13. Simple

6 2 0
                                    

Remember that there is a return whenever you feel hard to say goodbye




***

*07.25 AM*

Diba yang sudah menduduki bangku SMA, sedang melakukan piket hariannya. Namun, tiba-tiba saat menyapu di samping loker, seragamnya nyangkut di mata paku berkarat yang menjorok keluar di dekat loker dan akhirnya membuat kain bagian pinggang kanannya robek dengan lebarnya.

Untung saja paku itu tak melukai pinggangnya. Diba berteriak saat melihat seragamnya robek dan saat itu dia tak sempat memakai baju dalam hingga akhirnya pinggang telanjangnya pun nampak dan dia mencoba menutupinya agar teman-teman cowoknya tidak melihatnya.

Eza yang kebetulan sekelas lagi dengannya, datang dan kemudian melilitkan jaketnya di pinggang Diba untuk menutupinya. Diba terkejut, begitu pula dengan teman-temannya, khususnya yang cewek.

Mereka terlihat iri.

Karena jam pertama adalah jam olahraga, Diba pun mengganti seragamnya dengan pakaian olahraganya.

Namun, ternyata guru olahraganya tidak bisa masuk hingga akhirnya jam pertama pun kosong, dan para siswa kegirangan karena mereka tak perlu belajar. Eza yang peka, menghampiri meja Diba dan mengajaknya ke kantin.

"Ngapain ke kantin? Kan, belum waktunya istirahat." tanya Diba.

Namun, Eza hanya diam dan menyuruhnya ikut serta membawa seragamnya tadi. Diba pun menurut dan mereka pun sampai di kantin.

Eza sedang berbicara kepada ibu penjaga kantin seperti meminta sesuatu dan dia pun datang sambil membawa benang putih dan jarum. Eza mengambil seragam Diba lalu memulai memasukkan benang ke dalam lubang jarum dengan sekali percobaan.

Wajah Eza terlihat serius.

"Tunggu, lo mau ngejahit seragam gue?" tanya Diba heran yang dijawab Eza dengan sebuah anggukan.

Eza dengan lihainya memulai menjahit seragam Diba agar dia bisa mengenakannya lagi.

"Hebatnya! Ternyata lo bisa menjahit." kagum Diba pada Eza yang sedang menjahitkan seragam Diba yang robek.

"Yaelah. Enggak juga kok. Terima kasih sudah mau menunggu. Kelihatannya sudah bagus. Cobalah." Kata Eza sambil menyerahkan seragam Diba yang sudah utuh kembali seolah seragam itu tak pernah robek sedikitpun.

"Wah! Makasih! Ya udah, gue ke WC dulu buat ganti baju." ucap Diba kegirangan dan segera menuju toilet terdekat yang berada di samping kantin.

Beberapa menit kemudian, Diba pun kembali sambil tersenyum lebar mengenakan seragamnya kembali.

"Thanks so much, seragam gue kembali utuh berkat lo." ujar Diba berterima kasih kepada Eza.

Eza hanya tertawa kecil menatap Diba. Dia senang bisa menolong gadis yang disukainya itu.

"Bagus sekali! Eh, lo kok ketawa sih? Tapi syukurlah. Senyuman lo itu manis banget tau dan bikin ketampanan lo jadi meningkat, kok lo jarang banget sih senyum atau ketawa gitu?" puji Diba sambil mengedip-ngedipkan matanya yang membuat Eza bungkam dan wajahnya seperti merona akibat pujian itu.

"Karena aku sekarang ada sedikit alasan untuk melakukan itu lagi. Gue pengen tau, apakah itu benar atau tidak. Soalnya gue juga nggak tau. Lo itu vitamin atau apa yah?" jawab Eza sambil menatap Diba dengan lembut dan kali ini Diba yang bungkam dan merona.

Itu bisa dilihat dengan jelas oleh siapa pun.

"Ternyata, gue memang sangat menyukai lo yang sedang tertawa. Ayo balik." Lanjut Eza menambah semburat merah di pipi Diba.

Semicolon ; MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang