6. Juvenile

13 4 0
                                    

Menjadi cinta pertama seseorang adalah sesuatu yang indah, namun tak ada yang lebih sempurna jika kamu menjadi cinta terakhirnya.




***

*07.14 AM*

“Jadi nggak masalah kan kalau gue serius sama Dila? Kalau gitu, gue sangat serius sama Dila kok.” kata Johan pada Harry dengan sinis.

Johan mulai merasa tak nyaman dengan sikap Harry yang seolah ingin berseteru dengannya.

Harry dan Johan sedang berada di parkiran motor sekolah. Mereka tak sengaja tiba bersamaan dan Harry segera menghadang Johan sambil mengancamnya agar tidak mempermainkan Dila.

Itu karena Harry merasa sangat khawatir pada Dila, sampai rasanya ia hampir gila.

“Ada apa ini?” tanya Dila yang menghampiri mereka bersama payung kesayangannya.

Hari ini, hari dimana Johan dan Dila akan memulai kembali kisah mereka. Rencananya akan berangkat bersama ke sekolah, namun ternyata Ayah Dila sudah kembali dari luar kota dan berniat mengantar Dila dan adik-adiknya ke sekolah.

“Eh, Dila?"

Secara refleks, tatapan Harry dan Johan mengarah ke Dila yang baru saja tiba.

"Masuk bareng yuk.”

Johan meraih payung dari tangan Dila untuk memayunginya dan bergegas membawa Dila masuk ke sekolah karena bel masuk sudah berbunyi. Johan pun mengalihkan topik pembicaraan selama berjalan ke kelas agar Dila tak penasaran lagi soal pembicaraannya dengan Harry.



***

5 jam kemudian, bel istirahat berbunyi.

*12.26 PM*

“Vernon, ini semua gara-gara lo. Pokoknya kita harus membersihkan serpihan kacanya segera."

Dino merajuk pada Vernon dengan suara rendah penuh penekanan.

"Jadi, gue mesti minta maaf lagi dan menulis laporan kerusakan serta beli vas baru? Padahal baru sebulan yang lalu vasnya. Malah pecah lagi dengan kejadian yang sama.”

Dino menggerutu membersihkan serpihan kaca vas bunga di kelasnya yang dia senggol karena mengejar Vernon yang mempermainkannya. Vernon kemudian membantu Dino lalu membuang serpihan kaca tersebut ke tempat sampah.

“Lo nggak lapar? Kita makan aja dulu. Gue lapar nih." Kata Vernon pada Dino dengan santai.

"Yuk.” ajak Vernon lagi sambil meletakkan sendok sampahnya.

'Dasar cowok menjengkelkan.' umpat Dino dalam hati.

Dino kemudian memutar bola matanya dengan malas mendengar ucapan sahabatnya itu.

Mereka berdua kemudian menuju kantin melewati lapangan basket outdoor. Dino berjalan sambil memperhatikan siswa lain yang sedang asik bermain basket kemudian melihat bola itu lepas kendali dari tangan siswa itu dan terlempar ke arah seorang siswi yang sedang berjalan ke arahnya.

“Awas!” seru Dino lalu berlari ke arah siswi itu dan menangkap bola dengan sigap.

Dino tidak dapat menahan dirinya karena khawatir siswi itu akan terluka terkena bola.

“Duh, itu bahaya tau! Bagaimana kalau kena tadi?” gerutu Dino lalu melempar kembali bola tersebut ke arah siswa yang melempar tadi.

Siswa tersebut meminta maaf.

Semicolon ; MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang