#04. Runcing Ke Bawah, Tumpul Ke Atas

903 127 23
                                    

Jika kalian membayangkan Renjun begitu buruk rupa, pada nyatanya tidak. Renjun memang memiliki tubuh sedikit gempal, akan tetapi, seperti kebanyakan orang Bandung, Renjun memiliki warna kulit yang putih. Bagi orang Indonesia, warna kulit putih memang dianggap lebih segalanya. Kendati demikian, bagaimana pun warna sawo matang masihlah mendominasi negara. Cekcok mengenai perbedaan warna kulit sering kali terjadi di Indonesia, terlebih kepada ras kulit hitam.

Di sini memperjelas bahwasanya tipe Jaehyun masihlah cukup bagus. Renjun memang tidak secantik Felicia ataupun Keoun, namun karena warna kulit yang sama putihnya dengan Jaehyun, tentu para lelaki tidak akan menolak.

Lelaki lebih menyukai para wanita berkulit putih, ini bukanlah hiperbola semata. Kurang lebih memang seperti itu adanya, apalagi jikalau sosok wanita itu bertubuh ramping atau seksi, memiliki wajah imut atau manis, lelaki akan dengan cepat tergoda.

Jaehyun memang lebih menyukai wanita berkulit putih, tanpa banyak orang ketahui, lelaki ini memiliki ketertarikan tersendiri dengan wanita bertubuh sedikit gempal. Jika dilihatnya, bagi Jaehyun tubuh Renjun itu molek, bukan gendut. Tinggi badan Renjun baginya terlihat seimbang dengan berat tubuhnya. Tidak terlalu gemuk dan kurus.

Jaehyun memiliki fantasinya sendiri dengan wanita yang memiliki tubuh agak gempal. Tetapi, untuk urusan percintaan, belum pernah sekali pun lelaki itu mengencani wanita seperti Renjun.

Maksud di sini, Jaehyun selalu mengencani wanita dengan postur tubuh bak model majalah. Telihat aduhai dan mengiurkan mata para Adam.

Bel sudah berbunyi sepuluh menit yang lalu. Di dalam kelas, tersisa Renjun dan dua teman sekelasnya. Seperti biasa, Renjun menunggu urutan terakhir keluar dari kelas.

Renjun duduk di pojok kanan, seorang diri, paling belakang. Di sisi kirinya, selisih tiga bangku, ada Yuqi yang masih sibuk dengan buku komiknya. Cewek itu memang terkenal cuek, juga tomboi yang sangat terlihat dari gayanya—baik cara berjalan maupun berbusana. Biasanya, lima menit setelah bel istirahat usai cewek tomboi itu akan meninggalkan kelas, namun hingga menit ke sepuluh pun cewek itu masih asik dengan buku komiknya.

Di pojok depan kelas paling kiri, ada Figonata Lucas Jayachandra, biasa dipanggil Lucas. Jika Yuqi orang yang cuek, berbeda dengan Lucas. Cowok jangkung itu sangat pendiam, sama halnya dengan Renjun. Lucas dengan kacamata bulat nan besarnya merupakan seorang kutu buku. Sediam dan sekutu bukunya Renjun, pada nyatanya Lucas masihlah di atasnya. Lucas seperti patung berjalan, yang hanya akan bersuara jika memang sangat diperlukan.

Dapat dikatakan penampilan Lucas sama culunnya dengan Renjun. Namun di sini yang membedakan hanya Renjun sajalah yang selalu diusik, sedang Lucas tidak pernah. Renjun selalu dirundungi, sedang Lucas masih dapat bersikap bebas, tidak ada yang mengusiknya. Renjun tidak tahu apa penyebabnya, padahal Renjun sering dengar orang-orang membicarakan Lucas dan dirinya. Membicarakan seberapa culunnya mereka di balik kacamata bulat yang membingkai mata. Heran, satu kata yang mendeskripsikan pertanyaan Renjun di dalam benaknya. Apa karena Lucas seorang pria dan bertubuh besar, maka dari itu tidak ada yang berani mengusiknya—selain membicarakan di belakang?

Jika memang seperti itu, sangat tidak adil sekali.

Astaga ... tidak, bukan maksud Renjun ingin Lucas dirundungi juga. Dia hanya merasa ... ketidakadilan menimpanya. Jika mereka saja bisa tidak merundungi Lucas, lantas mengapa pula harus merundungi Renjun? Sebenarnya apa manfaat yang didapatkan dari perundungan, baik bagi korban dan pelakunya?

Buang-buang waktu. Benar, bagi Renjun perundungan sangatlah tidak bermakna. Apakah dengan merundung seseorang itu tandanya mereka dapat berkuasa atas segalanya? 'Kan tidak. Tidak selalunya manusia ada di atas, siapa tahu saja beberapa tahun yang akan mendatang orang yang dirundungi akan lebih berjaya dari si perundung.

Untuk kesenangan? Apakah di dunia ini benar-benar tidak ada lagi hiburan hingga mengharuskan perundung melakukan hal-hal konyol yang menyusahkan orang lain? Jika memang tidak ada, mengapa tidak merundungi diri sendiri saja? Maksudnya ... jika memang butuh hiburan, butuh kesenangan dengan melampiaskan sesuatu, jangan pernah libatkan orang lain! Lakukan saja untuk diri sendiri, lantas mereka akan dapat merasakan apa yang dirasakan orang yang kalian rundungi.

Tidak asyik bukan melakukan kekerasan ataupun mengujarkan kebencian? Lalu apalagi? Apalagi alasan kalian, perundung, yang gemar sekali berulah?

Membalas dendam? Oh, man. Perundungan sering dilakukan tanpa sebab, jika memang ada pasti alasannya sangatlah konyol. Jika memang seseorang melukai, atau melakukan hal yang buruk, apakah benar itu sebuah kesengajaan? Banyak kasus perundungan timbul dari hal sepele seperti; tidak sengaja menumpahkan minuman ke lantai hingga membuat orang lain itu terjatuh, lantas orang itu yang tidak terima akan memanggil teman-temannya dan langsung mengeroyok dan sebagainya. Atau perihal tidak sengaja melakukan kecerobohan kecil, sosok yang "sok" berkuasa tiba-tiba merundungi mereka.

Ah, benar. Sosok yang berkuasa. Golongan atas merundungi golongan bawah. Mengolok, mencaci, dan menghina, tanpa membuka mata bahwasanya mereka menjadi golongan atas karena jerih payah orang tua atau leluhur mereka, bukan yang tiba-tiba saat dilahirkan ke dunia sudah bergelimangan harta. Apakah perundung golongan atas itu sudah dapat menjamin dirinya terus berada di titik puncak? Terus menjadi orang kaya, sampai-sampai mereka merendahkan yang miskin?

Tidak. Seperti yang dikatakan sebelumnya, semuanya berputar. Para ilmuan menemukan ilmu matematika, ilmu cara menghitung lingkaran, seharusnya mereka pelajari itu.

Bulat, lingkaran berbentuk bulat, sama dengan bumi kita ini, berbentuk bulat. Bahkan, jarum jam saja berputar mengikuti lingkaran jamnya. Perahu yang berlayar akan menghilang seolah-olah tenggelam, pada nyatanya mereka hilang karena memang fakta dari bumi itu bulat, yang membuat mereka seakan tenggelam. Begitu pula halnya dengan rantai kehidupan. Jangankan rantai kehidupan, rantai makanan saja berbentuk bulat. Daun di makan ulat, ulat di makan burung kecil, burung kecil di makan oleh ular, ular dimakan oleh burung yang lebih besar. Burung besar mati dimakan oleh organisme lain yang membuatnya terurai dan menjadikan tanah subur, lalu tumbuhlah tumbuhan.

Untuk manusia pun sama. Selain seperti rantai makanan, rantai kehidupan pun demikian. Ada kalanya yang kaya jatuh miskin, dan yang miskin menjadi kaya raya sebab usaha dan ketekunannya.

Lalu untuk apa mereka menyombongkan diri, kalau memang pada akhirnya buah dari keserakahan dan kesombongan mereka akan mati menjadi bangkai yang tak berharga?

Berpikirlah rasional, daripada merundungi, lebih baik bekerja sama seperti apa yang tercantum dalam ideologi yang kita miliki. Bekerja sama membangun bangsa, mensejahterakan rakyat agar menjadi Indonesia yang merdeka. Mengharumkan bangsa, tinggalkan yang namanya "perundungan".

Seandai saja suara itu dapat Renjun sampaikan ....

Seandai saja suaranya didengar ....

Seandai saja mereka tidak egois, Renjun tidak akan merasakan ini semua.

Cacian, hinaan, dan kekerasan. Semuanya begitu memuakkan, hingga rasanya Renjun ingin menangis meraung-raung dan menghancurkan semuanya yang ada di depan mata.

Namun, lagi-lagi Renjun hanya dapat terdiam dalam bisu. Menerima segala bentuk perilaku buruk teman-temannya.

Lima belas menit setelah bel pulang berbunyi, setelah Lucas dan Yuqi keluar dari kelas, Renjun yang ingin pulang ke rumah ditarik paksa. Dibawa ke rumah kosong tak jauh dari sekolahnya, diperlakukan semana-mena.

Keoun, Lami, Hina, dan Felicia kembali merundunginya. Ada Brianka juga di sana, tetapi cowok itu abai di depan gudang tua. Menulikan pendengarnya saat pekikan Renjun terdengar. Mengabaikan suara geraman akibat kekesalan yang tertahan. Tidak menghiraukan suara tamparan yang terdengar nyaring di telinga.

Setelah puas dengan ulah mereka, kelima orang itu pergi, meninggalkan Renjun seorang diri. Merintih sakit dengan keadaan yang super kacau. Menangis, meringkuk tak berdaya.

-To Be Continued-

Monster Pembimbing ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang