34. Oh My!

5 2 2
                                    

Love, it could make you sad.It could even make you lonely sometimes. But that love can also make you happier than you'll ever be.

- Fruit Basket -




***

*03.05 PM*

“Emang lo salah apa, sih? Lo nggak salah, jadi kenapa lo minta maaf? Gue rasa ide lo tadi bagus. Kalau kita buat layanan web pembuatan RAB Konstruksi, pasti bakal keren banget. Lagian proyek ini nggak terlalu ngeluarin banyak uang, kan? Yah, paling sih cuma buat bayar web developernya aja buat convert spreadsheetnya ke web. Oh iya, gue lupa. Nama lo siapa tadi? Gito, yah?” kata Dila membela Gito yang tadi meminta maaf setelah mengemukakan pendapatnya saat diskusi kelompok mereka.

“Ya, menurut gue juga bagus.” Timpal teman kelompok Dila yang satunya menatap Gito dengan seksama.

Mereka bertiga kemudian setuju akan ide Gito untuk tugas proyek inovasinya. Gito yang mengungkapkan idenya juga ikut mengangguk.

“Oke. Kerja bagus, Gito. Gue harap kita bisa ngumpul lagi buat bikin spreadsheetnya. Nanti gue tanya teman gue dulu buat web developernya, ya.” Puji Dila dengan wajah yang ceria.

“Iya. Ngumpulnya lusa aja.” Jawab Gito sekenanya.

“Baiklah, baiklah. Oh iya, gue lupa minta nomor handphone lo.” ucap Dila mencegat Gito sebelum beranjak.

Gito pun memberikan ponselnya ke Dila agar Dila memasukkan nomor teleponnya di situ.

“Nanti biar gue yang hubungi lo.” jelas Gito saat melihat ekspresi kebingungan Dila.

Dila mengangguk lalu mengambil ponsel Gito dan mengetikkan nomornya.

“Kalau begitu kita akan membeli minuman, lo nggak mau ikut?” kata Dila mencoba mengajak Gito.

“Gue balik duluan, lo aja berdua.” Ucap Gito menolak.

Dila mengangguk lalu Gito pun pamit.


***

*04.17 PM*

Sesampainya di rumah, Dila masuk di kamarnya dan melihat Diba sedang memperbaiki lukisannya yang terjatuh.

“Tidak, tidak. Gue nggak bermaksud begini. Jangan salah paham, kak." Jelas Diba sambil menggelengkan kepalanya.

Dila mengabaikan sangkalan yang Diba ocehkan. Dia langsung duduk di samping ranjangnya.

"Kalau kelihatannya kayak gitu, gue minta maaf."

Diba mengerutkan alis dan mengedipkan mata pelan disertai bibir yang agak mengerucut untuk menerangkan rasa bersalahnya melalui ekspresi memelas itu.

"Hmm.. Lo serem banget soalnya." Kata Diba lagi.

'Duh, kelakuan bocah ini!' keluh Dila dalam hati.

"Gue serius, gue nggak ngejatuhin lukisan lo kak. Gue tiba-tiba masuk terus lukisannya ternyata udah di bawah jadi gue pengen gantung kembali.. gitu.” lanjut Diba membela diri sebelum Dila berkata apa-apa.

“Iya, iya. Emangnya gue seseram itu? Lo takut sama gue, huh? Terus lo ngapain masuk di kamar gue, Di-Ba?” tanya Dila dengan penekanan saat menyebut nama adiknya itu sambil menyilangkan tangannya di depan dada.

Diba tergagap, ragu memberikan tangkisan atas serangan interogasi kakaknya.

“Gue.. tadi pengen minjam ikat rambut lo, satu aja. Tapi, gue nggak sengaja jatuhin lukisan lo waktu gue buka pintu, kak. He.. he..” ujar Diba dengan pura-pura menyesal.

Semicolon ; MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang