27. Lilili Yabbay

11 1 0
                                    

Nothing lasts forever.
Goodbye lasts no forever.






***

Memenangkan hatiku bukanlah
Satu hal yang mudah
Kau berhasil membuatku tak bisa hidup tanpamu 🎶
-Virgoun, Bukti

*03.30 PM*

“Perhatikan target kalian! Okay, selanjutnya!” teriak Johan saat melatih tim baseball junior SMAnya.

“Jangan terlalu kaku, lo nggak tau peribahasa ‘senjata makan tuan’? Rileks saja. Bisa-bisa tongkat lo mengenai lo sendiri.” Nasehat Johan pada seorang batter (pemukul).

“Oh.. Baiklah, kak.” jawab Batter itu mengangguk paham.

Johan kemudian keluar dari lapangan menuju sisi lapangan tempat istirahat untuk beristirahat. Dia meraih botol minumnya dan segera meneguknya sampai habis.

Matanya menerawang ke langit sambil menghela nafas berat. Kepalanya dipenuhi oleh kekhawatiran akan Dila, oleh karena itu, dia memutuskan untuk menjadi pelatih paruh waktu di SMAnya agar dia bisa melupakan kekhawatirannya perlahan.


***

*03.37 PM*

Di rumah Dino, Dino dikagetkan saat Dicky datang dengan babak belur. Dino menatap Dicky dengan gelisah.

“Apa yang terjadi?” tanya Dino panik dan khawatir sambil membantu Dicky masuk ke rumahnya.

Matahari masih bersinar terang di hari Minggu di mana Dino hanya berdiam di rumahnya.

“Gue.. tadi nggak sengaja nyelamatin orang dan gue malah babak belur ngelawan orang itu, Din. Untung saja gue ingat kalau rumah lo dekat dari sini."

Dino menatap wajah dan hidung Dicky yang terluka lebam.

"Gue nggak berani pulang ke rumah kayak gini. Gue takut bokap nyokap gue bakal gusar.” Kata Dicky.

“To.. i.. let.” Ucap Dicky pelan sambil menahan sakit di perutnya.

“Wah, yang benar saja! Lo bisa berdiri?” tanya Dino pada Dicky yang duduk lemas di sofanya.

Dicky mengangguk pelan, Dino lalu mengantarnya ke toilet. Dicky pun masuk dan Dino menunggunya di luar.

Dicky keluar lalu Dino melingkarkan sebelah lengannya di punggung Dicky sementara Dicky mengerahkan sisa tenaganya untuk melangkah tertatih dengan bertumpu pada bahu Dino.

'Memangnya dia nyelamatin orang dari apa sih, kok sampai babak belur begini?' batin Dino penasaran.

Dino mendudukkan Dicky kembali di sofa.

“Sudah. Puas? Kaki lo, Dic.” Kata Dino terkejut melihat kaki Dicky yang sedikit tergores.

Dino merasa nyaris gila melihat temannya yang babak belur itu.

"Di..no.."

Kepala Dicky terasa sangat berat sehingga matanya tidak bisa melihat dengan jelas. Dicky pun tak sadarkan diri.

Dino kemudian membaringkan Dicky di sofa.

"Aduh, bagaimana ini?" Gumam Dino panik.

'Kenapa dia tiba-tiba pingsan?!' pikir Dino kalang kabut.

Dino membasuh wajah Dicky asal-asalan untuk mengompres luka lebam di wajah Dicky.

"Apa sebaiknya gue menelepon ambulans?" Gumam Dino khawatir.

Semicolon ; MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang