12. Very Nice

9 2 0
                                    

Jika ingin seseorang percaya pada kita, hal pertama yang harus dilakukan adalah meyakinkan mereka bahwa kita mempercayai mereka.







***

*12.05 PM*

“Eh, betulan! Kepala lo meledak! Lo.. bahasa Indonesia lo aja parah seperti ini, kok bisa-bisanya lo masuk sekolah?"

Suara Dino meninggi dan akhirnya tersadar saat melihat lirikan tajam dari siswa lainnya yang berada di tempat itu.

"Ini cuma bacaan bukan rumus kenapa mesti diperumit?"

Dino syok melihat hasil ujian Debby.

"Lo bisa kerja sendiri, ngapain manggil gue?” sindir Dino pada Debby yang sedang serius membaca buku paket Bahasa Indonesianya untuk mengikuti ujian remedialnya nanti.

Mereka sedang berada di perpustakaan untuk belajar bersama. Dino menatap Debby dengan gemas karena ekspresi Debby yang sepertinya berusaha keras untuk mencari jawaban dari soal yang diberikan.

Debby kemudian menoleh pada Dino, namun Dino dengan cepat mengalihkan pandangannya dari Debby.

“Ayolah, lihat ke sini!" Seru Debby sambil menatap Dino dengan tajam.

"Jangan nyuekin gue, gue mesti ngapain nih? Gue nggak bisa pergi begitu saja soalnya gue butuh banget bantuan lo. Lo mau nyuekin gue terus? Dino! Ayo dong!” rengek Debby berbisik frustrasi sambil menggoncangkan lengan Dino dengan keras.

“Debby! Ada yang manggil lo! Serius!” seru Vernon cepat dengan mata membesar yang muncul entah dari mana.

Mereka sepertinya lupa kalau mereka ada di perpustakaan hingga mereka mendapat teguran dari siswa lain.

“Apa lo dengar gue? Ayolah, bantuin. Gue telat nih ngumpulinnya. Gue masih punya banyak urusan tau nggak. Gue nggak bakal ngancam lo kok. Dino!”

Debby mengabaikan Vernon, dia hanya sibuk mengemis pada Dino.

“Iya. Iya. Berisik banget deh.” Jawab Dino cepat dan melingkari jawaban yang benar di buku Debby.

Vernon berdiri linglung melihat Debby dan sahabatnya itu mengabaikannya sementara Debby yang sudah seperti ingin menangis langsung tersenyum lebar. Benar-benar diabaikan.

“Woy, lo nyuekin gue? Kalau dia datang ke sini, jangan bilang gue nggak ngasih tau lo. Apa lo pikir lo punya pilihan? Ayo keluar! Cepatlah sebelum dia yang ke sini!” sela Vernon dengan bete karena diabaikan.

Debby segera merapikan barangnya dan membawanya keluar menemui orang yang mencarinya. Vernon lalu duduk di tempat Debby di samping Dino sambil tertawa kecil.

Dino sudah hafal betul dengan sifat Vernon. Dia pasti berbohong.

Hanya saja Dino berpura-pura tidak tahu.

"Siapa yang nyariin dia?” tanya Dino penasaran.

“Nggak ada sih.” Jawab Vernon dengan tersenyum ceria.

Dino lalu memukul punggung Vernon dengan keras. Vernon mengaduh kesakitan dan merasa seolah-olah tulangnya sebentar lagi akan rontok berjatuhan ke lantai.

“Habisnya gue cemburu, lo berduaan mulu, padahal sebelumnya lo nggak bisa hidup tanpa gue. Tapi semenjak ada Debby, lo lupain gue. Oh, jadi segitu doang persahabatan kita? Lagian nih ya, Debby belum jadi pacar lo kan?” jelas Vernon sambil mengelus punggungnya.

Dino lalu terdiam merenungkan perkataan Vernon. Dia belum berani menyatakan perasaannya pada Debby.

Dino berpikir untuk sekarang, berteman saja lebih aman dibanding harus menyatakan perasaannya. Dia takut Debby menolaknya lalu menjauhinya.



Semicolon ; MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang