39. Annoyance

4 2 0
                                    

*04.30 PM*

“Ya. Hari kemarin biarkan berlalu, biarkan itu menjadi cerita. Karena kalau gue selalu khawatir gue nggak akan bisa tenang. Gue yakin, Dila akan baik-baik saja.” Kata Johan pada dirinya sendiri yang sedang duduk sendirian di taman kompleksnya.

“Masa lalu akan meninggalkan kepedihan. Tapi, kalau sekarang lo mau hidup lebih baik, lo harus menghapus masa lalu lo dan pastinya akan ada hari yang bahagia buat lo.” ucap Chelsea yang tiba-tiba muncul di pintu taman.

Johan terkejut karena gadis itu datang dan menghampirinya hingga dia sampai berdiri dari ayunan tempatnya duduk. Chelsea kemudian memeluk Johan saat sudah berada di hadapannya.

Saat ini Johan yang risih karena pelukan Chelsea, serasa ingin menghilang saja karena masih harus dipertemukan dengan gadis yang dibencinya itu.

“Gue sudah pulang. Ini yang sangat penting. Gue nggak harus di hotel saja. Gue harus nyari lo secepatnya, Han. Gue kangen banget sama lo.” Ujar Chelsea masih memeluk Johan.

Johan lalu melepaskan pelukan Chelsea dengan kasar.

If it’s not urgent, let’s meet later.” Johan lalu berjalan meninggalkan Chelsea.

Chelsea memutar bola matanya dengan malas melihat Johan yang sudah menjauh dengan cepat. Dia berusaha sekuat tenaga mengejar Johan, tapi itu bukanlah pekerjaan yang mudah jika menggunakan high heels.



***

*06.35 PM*

Johan mengambil mobil di rumahnya lalu menuju apartemen Joshua.

"Malang sekali gue kalau sampai ketemu cewek itu lagi. Sial." Gerutu Johan sambil menyetir mobilnya.

Johan segera memencet bel apartemen Joshua. Dia melirik jamnya yang menunjukkan pukul 7 malam.

Joshua kemudian membuka pintu dan Johan menerobos masuk.

“Lo masih mengaku nggak bersalah?"

Begitu pintu terbuka, Joshua yang wajahnya dipukul Johan secara tiba-tiba langsung meringis kesakitan.

"Coba jelaskan!"

Johan menarik kaos Joshua dan menyudutkannya ke dinding lalu menghantam dinding itu dengan kepalan tangannya.

"Bagaimana perasaan lo sekarang? Kasih tau gue perasaan lo setelah lo ngelakuin itu kemarin. Lo puas?” kata Johan membentak Joshua.

Joshua mengelap bibirnya yang terasa perih dengan ibu jarinya.

“Johan? Lo nggak pernah seperti ini loh.”

Joshua lalu mendorong Johan sekeras mungkin hingga Johan akhirnya menjauh darinya.

“Apa itu benar-benar membuat lo gelisah? Ini pertama kalinya lo seperti ini. Lo jangan menuding gue. Lo juga pernah ngelakuin hal yang sama, kan?” ucap Joshua dengan santai lalu melewati Johan dan menuju sofanya.

Joshua duduk sambil menyilangkan kakinya menatap Johan dengan sengiran licik. Johan merasa sangat marah pada Joshua saat mengingat cowok itu mencium Dila waktu itu.

Johan mengepalkan jari-jarinya dengan erat. Dia sangat sakit hati akan perlakuan saudaranya itu.

Johan menghampiri Joshua lalu mencengkeram kaos Joshua hingga Joshua berdiri di hadapannya tapi wajah Joshua tidak takut sedikit pun. Joshua sama sekali tidak bergetar melihat tatapan amarah dari kakaknya itu.

“Gue sudah bilang, gue.nggak.pernah.sekalipun.menyukai.Chelsea. Lo salah paham, Josh!” ujar Johan dengan penekanan yang keras di setiap kata-katanya.

Semicolon ; MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang