#26. Tiga Serangkai

408 53 7
                                    

Menjadi anak dari pengusaha sukses, kepala pemerintahan, atau bahkan pemilik butik terkenal, agaknya menjadi salah satu faktor Keoun, Hina, dan Lami menjadi putri di sekolah. Julukan "Lil Princess" diberikan kepada mereka, yang sejak awal kehadiran ke sekolah mengambil hampir seluruh siswa di sana. Selain cantik, penampilan yang modis khas orang kaya terpancar setiap langkah tertinggal. Mereka begitu terkenal, baik dari teman seangkatan, kakak kelas, hingga guru mengenal mereka dengan baik.

Keoun memiliki keluarga utuh. Ayah seorang pengusaha sukses, dengan ibu seorang koki handal. Namun sayang, sebab kesibukan keduanya Keoun tidaklah terlalu diperhatikan, kasih sayang yang seharusnya diberikan tidaklah ia terima secara utuh. Di dalam rumah besar bergaya modern, Keoun hanya tinggal bersama tiga pembantunya. Ia memiliki kakak, namun terasa seperti hidup seorang diri karena ketidakhadiran orang-orang yang seharusnya mendukung penuh, memberikan perhatian serta kasih sayang, jarang—bahkan hampir tak didapatkannya.

Yang Keoun tahu sedari kecil semua keinginannya akan terwujudkan. Uang akan terus mengalir untuknya, dengan itu ia melampiaskan rasa rindu dengan menghamburkannya. Menjadi "sedikit" nakal, walau dia sadar betul apa yang ia lakukan sangatlah memalukan. Menindas orang lemah, tidak pernah ada di prinsip keluarga besarnya. Melakukan itu sepertilah aib, karena memang selain sia-sia, itu juga sangat kekanak-kanakan dan kejam. Sejauh ini, tidak benar-benar ada yang tahu akan perbuatannya dari pihak keluarga.

Hinata, atau kerap dipanggil Hina merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Kakaknya tengah menempuh S2 di Australia, sedang adiknya masihlah sekolah dasar kelas 6. Menurut Hina, menjadi anak kedua cukuplah sulit karena papa dan mama selalu lebih mementingkan abang dan adiknya. Selalu di nomor kesekiankan, membuat Hina geram dan cemburu. Dari artikel yang pernah ia baca, anak tengah itu "pemberontak". Awalnya Hina tidak berpikir demikian tetapi seakan berubah ketika ia mulai menginjak bangku menengah. Hina diabaikan, ia merasa kurang kasih sayang.

Menjadi single parent tentunya tidaklah mudah, terlebih di zaman milenial. Lami memiliki ibu yang cantik, ketika umurnya seumuran dengan anaknya, ibu Lami merupakan seorang model. Semakin bertambahnya usia, Ibu satu anak itu tidaklah lagi terjun ke dunia permodelan melainkan kini beliau terjun ke dunia fashion. Membuat busana sendiri, yang produksinya sudah sampai kacah internasional. Kendati demikian, mimpi yang tak lagi dapat dilaksanakan agaknya membuat sang ibu menginginkan anaknya meneruskan mimpi tersebut. Menjadi model bukanlah impian Lami, namun mau dikata apa ketika sang ibu begitu keras agar sang anak mengikuti apa keinginannya. Lami berpikir itu begitu egois, namun sayang ia tidak dapat melakukan apa-apa. Ayah yang telah tinggal bersama istri barunya tidaklah lagi memperdulikannya walau memang masih memberikan uang bulanan untuk keperluan Lami, tetaplah tidak cukup. Setiap seminggu sekali perempuan itu akan pergi ke rumah sakit mengonsultasikan diri agar dapat bertahan dan menjadi lebih baik lagi.

Jika dipandang oleh mata telanjang memang ketiga anak itu terlihat memiliki kehidupan sempurna. Wajah cantik, memiliki kecerdasan yang tak dapat diremehkan, jangan lupakan harta yang bergelimang. Bukankah itu definisi bahagia yang sesungguhnya?

Namun sayangnya tidak.

Tidak semua orang kaya itu bahagia dengan uang mereka. Tidak pula orang cantik selalu merasa senang dengan kecantikan mereka. Juga tidak selalu mereka yang menebarkan senyum lebar bahagia di lingkup keluarga atau teman sepermainan.

Tidak, itu tidaklah benar.

Memang benar jika mengatakan ketiga perempuan itu bergelimang harta, namun dengan uang saja itu tidak cukup. Untuk apa semua keinginan material dimiliki, tetapi immaterial berupa kasih sayang tak disanggupi. Mereka hanyalah remaja tanggung yang butuh perhatian, namun sayang perhatiaan yang dilakukan salah. Merundungi siswi lain bukanlah kegiatan terpuji, mereka tahu betul, tetapi mau bagaimana lagi, mereka merasakan dengan melakukan hal (tidak terpuji) itu perasaan senang dan puas dapat direalisasikan. Angan mengenai haus perhatian seketika lenyap saat amarah dapat terealisasikan dengan cara melakukan perundungan. Mereka senang di atas penderitaan orang lain, dan mereka tidak peduli akan itu.

Monster Pembimbing ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang