7. Juxtaposed

13 4 0
                                    

Cinta itu tak mesti tumbuh seberapa lama kita kenal, kita dekat, tapi cinta tumbuh ketika hati sudah saling keterkaitan antara satu dengan yang lainnya.




***

*07.56 AM*

"Dila!" seru Indah memanggil Dila yang baru saja tiba di depan kelas.

"Wih, si murahan udah datang. Dia pikir dia cantik apa? Sepertinya mukanya cukup tebal." sindir teman kelasnya.

Sudah 2 bulan Dila berpacaran dengan Johan, namun julukan 'cewek murahan' masih saja melekat padanya. Sepertinya itu semua karena mereka tak terima atas pilihan Johan dan juga akibat provokasi dari si kapten cheerleader, Beby Estianty, yang mengaku lebih pantas bersama Johan 2 bulan yang lalu.

Tak heran Dila tidak terkejut lagi saat disindir seperti itu.

"Kalau lo ingin menghancurkan sesuatu, gue bisa bantu. Sebenarnya gue juga udah lama pengen ngejambak mereka." Bisik Indah.

Dila menggelengkan kepalanya lalu berjalan masuk ke kelas. Dila berusaha mengabaikan sindiran mereka karena minggu ini dia ingin fokus sama Ujian Nasional.

Dila kemudian duduk di samping Indah. Karena kelas diacak selama Ujian Nasional, Harry berada di kelas lain.

"Selamat pagi semuanya! Sudah siap ujiannya, kan? Kalau begitu, letakkan tas kalian semua ke depan. Tak ada satu pun barang lain di meja kecuali alat tulis dan kartu ujian." Kata guru yang baru saja masuk dan akan mengawasi mereka selama ujian berlangsung.

Para siswa menuruti perintah guru tersebut dan berbondong-bondong meletakkan tas mereka di depan kelas. Ujian pun berlangsung dan para siswa termasuk Dila fokus dengan soal ujian mereka.



***

*11.00 AM*

Bel berbunyi tanda ujian telah selesai.

"Ayo semua keluar, tinggalkan saja lembar ujian kalian di meja. Jangan ada yang melanjutkannya lagi. Ayo! Ayo!" titah guru sambil berjalan keliling ruangan untuk menghentikan aktivitas para siswa dalam mengerjakan ujian.

Para siswa kemudian mengambil tasnya lalu keluar dari ruangan. Dila dan Indah pun keluar dari kelas dan Harry segera menghampiri mereka dengan tersenyum lebar.

"Gimana tadi? Wah, ujian bahasa Inggrisnya apalagi pas listeningnya, gue hampir kewalahan. Kalau Dila pasti lancar aja, kan?" tanya Harry membahas ujian tadi.

"Ya, gitu deh." Jawab Dila singkat.

'Tapi bukan salahnya kalau dia selalu dikejar-kejar cewek. Ya, emang Johan keren dan ganteng.' Batin Dila.

Dila tiba-tiba kepikiran sindiran teman-temannya tadi pagi. Dila, Indah dan Harry berjalan bersama menuju kantin.

"Dil, lo baik-baik saja, kan? Kok ngelamun?" tanya Indah dengan mata membelalak.

"Ah, ya."

Suara Indah yang terdengar penuh semangat menyadarkan Dila.

"Nggak apa-apa kok." jawab Dila seadanya.

Dila kemudian menggigit bibirnya, tidak ingin memberi jawaban lagi. Kedua alis Harry terangkat.

"Loh.. Lo biasanya bawel banget, tapi hari ini hening seolah lo sedang merencanakan suatu kejahatan besar. Lo pasti mikirin soal Johan, kan?" ujar Harry mencoba menerka apa yang dipikirkan Dila.

Namun, Dila tak menjawab.

Mereka pun tiba di kantin dan segera mengambil makanan lalu duduk di meja favorit mereka.

Semicolon ; MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang