17. Smile Flower

9 2 0
                                    

Perjalanan sejauh apapun, dimulai dengan satu langkah pertama







***

하루하루가 새롭게 다가와 내 맘 설레게 하죠
Setiap hari adalah hari baru yang membuat hatiku meleleh.
- Yoon Mirae, You are My world


*10.20 AM*


“Nanti kita bertemu di depan toko buku, ya. Baiklah sampai nanti, dah!”

Eza tersenyum lebar seperti bunga yang mekar saat menutup teleponnya. Ada saja caranya untuk menarik perhatian Diba agar gadis itu tak menutup diri lagi darinya.

Dia bergegas memilih pakaian yang akan dikenakannya ke toko buku. Eza bersiul sesekali saat menemukan pakaian yang menarik menurutnya.

Dia kemudian memakai pakaian yang sudah dipilihnya berulang-ulang kali di depan cermin lemarinya. Eza kemudian menyemprotkan parfum ke tubuhnya secukupnya.

Dia kemudian mengambil jaketnya dan berjalan keluar kamar.

“Eh? Ya! Rambut gue belum rapi!” serunya lalu berlari ke depan cermin mengambil sisir dan menata rambutnya.

Setelah merasa puas akan penampilannya, dia pun keluar dari kamarnya. Eza senang sekali jika bisa berjalan bersama Diba lagi.

Eza berlari ke halte bus menunggu bus menuju tujuannya. Setelah busnya tiba, dia pun segera naik dan duduk di tempat yang kosong.



***

*11.17 AM*

Setibanya di depan toko buku, Diba menyapanya dan berjalan masuk ke toko buku tersebut. Eza segera mengangguk dan mengikuti langkah Diba.

Mereka kemudian melihat-lihat buku yang mereka inginkan. Setelah memilih buku yang mereka inginkan, mereka pun menuju kasir.

Eza yang melihat ada 3 buku di tangan Diba terkejut seketika. Tangannya dia masukkan ke saku celananya.

'Gue nipu papi untuk ngasih gue duit tapi kayaknya nggak cukup deh. Feelingku nggak enak. Diba beli bukunya banyak juga ternyata. Bagaimana cara bayarnya, ya?' Batin Eza.

“Hei, bukannya sebaiknya lo pikir-pikir lagi?” ucap Eza.

“Apanya? Memangnya mau dipikir bagaimana lagi?” tanya Diba kebingungan.

Belum sempat Eza menjawab, pengunjung yang antri di belakangnya pun menegur mereka.

“Kenapa kalian diam aja? Maju dong! Kita nggak punya waktu buat nungguin kalian, masih banyak yang lain nih yang mau bayar.”

Eza merasakan tubuhnya melemas. Dia merasa malu pada dirinya sendiri.

Diba dan Eza pun maju. Diba kemudian membayar biaya bukunya dan Eza terlihat gelisah.

Dia tak tega membiarkan Diba membayar belanjaan bukunya walaupun sebenarnya Diba tak minta dibayarin. Eza sangat khawatir Diba akan berhenti jalan dengannya jika dia sangat payah seperti ini.

Mereka pun keluar dari toko buku dengan ekspresi yang berbeda. Diba yang melihat wajah kusut Eza pun menegurnya, “Lo kenapa?”

Eza terkejut mendengar pernyataan Diba barusan.

“Gue.. berniat membuat hari yang spesial dengan lo. Tapi, sepertinya gue payah.” Jawab Eza dengan mata yang tak fokus, tak berani menatap Diba.

Semicolon ; MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang