dan sahabat ialah dua hal yang berbeda. Banyak yang mengatakan; 1000 teman ialah yang datang saat kita senang, sedang satu sahabat datang saat duka maupun gembira. Agaknya pepatah itu dapat dikatakan benar adanya, karena sepanjang hidupnya ini, Haechan tidak benar-benar memiliki seseorang yang ia anggap sebagai "sahabat" dan seseorang yang menganggapnya "berarti" dalam artian ikatan "persahabatan". Cukup bersyukur, Haechan dipertemukan Renjun, si anak ceria di balik kacamata serta penampilan yang kurang modisnya, juga Jeno si cowok cepat tanggap saat sahabatnya membutuhkan. Mungkin mereka yang mengatakan Renjun tidaklah pantas bergabung dengan dua orang itu, ialah sosok "teman" yang eksistensinya tidaklah begitu Haechan hiraukan.

Masa penyesuaian diri dengan lingkungan sekolah serta pembelajaran sudah akan berakhir. Tepatnya hari senin nanti mereka akan menerima hasil pembagian rapor semester akhir di kelas sepuluh, juga pemberitahuan kenaikan kelas juga siswa berprestasi. Tidak dapat menampik, Haechan cukup gugup mengingat dirinya tidaklah begitu pandai di bidang kimia dan biologi. Harap cemas ketika hari senin tiba kedua orang tuanya datang ke sekolah untuk mengambil rapor dan melihat nilainya, Haechan merapalkan doa kepada Tuhan agar nilai yang tertera di rapornya tidaklah di bawah B, tetapi yang pasti ia mengharapkan keseluruhan mendapatkan A, mengingat kedua orang tuanya cukup membenci ketika anaknya itu mendapatkan B, akan tetapi itu masih dapat ditolerir selagi bukan C yang pernah Haechan alami, ia benar-benar di kurung di dalam kamar seharian bersama tumpukan buku. Bahkan untuk sekadar makan, Haechan hanya diberikan jatah satu kali dalam sehari. Dan hari-hari setelahnya, guru les privat mendatangi rumah, mengajarkannya dengan waktu double dari seharusnya guru itu mengajar. Haechan yang memang menjadi tertekan karena desakan orang tua juga semakin padatnya jadwal, mau tidak mau staminanya turun, bahkan ia harus di rawat di rumah sakit selama tiga hari. Beruntungnya, setelah kejadian memilukan itu nilai Haechan meningkat dan tidak lagi mendapatkan C, ia sangat berterimakasih dengan dirinya sendiri kala itu, bahkan hingga saat ini.

//

"Bagaimana dengan hasil rapormu, Fel?" Renjun bertanya antusias, karena perempuan itu tahu Haechan merupakan orang yang cerdas. Pasti nilainya tidak kalah bagus dari dirinya, atau bahkan bisa lebih bagus darinya!

Berbeda dengan Renjun, Haechan tampak lesu. Bahkan sedari tadi minuman yang berada di depannya hanya diaduk-aduk menggunakan sedotan, tanpa ada niatan untuk meminumnya. Gairah perempuan itu menurun saat tadi ibu dan ayahnya menatapnya tajam, dan ia yakin setelah pulang sekolah nanti kedua orang tuanya itu akan memarahinya.

Monster Pembimbing ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang