Pagi tiga minggu lalu, got di depan rumah kami tersumbat hingga menciptakan genangan selebar akuarium ikan mas yang tidak dalam. Hujan turun lebat pada tengah malam, jadi udaranya lebih dingin. Kuambil ancang-ancang melompati genangan air di depan pagar rumahku, melompatinya seperti atlet lompat jauh. Berdiri di sebelah pagar Maya yang tertutup sambil menjejalkan tangan ke saku jaket untuk mengambil dua bungkus roti kacang hijau.
Satunya kulahap sendiri. Satunya lagi untuk Maya yang kebetulan keluar saat aku tengah menggerus roti dalam mulut.
"Aku sudah nggak apa-apa," katanya otomatis, paham betul arti kedatanganku.
Malam kemarin aku meninggalkan pesan padanya untuk meneleponku kalau-kalau dia butuh pendengar keluh kesah atau pendukung keputusannya putus dengan Rangga. Maya membacanya, tapi balasannya tak kunjung datang.
"Kamu yakin? Kamu nggak perlu memaksakan diri ke sekolah. Kabar kamu dan Kak Rangga masih heboh diperbincangkan dan aku yakin mereka nggak bakal melepasmu sampai kamu mengakui gosip itu. Terlepas apakah gosip itu benar atau nggak, mereka cuma mau melihatmu terganggu sama omongan mereka."
Aku tidak bisa membayangkan kejadian sebulan pertama kami SMA terulang kembali. Masa-masa awal Maya pacaran dengan Kak Rangga, ketika para senior mendatangi kelasnya hanya untuk marah-marah agar Maya berhenti bersikap ganjen pada cowok-cowok terutama pada idola mereka, Rangga, dan anak-anak pengagum Kak Rangga menganggunya dengan mencuri buku cetaknya atau menyembunyikan baju olahraganya.
Dengan suara ringan ia berkata, "Makanya, aku harus pergi sekolah untuk memperlihatkan kalau aku baik-baik saja. Itu cara yang paling tepat untuk membuat gosip ini cepat selesai."
Aku manggut-manggut. Diam-diam meliriknya yang menaikkan jembatan kacamata bulat yang membingkai mata bengkaknya. Kemarin, dia pasti menangis semalaman.
Saat kami berjalan ke tempat pemberhentian angkutan umum, Maya bicara lagi seolah sedang meyakinkan diri.
"Lagian, memangnya berapa lama satu gosip bisa bertahan?"
****
Pada pelajaran olahraga, William Walandouw kelas XI IPS 1, memamerkan tendangan jarak jauh ala Captain Tsubasa pada teman-temannya. Bola memelesat melewati tiang gawang, keluar jauh ke koridor lantai satu yang ramai, menyepak kepala Pak Samsul dan menampar jatuh wig-nya. Nampaklah kepala plontos mengilap Pak Samsul, beranglah ia. Ia mengambil sapu yang disandarkan di sebelah pintu X-2, mengejar William yang berlari terbirit-birit menghindarinya.
Video William dikejar Pak Samsul mengitari lapangan bola tersebar cepat ke seluruh ponsel siswa, dan sepanjang minggu berita itu nangkring di puncak. Menggeser turun gosip Maya dan Rangga tiga peringkat. Dan begitulah bagaimana gosip tentang Maya meredup setelah lima hari lewat.
Satu titik yang kami yakini menjadi bom yang bisa meruntuhkan satu gedung pencakar langit dan mengakhiri segalanya, daya ledaknya ternyata tidak sekuat itu. Kekuatan rumor ternyata hanya terjadi pada satu titik waktu, yang lalu perlahan memudar terbang menjadi debu.
Puing-puing hasil ledakannya masih tertinggal, bersamaan satu per satu kebenaran mulai terkuak. Rangga, diketahui telah menjalin hubungan dengan Intan, anak kelas XI IPS B selama beberapa minggu, sebelum kabar putusnya Maya.
Pendapat publik pun terbagi dua. Beberapa mulai menyangsikan kepolosan Kak Rangga dan kebenaran dari gosip yang beredar. Membuat kemungkinan kalau bisa jadi, semua gosip itu hanya karang-karangan Clara and the gank yang diketahui publik tidak menyukai Maya. Perlahan, image Maya sebagai wanita jalang mulai membaik.
Namun, apakah itu cukup untuk membuat Maya tenang dan duduk menikmati pencapaiannya? Sayangnya, tidak.
Saat presentasi tugas Ekonomi di kelas, Evi menekan mouse untuk menampilkan lembar presentasi kelompoknya, bukannya penjelasan definisi pendapatan, yang muncul di layar proyektor malah video meme. Itu adalah gif apel bergambar mata dan bibir Clara dengan tambahan tahi lalat di atas bibir, duduk di kursi panas ala Feni Rose dalam program Silet. Menjilat bibirnya yang mengilap seakan berbalur madu berulang-ulang kali, yang harusnya seksi bukannya mesum. Batang apel disisakan sedikit di kepalanya, dan di atasnya tertulis, 'If there's no gossip, I can make one'.
KAMU SEDANG MEMBACA
This is Not A Good Love Story [COMPLETED]
Teen Fiction🌸 Wattys Winner 2021 kategori "Young Adult" 🌸 Cerita pilihan @WattpadYoungAdultID Juni 2022 Dalam kisah Romeo dan Juliet, kita diajarkan bahwa cinta butuh pengorbanan. Dalam kisah The Notebook, cinta diibaratkan sebuah rumah, walau berkali-kali me...