51. Go

10 2 6
                                    

*02.21 PM*

Hari ini akhirnya KKN Dila selesai dan mereka pun akhirnya tiba di kampus sama seperti saat mereka berangkat dulu.

“Ini hanya sementara, Dil. Karena aku punya berita buruk buatmu.” kata Joshua yang tiba-tiba mencegat Dila setelah turun dari bis.

“Menyangkut gue? Ada berita apa emang?” jawab Dila yang agak terkejut saat Joshua tiba-tiba menghadangnya saat akan mencari keluarga yang menjemputnya.

Walau sudah diputuskan, Joshua tetap tidak kuasa menghapus perasaannya untuk Dila. Dila tak memperhatikan wajah Joshua, dia hanya fokus mencari sekelilingnya untuk menemukan ayah dan bundanya.

“Dil, apa kamu nggak mau segera menikah? Apa kamu mau? Katakan padaku pria idamanmu seperti apa?” tanya Joshua tiba-tiba.

“Hei, dari mana lo bisa berpikiran seperti itu? Kalau pun gue mau, gue juga nggak akan kasih tau lo. Apa itu berita buruknya?” balas Dila dengan sinis.

“Kamu nggak tau kalau bisnis keluargamu bangkrut? Kamu belum baca beritanya?” tanya Joshua lagi sebelum Dila berpaling darinya.

“Sangat menyenangkan ya  mempermainkan gue?” kata Dila yang mulai merasa muak akan ucapan Joshua yang menurutnya tidak masuk akal.

Joshua menyodorkan tablet Pcnya pada Dila agar Dila bisa membaca beritanya.

“Apa yang ada di dalam kepalamu setelah melihat ini?” tanya Joshua serius.

“Joshua, ini bercanda kan?” tanya Dila tak percaya.

“Aku minta maaf.. tapi ini benar, Dil.” gumam Joshua mulai terlihat sedih menatap wajah Dila yang berubah menjadi muram seperti tak berdaya dalam sekejap.

Dila langsung saja berlari meninggalkan kopernya untuk mencari mobil orang tuanya dan tak menemukan tanda-tanda. Saat turun dari bus, Bryan mengikuti Dila yang berlari setelah berbicara dengan Joshua.

Dila pun segera berlari keluar kampus.

“Taksi! Taksi!” teriak Dila panik di pinggir jalan untuk menghentikan taksi manapun yang dilihatnya namun tak satu pun yang berhenti karena sudah memiliki penumpang.

Dila kemudian nekat berjalan sedikit ke tengah jalan untuk menghentikan taksi berikutnya, namun seseorang kemudian menariknya kembali ke pinggir jalan.

“Dila, ada apa? Lo mau mati?” tanya Bryan yang juga panik dan khawatir pada Dila.

“Gue pengen tau apa yang dikatakan Joshua itu benar, Bry. Gue harus pulang. Gue harus pulang!” jawab Dila dengan sedikit berteriak bercampur isak tangis.

Dia kemudian berjongkok karena merasa frustasi dengan tangannya masih dipegang oleh Bryan. Bryan kemudian ikut berjongkok sambil menghapus air mata yang berlinang di pipinya.

“Gue akan antar lo pulang, oke?” ucap Bryan dengan lembut.

Kali ini ada nada khawatir yang jelas dalam suara Bryan. Bryan juga merasa hancur saat melihat Dila frustasi seperti itu.

“Apa lo serius? Kalau gitu, ayo! Ayo, Bry! Buruan!” ujar Dila lalu bangkit dan menarik-narik tangan Bryan yang masih berjongkok.

'Dila yang malang.' Batin Bryan saat berdiri sambil memegang kedua pipi Dila dan menatapnya dengan intens.

“Iya, tapi lo harus tenangin diri dulu, oke?” jawab Bryan.

Dila mengangguk dan tiba-tiba saja teleponnya berdering. Dila mengambil handphone dari sakunya dan melihat nama pemanggilnya.

Semicolon ; MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang