3 Agustus 2019
Seperti kebanyakan murid baru pada umumnya, Haechan berjalan dengan gugup memasuki sekolah baru. Sebenarnya perempuan itu merupakan seseorang yang mudah bergaul, tentunya memiliki rasa kepercayaan diri yang tinggi, namun entah bagaimana menginjak bangku Menengah Atas gugup dirasakan. Ingatnya, ketika sekolah Menengah Pertama ia tidak segugup ini—bahkan benar-benar tidak gugup sama sekali. Benar-benar aneh, apa karena jenjang yang ditempuh kini lebih tinggi? Ya, mungkin saja.
Suasana begitu asing tatkala mata memandang bangunan bertingkat tiga. Lapangan yang luas, taman yang banyak ditumbuhi pepohonon, orang-orang asing yang sama sekali tidak ia kenal. Semuanya begitu baru baginya, namun tak dapat dipungkiri perempuan itu senang bukan main. Tidak sia-sia usahanya, Haechan dapat diterima di sekolah negeri favorit di Bandung. Sekolah dengan akreditas A, yang banyak lulusan keterima di universitas negeri terbaik di Indonesia. Sistem sekolah yang luar biasa, pun sarana dan prasarana di dalamnya yang sangat memadai. Haechan seperti ketiban durian runtuh dapat diterima di sekolah bergengsi itu. Sekolah yang setiap tahunnya selalu menjuarai kejuaraan nasional maupun internasional.
"Selamat pagi semua, salam sejahtera. Bapak ucapkan selamat kepada kalian yang telah keterima di sekolah ini ..."
Rangkaian kata sambutan tidak begitu Haechan hiraukan, kedua bola matanya sedari tadi hanya terfokus terhadap suasana baru—yang sebenarnya tidaklah begitu asing mengingat hal semacam ini pernah dirasakan ketika Sekolah Dasar dan Menengah Bawah—juga senyum yang tak henti mengembang menandakan seberapa bahagianya ia berada di antara murid-murid sekolah bergengsi tersebut. Haechan benar-benar senang, saking senangnya dan terhanyut dalam lamunan yang penuh khayalan, seorang siswi yang lebih kecil darinya—yang berdiri di belakangnya—menepuk pundak perempuan itu dan sedikit berbisik hingga membuat Haechan salah tingkah. Haechan benar-benar tidak menyadari sekitar!
"Em ... itu, kamu maju!" ujar perempuan di belakang Haechan. Perempuan bertubuh "agak" gempal itu berujar dengan canggung.
Tak kalah canggung, Haechan mengangguk sembari tersenyum kikuk. Kakinya di bawa maju, mengikuti teman di depannya entah pergi ke mana. Sudah dikatakan, Haechan benar-benar tidak memperhatikan! Dia terlampau sibuk mengkhayal dalam kesenangannya sampai tidak fokus terhadap sekitarnya.
Waktu silih berganti, tidak terasa bel pertama berbunyi. Guru pembimbing mengatakan mereka boleh beristirahat—ini istirahat pertama, dan akan ada lagi beberapa jam ke depan. Haechan yang memang masih sedikit canggung belum menemukan teman, selain teman sebangkunya yang sama pendiamnya—lebih tepatnya (mungkin) teman sebangkunya itulah yang pendiam, karena pada nyatanya 'kan perempuan bernama lengkap Felicia Haechan Angelica tengah berusaha membiasakan diri di hari pertamanya SMA, yang bisa saja ia bersikap sok akrab terhadap teman sekelasnya, akan tetapi dirinya terlampau ... takut, mungkin? Mengingat rumor yang pernah dia dengar bahwa sekolah itu terlibat dalam kasus perundungan. Senioritas sangatlah dijunjung tinggi angkatan atas. Maka dari itu, Haechan lebih memilih aman. Takut-takut dia dianggap aneh karena bersikap terlalu berlebihan (seperti biasanya).
"Mau?"
Haechan tersentak. Lagi-lagi dirinya hanyut dalam pemikirannya hingga seseorang yang sama—si perempuan bertubuh "agak" gempal—yang kebetulan pula sebangku dengannya, bertanya sembari menyodorkan kotak bekal berisikan nasi goreng. Haechan yang tahu maksud teman sebangkunya itu sontak tersenyum sembari menggelengkan kepala, tangannya memberikan gestur melambai tanda dia menolak (dalam artian sopan).
"Eh, gak usah. Makasih, hehe!"
Perempuan itu mengangguk. Jika Haechan tidak salah ingat, perempuan itu bernama Renjun Humeera, namun ia kata dapat memanggilnya "Renjun". Tetapi pada nyatanya pula keduanya belum berkenalan secara langsung selain ketika satu persatu murid memang dititahkan menyebutkan nama dan asal sekolah mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Monster Pembimbing ☑️
RandomGrizelle Renjun Humeera, remaja kelas dua sekolah menengah atas merupakan salah satu cewek termalang yang pernah Figonata Lucas Jayachandra kenal, kendati demikian seorang Lucas tidak akan pernah peduli dengan sekitar, termasuk kepada cewek satu itu...