#29. Penyesalan Jaemin

455 61 4
                                    

Indah rupanya, molek tubuhnya. Nadya Jaeminitra, siapa yang tidak kenal dengannya? Oh, tentunya ada yang tidak kenal dengannya. Kendati demikian, agaknya jika kalian bertanya kepada teman sejurusan dengannya di kampus, pasti mereka akan menuntun kalian di mana tempat favorit perempuan itu. Atau jika tidak, ketika kalian berada di lingkup perumahan perempuan itu, tidak ada satu pun tetangga yang tidak mengenalnya. Jaemin memang seterkenal itu. Perangainnya yang bak dewi, siapa saja pasti akan menyukainya. Dari yang dewasa hingga anak kecil. Jaemin memiliki senyum yang memikat, serta ketika berinteraksi dengannya, ada suatu hal yang membuat siapa saja merasa nyaman dengan perempuan itu.

Jaeminitra memang definisi sempurna.

"Aku benci kamu, Gree!"

Sesempurnanya manusia, hanyalah yang terlihat sebagian orang. Jaemin suka kesempurnaan. Ia akan memaksimalkan sebisa mungkin agar menjadi sempurna. Namun, satu yang ia lupa, manusia yang terlalu tamak tidaklah disenangi—baik Tuhan, maupun sesama manusia. Jaemin gelap mata, dan ia terjebak di kegelapan yang ia buat sendiri.

Menjadi kekasih pria yang berstatus sebagai guru magang di salah satu sekolah ternama di Bandung, agaknya belum membuat Jaemin menjadi pribadi yang puas diri. Ia akui lelakinya merupakan sosok yang tampan, bahkan sangat. Memiliki uang yang tidak dapat dibilang sedikit—dilihat dari pakaian yang dikenakan, kendaraan, serta ketika mereka berkencan. Jaemin mengakui Taeyong tidak kalah sempurna, dan merupakan tipe cowoknya sekali.

Tetapi, ada satu hal yang membuatnya goyah. Di saat perempuan itu berjumpa dengan saudara lelakinya, Jaeminitra mengakui dirinya begitu bajingan. Perempuan itu gelap mata, juga menyukai adik tiri kekasihnya.

Entah benar-benar menyukai dalam artian cinta, atau hanya menyukai kerupawanan adik tiri kekasihnya.

Satu hal yang tak disadari, yang mengakibatkan hal fatal, Jaehyun tidaklah seindah rupanya. Yang Jaemin paham, sekali seseorang masuk ke dalam pesona lelaki itu, semua hal yang sebelumnya di dalam kendali, menjadikannya di luar kendali.

Jaemin jatuh, dan menyengsarakan dirinya sendiri.

"Kamu mengatakannya, seakan-akan kamu yang terbaik."

Jaemin benci, saat sosok pria di depannya kini sudah mengeluarkan kata-kata yang tak terbantahkan.

"Saya tidak memulainya. Tapi kamu, ingat itu, Na."

Benar, Jaemin mengakui kesalahannya. Dua bulan membohongi kekasih yang sangat menyayanginya hingga melampiaskan kesalahpahaman kepada sosok yang ia anggap adik; Renjun. Jaemin akui, ia begitu naif dan tidak tahu diri.

Seandainya, ia menyadari segalanya dari awal.

Menyadari, bahwa Jaehyun lebih bajingan darinya.

Menyadari, bahwa Renjun hanyalah korban keberengsekan pria itu.

"Dan kamu—sialan. Aku benar-benar muak denganmu, Gree!"

Suara pintu yang terbanting terdengar. Jaemin pergi meninggalkan Jaehyun, tidak lagi ingin mempedulikan serta berurusan dengan bajingan satu itu. Jaemin sudah lelah, saat tahu Jaehyun hanyalah memanfaatkannya. Jaehyun menggunakannya hanya untuk melihat Taeyong kembali menderita karena harus kehilangan kekasihnya. Seandainya Jaemin tidak mendengarkan pembicaraan Jaehyun dan Lucas via telepon, Jaemin yakin ia akan semakin dalam menyakitkan hati Taeyong. Hati lelaki yang murni mencintainya.

Jaemin sungguh menyesal. Dan menyayangkan, mengapa kekasihnya itu tidak menceritakan keseluruhan hidup pahitnya?

Jaemin juga menyesal, karena sempat menuduh Taeyong mendua dengan Renjun. Seharusnya Jaemin mengaca pada dirinya sendiri. Siapa yang selingkuh, dan siapa yang dituduh.

Monster Pembimbing ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang