#08. Iblis di Dalam Dirinya

760 114 26
                                    

"Akhir-akhir ini saya banyak urusan."

Renjun menunduk. Sepertinya, mendunduk adalah kebiasaan Renjun semenjak menginjak bangku sekolah menengah atas.

Hari ini, setelah pulang sekolah penuh drama, Renjun dibawa paksa oleh Jaehyun. Perempuan itu memang tidak menolak, tetapi dia juga (sebenarnya) tidak bisa untuk tidak ikut dengan Jaehyun. Sikap Jaehyun yang tak terduga membuat Renjun tak berani bertindak lebih, bahkan hanya untuk sekadar menatap mata bulat lelaki itu saja Renjun enggan. Perempuan itu terlalu takut jatuh semakin dalam.

Jatuh ke dalam lubang berbahaya penuh dengan lintah, yang mana hal tersebut tidak baik untuknya.

Tidak baik saat Renjun terlena, dan melupakan fakta bahwa guru tersebut merupakan sosok yang telah menghancurkannya.

"Kamu mau makan apa? Saya akan pesankan."

Tidak ada jawaban. Perempuan itu masih menunduk dengan ujung seragam yang dipilin—refleksnya saat dia gugup atau pun takut.

Di dapur, Jaehyun tengah sibuk membuat secangkir kopi panas untuknya juga secangkir coklat hangat untuk Renjun. Kegiatan itu sudah biasa dilakukan. Jaehyun akan memberikan makan dan minum sebelum melakukan hal bejatnya.

Mengingat itu, tak terasa air mata jatuh dengan bebas. Renjun sangat benci saat dirinya tidak mampu melawan. Perempuan itu sangat benci dirinya yang lemah. Mengapa ... mengapa tak ada sedikit pun keberanian pada diri Renjun? Mengapa?!

Apakah kau benar-benar semurahan itu Renjun?

Tidak, kau tidak murahan. Kau hanya takut.

Takut jika kejadian dua bulan lalu kembali terulang.

Kejadian di mana iblis di dalam diri Jaehyun menampakkan dirinya.

//

"Apa?"

Renjun menggeleng. Rahangnya begitu sakit saat cengkeraman yang didapatkan dari Jaehyun semakin kencang. Di bawah kungkungan pria tersebut, Renjun menahan tangisnya dengan tubuh bergetar. Menahan sakitnya rahang saat salah satu tangan besar Jaehyun mencengkeramnya kuat.

Setelah bel pulang terdengar, juga anak-anak kelas mulai berhamburan ke luar, seperti biasa Renjun merupakan siswi terakhir yang keluar kelas. Ia kira semua akan baik-baik saja karena cukup lama dirinya terdiam di sana—di dalam kelas. Namun ternyata tidak demikian. Baru beberapa langkah dirinya hendak pergi menjauhi kelas, tiba-tiba tangan besar menahan pergelangan tangannya. Menarik cukup bertenaga, berupaya Renjun menatap gerangan yang menahannya.

Selepas itu dapat ditebak. Jaehyun menyuruh Renjun untuk menunggunya di depan gerbang sekolah. Menunggu Jaehyun mengambil mobil dan ikut dengannya menuju apartemen milik pria tersebut. Dan kini, sesampainya di apartemen pria tersebut, setelah diberi makan dan minum, Renjun dibawa paksa menuju kamar Jaehyun.

Pria itu kembali melakukan aksi bejatnya, namun sebisa mungkin kali ini Renjun menolak. Dia memberontak, hendak keluar dari apartemen yang tak lagi asing baginya.

Sudah lebih dari tiga kali dirinya menampakkan diri di sana, dan lebih dari tiga kali itulah dia hanya pasrah menerima. Tidak berani melawan atau sebagainya. Dibandingkan teman-teman sekolahnya yang suka merundunggi dengan fisik, nyatanya Jaehyun melebihi segala-galanya. Dilihat dari postur tubuh yang lebih besar dan kuat dibandingkan siswa/i yang merundunginnya di sekolah, nyatanya tetap menakutkan dan menyakitkan saat Jaehyun yang melakukan.

Mungkin karena konteksnya berbeda—lebih berat lagi yang dihadapinya—Renjun lebih tidak berani melawan. Dia sangat pengecut, bahkan sekadar untuk melaporkan aksi mereka—teman-temannya dan Jaehyun—ke pihak lain saja Renjun tak berani.

Monster Pembimbing ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang