[DISCLAIMER!
Disarankan baca sambil duduk. Part ini lebih panjang dari kemarin-kemarin, jadi posisikan diri Anda santai saat membaca.
Selamat menikmati cerita ^^]Suara tawon terjebak dalam kaleng membawa kesadaranku yang belum terkumpul semuanya, naik ke permukaan. Aku menyangka itu suara tawon asli, jadi kutepuk sebelah telinga untuk mengusirnya. Sayangnya, tepukan itulah yang membuatku sadar.
Kamarku gelap. Garis-garis putih yang menembus tirai gulung pada jendela, menjadi satu-satunya sumber cahaya.
Tidak. Satu lagi dari benda kotak yang menelungkup di lemari samping kasur. Kubawa benda itu ke depan muka dan menyipitkan mata karena merasa terlalu silau. Kuangkat panggilan masuk dengan malas.
"Apa?" Suaraku serak ala orang habis bangun tidur panjang.
"Kamu habis tidur?" sambarnya, terheran-heran. "Baru jam setengah delapan juga. Nenek-nenek saja masih main poker di panti jompo!"
"Kalau mau ganggu tahan besok aja, deh, May. Aku capek, beneran."
Suara kresek-kresek radio yang hilang timbul terdengar-sepertinya dia menutup speaker-nya. Samar-samar dapat kudengar suara seseorang berbisik di antara jeda singkat antara kami.
"Kamu sama siapa?" selidikku.
"Sama cowokku," katanya. "Pinjam duit, dong. Mama dan papaku nggak ada. Duit Kak Rangga juga nggak cukup buat nginap di Malang."
Aku menumpuk bantal kepala dan menegakkan badan. Kemarahan membuatku sadar sepenuhnya. "Kita sudah bicara tadi pagi soal itu. Sekarang, kamu bersikeras lagi pergi berdua sama Kak Rangga? Dan, bermalam di sana? Berdua?"
Maya memang agak bodoh. Tapi aku tidak tahu dia sebodoh ini. Bisa-bisa, malam ini dia habis.
"Nggak bakal terjadi apa-apa, kok. Skeptis banget." Maya berdecak. "Jadi, kamu mau aku naik atau kamu yang turun? Aku di depan rumahmu, nih."
Kulangkahkan kaki cepat ke jendela. Menarik tali penggulung tirai, lalu jelajatan ke bawah, mencari Maya. "Kulapor Dirga sekarang, kamu habis ...."
Maya melambai-lambaikan tangan di bawah dan melompat-lompat girang. Tas ranselnya memukul-mukul punggungnya tiap ia lompat. Tidak ada mobil SUV hitam milik Rangga di depan rumah. Malahan ada pemuda kaku itu. Dirga mengangkat kotak kue warna putih. Tersenyum tipis ketika melihat raut wajahku masih takjub dengan kehadiran mereka.
Suara Maya yang pertama menyadarkanku, "Kejutan ulang tahun! Cepat turun! Perutku sudah lapar!"
****
Pemandangan terbaikku malam ini adalah kue cokelat lembut dengan taburan mini chocochips dan lelehan sirup cokelat yang menetes ke dasar kotak kue. Seperti ledakan magma gunung merapi cokelat yang manis. Bagian terbaiknya adalah ketika kue itu masuk ke mulut dan meleleh di mulutmu. Lidahmu dipuaskan dengan cokelat, cokelat, dan cokelat!
KAMU SEDANG MEMBACA
This is Not A Good Love Story [COMPLETED]
Teen Fiction🌸 Wattys Winner 2021 kategori "Young Adult" 🌸 Cerita pilihan @WattpadYoungAdultID Juni 2022 Dalam kisah Romeo dan Juliet, kita diajarkan bahwa cinta butuh pengorbanan. Dalam kisah The Notebook, cinta diibaratkan sebuah rumah, walau berkali-kali me...