#10. Turn Back Time

705 98 16
                                    

"Kamu tahu, hal yang paling saya benci di dunia ini adalah melihat kebahagiaan orang lain. Melihat dengan mata kepala sendiri saat mereka dapat tertawa bersama keluarga ataupun kerabat. Saya benar-benar membencinya."

Kegiatan panas yang tengah digeluti Jaehyun dan Renjun terhenti saat si pria menghentikan kegiatannya. Pria itu menatap Renjun dengan tatapan andalannya. Tangan Jaehyun terulur, mengusap peluh di kening sang wanita, yang kini hanya mampu memejamkan mata dengan napas tidak beraturan. Jemari pria itu bergerak, menyentuh luka di sudut bibir Renjun, lalu menekan dan mengusapnya dengan kasar hingga desisan kasakitan Renjun terdengar.

"Saya tidak pernah bahagia denganmu."

Renjun abaikan pernyataan itu, meskipun sakit mendengarnya, Renjun tahu dia tidak dapat berbuat apa-apa.

"Tapi ... saya pikir, saya dapat bahagia dengan orang itu."

Perlahan, mata Renjun yang terpejam terbuka seiring deru napasnya mulai teratur. Dapat dilihatnya, Jaehyun tersenyum simpul dengan tatapan sendunya, menarawang jauh ke angan-angannya.

Ini begitu menyayat hati. Sudah tak terhitung pertemuan keduanya, rupanya tetap tak ada rasa sedikit pun yang Jaehyun berikan untuknya, selain perlakuan yang selalu berubah-ubah. Renjun tidak mengerti mengapa pria itu sampai demikian, namun dari tatapannya yang Renjun lihat, Jaehyun belum menemukan jalannya.

Pertemuan pertama keduanya yang sangat menyialkan bagi Renjun, yang sampai kini kegiatan bejat lelaki itu tetap berlanjut tanpa ada rasa bersalah sedikit pun, baru kali ini Renjun menemukan sisi lain dari Jaehyun.

Benar-benar tidak seperti Jaehyun yang dia kira. Pria itu memang kerap kali merubah sikapnya menjadi lebih pengertian ataupun menjadi sangat kasar, namun baru kali ini Renjun menemukan hal lainnya. Jaehyun yang terlihat begitu putus asa dan menyedihkan. Ah, Renjun ingat. Sama persis dipertemuan pertama keduanya.

"Apa saya menyakitimu?" pria itu mengusap surai Renjun.

"Ya, saya menyakitimu." Tanpa Renjun membuka suaranya untuk menjawab pun Jaehyun mengetahui pasti jawaban perempuan tersebut.

02.00

Renjun terbangun dengan pening di kepalanya. Baunya ruangan dari hasil pergumulan keduanya membuat Renjun harus beberapa kali mengeryitkan hidungnya, serta menggelengkan kepala berupaya menghilangkan pening akibat bau yang sangat menyengat.

Mengambil dengan susah payah pakaian miliknya yang tergeletak sembarangan di lantai, Renjun mencoba menetralkan dirinya yang mendadak rasa sesak dialaminya. Kakinya begitu lemas, Jaehyun seperti orang kesetanan malam ini, namun entah harus mengatakan ini sebuah keberuntungan atau tidak jika mengingat kala pertama kali keduanya melakukan.

Mengingat itu, membuat tubuh Renjun lemas. Beruntung dirinya telah berhasil sampai di dalam kamar mandi. Bersandar di balik pintu kamar mandi, Renjun meremas ujung baju yang dikenakannya. Baju yang Jaehyun belikan untuknya, yang sengaja ditinggalkan di sana—di kediaman Jaehyun—karena hal ini pasti akan terjadi. Hal di mana keduanya akan melakukan kegiatan orang dewasa yang astaga ... bahkan Renjun baru akan menginjak 18 tahun beberapa bulan lagi.

"Hah ...." Renjun menghela napas. Matanya dipejamkan, kepalanya mendongak. Rasa sesak di dada berangsur-asur menghilang. Kembali membuka mata, bayangan setahun yang lalu tiba-tiba teringat olehnya ....

//

Hari pertama masuk di sekolah baru seharusnya merupakan hal yang menyenangkan. Apalagi sekolah yang menerimanya cukup terkenal—baik karena prestasi ataupun infrastruktur yang ada. Namun, siapa sangka angan-angan ingin hidup seperti film yang kerap kali dilihatnya—penuh warna kisah kasih di sekolah atau memiliki banyak sahabat yang pengertian—justru sangat berbanding terbalik dengan apa yang dibayangkan. Renjun, gadis berusia 16 tahun tak pernah mengira kehidupannya di sekolah menengah atas akan sangat menyakitkan. Suram dan patut dikasihani. Bahkan belum genap dua bulan dia di sana, kesialan demi kesialan menimpanya. Di mulai dari teman-temannya yang menjauh dan mengucilkan hingga kecerobohannya yang membuat kehidupan gadis itu semakin menderita. Satu lagi, kabar buruk mengenai kecelakaan yang menimpa kedua orang tuanya membuat Renjun semakin mengenaskan.

Monster Pembimbing ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang