Dua hari belajar di rumah membuat pikiran Renjun berkeliaran. Pikiran-pikiran negatif itu sempat membuatnya stress, ditambah rasa takut yang semakin menguasai dirinya di saat bayangan kejadiaan yang membuatnya belajar di rumah terlihat menyeramkan hingga mampu menjadikan napas perempuan itu sesak dan berakhir Renjun yang kesulitan dalam bernapas.
Di hari pertama sungguh menderita, sampai di mana Renjun mampu mengontrol dirinya. Napasnya tidak lagi sesak dalam waktu berkepanjangan ketika bayangan hitam itu muncul, juga dia mulai menekatkan diri untuk mencoba mengikhlaskan kejadian di masa lampaunya itu.
Langkah yang kelewat hati-hati seakan takut menghadapi rintangan mulai menelusuri jalan setapak. Letak rumah di permukiman padat penduduk tidak membuatnya terasa terhibur meskipun para tetangga sangatlah ramah. Semenjak kepergian kedua orang tuanya, Renjun menjadi sosok yang sangat pendiam bahkan sama lingkungan sekitarnya. Perempuan itu akan berangkat pagi-pagi dan pulang ke rumah hampir tengah malam, bahkan tak jarang Renjun tidak kembali ke rumah karena-ya, apa lagi kalau bukan Jaehyun?
Selama pembelajaran berlangsung Renjun tidak dapat fokus. Pikirannya berkeliaran dan kecemasan mulai menghantuinya. Tangannya berkeringat, matanya bergerak gusar hingga guru yang mengajar beberapa kali menegurnya. Bel pertama dan kedua istirahat hanya Renjun habiskan berdiam diri di ruangan kelas. Tatapannya kosong menatap meja di depannya. Seruan serta olok-olokan teman-teman sekelasnya tak dihiraukan. Bahkan Lami yang kelewat jengkel karena Renjun terus mendiamkannya, tak segan-segan menempeleng kepala temannya itu. Kendati demikian, Renjun tetap mendiamkannya.
Sepuluh menit lagi bel ketiga berbunyi, Renjun benar-benar tidak memperhatikan pembelajaran, bahkan ketika seorang Lucas yang sama pendiamnya menghampiri mejanya, Renjun tidak menyadarinya jika saja lelaki itu tidak menyentuh pundaknya.
"Jadi bagaimana? Apa yang akan kita lakukan?" ujar pemuda jangkung.
//
Selepas berdiskusi kelompok dengan Lucas yang tidak berjalan baik-baik saja, langkah gontai Renjun menelusuri lorong sekolah. Matahari akan benar-benar tenggelam, lampu-lampu di setiap sudut sekolah mulai dinyalakan. Jika tidak salah lihat ketika di perpustakaan tadi, waktu sudah menunjukkan pukul lima kurang. Dan dengan itu Renjun harus segera bergegas karena pagar sekolah akan ditutup tepat pukul lima.
Kedua Tali ranselnya digenggam erat, pandangannya menunduk menatap lantai. Kakinya mulai melangkah keluar dari sekolah. Ketika rinai mengenai kening, langkah perempuan itu dipercepat berharap segera sampai rumah sebelum rinai menjadi derasnya hujan. Melewati jalan pintas-yang cukup sepi karena memang jalannya hanya cukup untuk satu motor bolak balik-rinai mulai berubah menjadi hujan yang lambat-laun mulai membesar.
"Hai!"
Langkahnya terhenti. Kepala yang menunduk kini menengadah, menatap seseorang yang menghalangi jalannya. Sesaat waktu seakan berhenti seketika. Di antara keduanya tidak ada yang berbicara, hanya dia membisu dengan ekspresi yang berbeda-beda.
"Kita bertemu lagi, benar?" tersenyum, sedang Renjun masih terdiam. "Sudah kukatakan," bisik sosok itu. "Kamu tidak akan bisa lolos lagi, Humeera."
Itu perkataan terakhir yang didengar Renjun sebelum akhirnya sebuah benda padat menghantam kepala hingga membuatnya pingsan.
Waktu terus bergulir, matahari kini tak lagi tampak dan di saat itulah Renjun terbangun. Matanya secara perlahan terbuka. Buram sesaat sebelum akhirnya terlihat jelas tempat asing di mana dirinya tengah berada. Matanya bergulir mengamati sekitar, kepalanya masih cukup pusing akibat pukulan tadi-oh, astaga ... apa maksud semua ini?
"Saya sebenarnya tidak ingin menyakitimu, hanya saja saya harus."
Tiba-tiba sosok pria dewasa masuk ke dalam ruang asing, tempat di mana Renjun berada. Dengan gelas entah berisikan apa Renjun memperhatikan gerak-gerik sosok itu. Perempuan itu masih terkejut dan bingung, maka tak ada upaya melarikan diri dari tempat itu.
"Coklat panas? Di luar masih hujan, mungkin dengan ini dapat menghangatkanmu."
Gelas putih berisikan cairan berwarna coklat yang disodorkan untuknya masih Renjun tatap tanpa minat. Beberapa kali dia memperhatikan sekitar, lalu orang di depannya, kemudian gelas yang disodorkan, dan kembali seperti itu hingga membuat pria dewasa menghela napas lelah.
"Hei! Kurasa obat itu seharusnya sudah berhenti bekerja, mengapa kamu-"
"AAAHHH! Pak-Pak Jaehyun? Di-di mana? Pa-hah ... hah ... hah ...." belum sempat pria dewasa di depannya berujar lebih, Renjun sudah terlebih dahulu berteriak dan bergumam hingga napasnya tidak beratur. Jaehyun-sosok pria dewasa itu-dengan cepat meletakkan gelas di atas nakas. Melihat Renjun yang masih kesulitan bernapas dengan cepat guru itu mencoba menenangkan anak didiknya dengan kata-kata juga upaya lainnya, yaitu; mengusap punggung dan menggengam jemari yang lebih kecil.
Lagi, rasa cemas itu ternyata masih sulit Renjun kontrol.
//
"Tidak perlu cemas. Saya tidak akan menyakitimu."
Renjun menggeleng. Perempuan itu meringkuk dengan lelehan air mata yang sesekali keluar. Jaehyun yang terlanjur kesal menatap jengkel Renjun yang kini semakin memojokkan dirinya di atas ranjang.
Bangkit dari kasur, lalu mengusap wajahnya dengan kasar. Wajahnya begitu dingin dengan mata menatap tajam Renjun yang terus menggelengkan kepala menandakan perempuan itu tidak ingin kehadiran Jaehyun di dekatnya.
Untuk beberapa saat Jaehyun menatap Renjun dengan tatapan yang sulit diartikan, sebelum akhirnya pria itu menarik tangan Renjun dengan kasar hingga Renjun hampir tersungkur dan terjatuh dari ranjang. "Awalnya saya tidak ingin menyakitimu, namun melihat tingkahmu yang memuakkan-" Jaehyun menarik dagu Renjun hingga perempuan itu mendongak. Pria dewasa itu benar-benar tidak mempedulikan Renjun yang meronta minta dilepaskan. Kini, yang ada dipikirannya hanya satu ... sesuatu yang dia inginkan sejak pertama kali melihat Renjun. "Saya rasa kesabaran saya tidak akan terus bertahan."
"Take it easy jika kamu ingin baik-baik saja, Humeera." Dirapihkannya surai Renjun yang berantakan. "Semua akan baik-baik saja. Pria itu tersenyum penuh arti, dan untuk pertama kalinya, Renjun merasakan sakit yang teramat dalam. Sesuatu yang dijaganya, kini tidak lagi ada artinya. Jaehyun dengan tingkah iblisnya melenyapkan rasa kepercayaan diri Renjun terhadap orang-orang di sekitarnya.
Pria itu mengambil sesuatu yang sangat berharga, tanpa rasa bersalah dan menganggap semuanya baik-baik saja. Perlakuan kasar pria itu membuat beberapa luka lebam serta meninggalkan kissmark di beberapa bagian tubuh Renjun. Jaehyun benar-benar gila, Renjun tidak berbohong. Dia seperti psikopat haus belaian, dan perempuan itu sangat menyayangkan, mengapa di saat untuk pertama kalinya, dia harus mendapatkan perlakuan yang sangat buruk. Benar-benar buruk.
Terhitung, seminggu Renjun tidak masuk ke sekolah. Luka akibat perlakuan kasar Jaehyun memang hanya memperlukan waktu tiga hari untuk sembuh dan menghilang, namun untuk luka bagian dalam-hatinya-Renjun tidak yakin itu akan sembuh dengan mudah.
Tidak seharusnya perempuan itu terlena dengan sikap sok menjadi pahlawan orang-orang di sekitarnya.
Flashback off
-To Be Continued-
Sorry baru sempat update ㅠㅠ akhir-akhir ini ada aja yang bikin stress 🤒 capek deh ... 😓😓😣
KAMU SEDANG MEMBACA
Monster Pembimbing ☑️
RandomGrizelle Renjun Humeera, remaja kelas dua sekolah menengah atas merupakan salah satu cewek termalang yang pernah Figonata Lucas Jayachandra kenal, kendati demikian seorang Lucas tidak akan pernah peduli dengan sekitar, termasuk kepada cewek satu itu...