48. Kind of Love

5 2 0
                                    

You dont have to prove yourself to anyone. Just be you and the right people will love you for it.




***

*04.19 PM*

“Halo, kak Harry, apa kak Dila lagi sama lo? Apa kak Dila ada di situ?” tanya Dino kepada Harry melalui telepon.

“Tunggu, sejak kapan lo nelpon gue? Ja-jangan-jangan.. Lo kangen ya sama gue? Lagian kenapa nggak langsung telepon ke nomornya Dila?” jawab Harry.

“Lo jangan kegeeran, ya. Gue pengen bicara sama kak Dila, tapi teleponnya nggak aktif. Makanya gue nelpon lo. Kenapa juga lo bisa berpikir yang tidak-tidak kayak gitu? Dih.” kata Dino menjelaskan alasannya.

“Dila lagi ada penyuluhan, gue baru mau nyusul. Kenapa? Nanti gue sampaikan ke dia.” Ucap Harry.

Dino berpikir sejenak lalu menjawab, “Nggak, nggak penting juga sih. Nanti aja deh. Makasih, kak.”

You lie. Tunggu-“

Harry belum selesai berbicara namun Dino kemudian mengakhiri panggilannya.

“Dino, hei, apa lo baik-baik saja? Gimana? Kak Dila udah tau?” tanya Dicky kepada Dino yang terlihat kebingungan. Dino menatap Dicky tanpa ekspresi, lalu menggelengkan kepala.

“Nggak, mungkin ini belum saatnya kak Dila tau. Kak Dila harus fokus sama KKNnya dulu. Gue nggak mau nanti dia terbebani kalau gue cerita. Masih ada dua bulan kak Dila akan pulang. Lagi pula orang tua gue juga pasti belum siap cerita sama kak Dila.” Jawab Dino pelan.

“A-ah.. Dino, lo yang sabar yah. Gue pengen banget bisa bantu lo, tapi gue juga nggak tau gue bisa apa. Mungkin gue akan minta tolong sama orang tua gue buat bantu lo.” ujar Dicky prihatin.

Sejak kepergian Debby ke Amerika, Dino dan Dicky memang sudah semakin akrab bahkan mereka sudah mulai saling memaafkan dan mencoba melupakan Debby.

“Gue punya solusi untuk itu, jadi lo nggak usah repot-repot bantuin gue. Gue akan mencoba sendiri.” Ujar Dino di ambang pintu rumah Dicky.

Dia memang sempat datang berkunjung untuk menceritakan soal masalah keluarganya ke Dicky. Dino pun pamit dan Dicky menepuk bahunya untuk menguatkan sahabatnya itu.

“Hei, Dino! Kalau lo butuh bantuan, lo bisa panggil gue.” Kata Dicky sambil tersenyum. Dino mengangguk lalu naik ke motornya.


***

*04.29 PM*

Sementara itu di taman belakang rumah bupati setelah penyuluhan berakhir, Joshua dan Chelsea sedang berdebat. Joshua sudah muak karena Chelsea tidak pernah melihat dirinya yang selama ini sangat mencintainya.

Chelsea hanya selalu memperhatikan Johan dan mengatakan bahwa Johan juga pasti akan menyukainya.

“Apa lo bilang? Sudahlah. Kenapa gue harus kasih tau lo apa yang dilakukan Johan selama 5 tahun terakhir?” bentak Joshua yang menarik Chelsea ke taman belakang.

Joshua menatap Chelsea dengan tajam tapi Chelsea tidak terlihat takut sama sekali.

“Gue minta maaf, tapi gue nggak berpikir telah melakukan sesuatu yang salah tuh. Josh, itu kan urusan gue menyukai Johan. Gue yakin Johan cepat atau lambat akan menyukai gue, dulu kan kita akrab banget, bahkan kita udah pelukan waktu itu. Oh, itu nggak mungkin dia lupakan, Josh. Gue harap lo nggak usah temuin gue lagi. Gue juga akan segera pindah dari hotel itu.” jawab Chelsea dengan santai lalu melepaskan tangannya dari cengkeraman Joshua.

Semicolon ; MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang