I got this feeling on the summer day when you were gone
I crashed my car into the bridge, I watched, I let it burn
I threw your shit into a bag and pushed it down the stairs
I crashed my car into the bridge
"I DON'T CARE, I LUV IT! I DON'T CARE!"
Aku bernyanyi penuh penghayatan di cermin, hair dryer di tangan kugunakan sebagai mic. Aku meloncat-loncat mengikuti alunan lagu disco ber-bass yang kental, berjoget, dan mengibaskan rambutku kiri dan ke kanan. I Love It milik Icona Pop sedang berputar di ponsel.
Kuulas pemerah pipi ke pipiku dengan kuas, menyentak kaki di bawah. "I threw your shit into a bag and pushed it down the stairs. I crashed my car into the bridge."
Tepat saat itu, pintu kamarku yang ternyata tidak tertutup rapat, menjeblak terbuka. Seseorang masuk dengan senyum menyeringai.
"I don't care-EHHHH?!" Kubuang kuas blush ke depan, tepatnya pada Kak Nara di cermin, yang bersandar di pinggir pintu yang terbuka di belakangku. Kuas itu memantul di cermin, dan jatuh ke suatu tempat di lantai.
Kak Nara menyeringai nakal. "Lanjutkan saja, nikmati konser tunggalmu. Anggap aja aku nggak ada."
Kuambil ponselku di atas nakas dan mematikan lagu. "Se-sejak kapan Kakak ada di kamarku?" ucapku gagap.
"Mmm ... kalau diingat-ingat, sejak kamu menari goyang pantat kali ya. Tarian apa tadi? Simpanse ngajak kawin?"
"KAKAK!!!" Seluruh wajahku merah padam.
Kak Nara tertawa keras-keras, menggelegar dan mungkin menggema sampai ke rumah tetangga. Kuseret dia keluar dengan paksa, tidak ingin lebih merasa terhina dibanding sekarang. Namun, untuk ukuran orang yang kena kram perut akibat terlalu banyak tertawa, tenaganya cukup kuat untuk memberatkan badannya tetap berada dalam kamar.
"Nggak aku ledek, nggak aku ledek." Ia mengangkat tangan, membuat gerakan 'aku menyerah'. Aku memicing padanya, meragukan kesepakatan yang ia tawarkan. Pasti besok-besok dia akan mengungkit kejadian ini lagi.
"Nggak usah terlalu malu. Ini lebih mendingan dari keliling kompleks dengan make up Anabelle," hiburnya kemudian, yang dalam telingaku menafsirkannya sebagai ledekan.
Ini cerita tentang aku yang pertama kali belajar di Youtube cara memakai make up. Sudah bisa dibayangkan seamburadul apa, tapi kakakku menenangkanku bilang mukaku cantik sekali. Jadi, aku pede saja jalan keluar rumah, keliling kompleks diikuti tatapan dan kikikan orang-orang yang kulewati. Lalu, satu bocah lugu berteriak ke arahku, "Ma! Ada Anabelle!"
Kenapa sih, semua kakak selalu menyengsarakan adiknya?
"Kamu mau ke mana dandan kayak gitu?" tanya Kak Nara, sudah sepenuhnya dirinya, ia duduk di kasur, mengamatiku di belakang meja rias.
KAMU SEDANG MEMBACA
This is Not A Good Love Story [COMPLETED]
Teen Fiction🌸 Wattys Winner 2021 kategori "Young Adult" 🌸 Cerita pilihan @WattpadYoungAdultID Juni 2022 Dalam kisah Romeo dan Juliet, kita diajarkan bahwa cinta butuh pengorbanan. Dalam kisah The Notebook, cinta diibaratkan sebuah rumah, walau berkali-kali me...