9. Still Lonely

9 3 0
                                    

Selalu ingin bersama
Dekat dengan dia
Dan menghabiskan waktuku tanpa tersisa

- BCL ft Dipha Barus -



***

*05.15 PM*

“Aku tahu kamu menyukai perempuan berkulit putih bersih, dan aku sadar kalau aku bukan tipemu. Aku nggak bisa berdandan juga biar jadi cantik. Makanya aku memakai payung ke sekolah berharap agar kulitku nggak hitam dan akhirnya jadi kebiasaan.” Jelas Dila pada Johan.

Saat ini mereka sedang berada di taman biasa menunggu datangnya senja.

“Tunggu sebentar.” Sela Johan.

Dila yang tadinya ceria itu kini terlihat agak suram saat Johan menginterupsinya. Johan kemudian berlari keluar taman entah kemana.

Dila hanya bisa merengut kesal ceritanya dipotong.

"Apa terjadi sesuatu?" Gumam Dila.

Johan pun kembali beberapa menit kemudian dan membawa sekantong plastik besar yang berisi beberapa cemilan dan minuman. Melihat wajah Dila yang begitu suram dan gelisah, Johan merasa sangat bersalah dan khawatir.

“Kamu kesal, ya? Aku lihat bibir kamu kering karena terlalu bersemangat cerita. Aku pikir kamu akan haus, jadi aku beli beberapa cemilan dan minuman buat kamu.” Jelas Johan sambil menyunggingkan senyum dan menyodorkan kantong tersebut pada Dila lalu duduk di ayunan samping Dila.

Dila yang tadinya terlihat suram, sontak menatap Johan dengan riang.

“Aku juga.. suka sama kamu sejak MOS. Aku udah pernah cerita kan? Nggak ada alasan kenapa aku bisa suka sama kamu, tapi yang jelas aku senang kalau melihatmu.” Lanjut Johan sambil tersenyum tulus.

Dila tahu Johan adalah orang yang selalu mengungkapkan perasaannya dengan jujur. Dia pun bangkit dari ayunannya dengan riang lalu menatap Johan dengan serius.

“Ada apa? Aku ada salah ngomong yah?” tanya Johan dengan gugup.

“Makin aku lihat, kamu makin ganteng aja.” Goda Dila.

Dila berpikir bahwa apa yang dikatakan Johan barusan adalah gombalan agar dia tak kesal lagi jadi dia mencoba membalasnya. Dila tersenyum jail.

Johan tertawa melihat Dila dan ikut berdiri.

“Mulai saat ini, aku harap kamu akan terus menyukaiku."

Percakapan pribadinya dengan Johan itu membuat mata Dila mulai bergetar dan perasaannya bercampur aduk seolah hatinya akan meledak.

"Aku harap aku bisa selalu sama kamu. Aku harap aku bisa.. jadi.. is.. istri ka..mu di.. masa depan.” Ujar Dila dengan malu-malu.

“Tujuh tahun yang akan datang? Oke.” Kata Johan.

Dila terkejut akan jawaban Johan dan pipinya seketika merona lalu dia pun menunjukkan senyum manisnya pada Johan. Dila kemudian memeluk pinggang Johan dengan manja.

Gadis itu tidak pernah bersikap manja tapi dia terlalu senang saat ini hingga tak bisa menahan dirinya. Johan membalas pelukan Dila sambil mengecup pucuk kepala Dila.

Setelah beberapa menit menikmati cemilan mereka, mereka pun bersiap pulang karena senja sudah muncul.

“Ayo pulang.” Ucap Johan dengan senyum manisnya.

Dila bersungut karena waktunya untuk hari ini bersama Johan sudah berakhir.

“Anu.. hmm.. aku sempat ngelihat ada cowok di rumah kamu waktu itu yang sepertinya seumuran kita. Itu siapa?” tanya Johan saat mereka berjalan bersama menuju rumah Dila.

Semicolon ; MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang