PROLOG

13.5K 1.2K 104
                                    

Kisah romansa biasanya diawali dengan pertemuan tidak disengaja antar pria dan wanita karena perubahan kecil dari titik keseimbangan hidupnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kisah romansa biasanya diawali dengan pertemuan tidak disengaja antar pria dan wanita karena perubahan kecil dari titik keseimbangan hidupnya. Amat menakjubkan bagaimana dua orang berbeda latar belakang dan sifat, arah hubungannya ditentukan dari satu momen yang singkat itu. Orang-orang menamakannya jodoh. Sebutan apa lagi yang cocok untuk menyebut dua orang yang seketika jatuh cinta?

Kisah-kisah semacam itu membuat para wanita berharap suatu saat nanti mereka akan bertemu pangeran berkuda putihnya. Pada satu momen singkat, dalam tiga detik tatapan mata, mereka langsung tahu kalau pria itu takdirnya. Sayangnya, mengharap sesuatu yang tidak tahu tepat kapan waktunya adalah sia-sia.

Daripada mengejar pria dengan sengaja pergi ke tempat favoritnya agar menimbulkan efek 'kebetulan ketemu', seperti yang dilakukan Gigi dalam film He's Just Not Into You, aku lebih suka mengejar peringkat atas di kelas.

Daripada kesemsem, mempertanyakan perhatian satu cowok kepada teman-teman cewek untuk menerima dukungan penenang hati seperti, "Dia pasti suka! Kalau tidak, masa kemarin kamu bicara suka cowok berambut pendek, tiba-tiba besoknya dia potong rambut? Itu pertanda!", lebih baik aku menikmati keripik kentang bumbu pedas yang kuseludupkan ke kelas.

"Daripada menunggu hal yang tak pasti, lebih baik mengerahkan tenaga untuk sesuatu berguna di masa depan," begitu pikirku.

Sampai aku bertemu dia.

"Kamu nggak apa-apa?"

Seorang anak laki-laki melototiku dari atas, berlatar langit selimut awan abu-abu gelap. Tubuhnya kurus dan kulitnya sawo matang, ciri-ciri sama dengan sebagian besar anak-anak cowok di kelasku yang suka main bola kaki di tengah terik matahari.

Melihat wajah seseorang tepat saat membuka mata dalam jarak dekat, membuatku sadar banyak hal yang tidak kutahu. Dia punya alis tebal yang rapi, wajah khawatirnya tampak teduh, dan bagaimana caranya punya bulu mata selentik itu?

"Nola?"

Panggilannya mengantarku kembali ke dunia nyata. Aku mengedip beberapa kali. Barusan apa yang terjadi? Dirga berada di atasku dan aku berada di tanah. Tadi, aku ingat sedang mengendarai sepeda keluar dari kompleks. Kukayuh sepeda kencang-kencang karena diliputi emosi, lalu sampai di pertigaan kompleks ..., sepedaku hilang kendali.

Aduh ..., sikut dan lututku rasanya perih. Pasti lecet. Tunggu. Darah? Sikut dan lututku berdarah?

"Lututmu berdarah banyak. Kamu bisa bangun?" Bokongku mengenai ujung sadel ketika hendak bangun. Aku menggeleng kuat-kuat, kepanikan memuncak di kepalaku. Pelupuk mataku memanas. "Nggak apa-apa. Aku bisa mengangkatmu .... Hey, kamu nangis?"

Bulir-bulir air mata sudah siap jatuh dari pelupuk. Kugigit bawah bibir agar rasa panik dan sakitnya tersalurkan ke bagian lain. Tapi, tidak berhasil.

"Maaf," kataku, menarik ingus yang hampir jatuh.

Dirga menghela napas, membuang mukanya sesaat. "Hh. Paling malas berhadapan sama anak cengeng."

This is Not A Good Love Story [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang