2. Words I Want To Hear

5.7K 947 85
                                    

"Kamu sama Dirga cuma kompak pas ngerjain orang saja, ya? Aku sudah buat rencana ke luar kota, sematang-matangnya, sampai berhari-hari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu sama Dirga cuma kompak pas ngerjain orang saja, ya? Aku sudah buat rencana ke luar kota, sematang-matangnya, sampai berhari-hari. Eh, kalian malah hancurin pas menit-menit terakhir. Nyulik di depan rumah orangnya lagi. Edan, emang."

Aku dan Maya sedang berada di toilet sekolah. Sepanjang perjalanan, Maya terus mengomel soal betapa kecewanya Rangga di chatting waktu tahu Maya meninggalkannya pergi ke sekolah. Akhirnya, rencana mereka batal.

Omong-omong, kami datang sesaat sebelum pagar sekolah ditutup satpam.

"Make up-ku luntur," keluhnya. Ia menepuk-nepuk sponge bedak pada bagian maskara luntur di bawah matanya, lalu melirikku tajam dari cermin. "Semuanya gara-gara misi konyol kalian."

Omelan sudah berada di ujung lidahku. Kami barusan melakukan tindakan heroik, tapi malah dianggap misi konyol oleh targetnya. Satu-satunya yang konyol di sini bukan kami, tapi dia. Bukan kami yang meloncat dari lantai dua agar bisa membolos.

Kuurungkan mengatakan pendapat, karena terakhir kali kujelaskan dia membalas, 'Astaga. Pemikiran kalian kolot sekali.'

Sambil mengeringkan tangan dengan tisu, kujelaskan hal yang patut ia ketahui. "Umumnya, anak SMA nggak pakai make up ke sekolah."

"Itu anak SMA biasa, bukan aku."

Maya mengoles lip balm merah muda dan meratakannya. Seolah itu hal yang wajar diperbuat siswa di sekolah. Ia salah mengartikan tatapan heranku sebagai permintaan, dan menyodorkan lip balm. "Mau?"

Sekali lagi, aku ingin mengingatkan diriku sendiri. Gadis ini masih waras, cara pikirnya saja yang berbeda. Ketika cewek-cewek lain takut main dalam kubangan lumpur, dia adalah orang pertama yang meloncat dan membuat semua anak cewek teriak protes karena baju mereka terciprat lumpur.

Dia tidak terlalu peduli pendapat orang lain. Apa yang dia putuskan adalah hal yang ia yakini. Masalah salah benarnya murni tanggung jawabnya. Pemikiran ini menurutku sangat keren, karena aku selalu memikirkan tiap pendapat orang lain tentangku.

Karena itu meski aku menentangnya mati-matian untuk percaya takdir konyol yang mempertemukannya dengan pria idamannya kembali di sekolah setelah tidak sengaja bertemu di konser Sheila on 7. Dia tetap menancap gas mendekati cowok itu. Pada akhirnya, dia menang. Mereka pacaran.

"Kak Rangga!"

Maya berlari kecil menuju Rangga yang bersandar di tembok ruang kelas 1-2. Pesona tampannya memukau seperti biasa. Dia tinggi, perawakannya kebarat-baratan, dan tepat seperti yang dikatakan Maya, 'dia Keanu Reeves versi lokal'. Karena itu tidak aneh dia menjadi idola anak kelas satu. Sebagai tambahan informasi, dia penerima terbanyak 'Surat Cinta untuk Senior'-permainan yang dibuat kakak-kakak kelas norak pada masa orientasi.

Bayangkan saja kalau cewek-cewek itu tahu cowok pujaannya sudah menjadi milik orang. Milik Maya Amelia Kusuma. Hari itu menjadi patah hati se-sekolah Bramantara.

This is Not A Good Love Story [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang