Memantulkan bola kedalam ring lalu melakukannya berulang kali. Sudah lebih dari satu jam Griselda di lapangan sekolah bermain basket sendirian.
Menanti Aldy mengantarkan Dinda hanya membutuhkan waktu 30 menit, tapi sampai sekarang Aldy belum kembali juga.
Griselda melirik arloji biru ditangannya. Sudah jam 5 sore. Dari pada ia menunggu Aldy sampai tengah malam lebih baik Griselda pulang sendiri saja.
Sekolah mulai terasa sepi, hanya beberapa siswa-siswi masih menunggu jemputan, ada juga yang masih memanfaatkan WI-Fi sekolah buat streaming.
Kakinya melangkah pelan, sambil mendengarkan lagu lewat musik dengan headset terpasang di kedua telinga.
"Aldy sialan!" Griselda mengumpat kesal sambil menendang batu kerikil di depannya.
Padahal dirinya lah yang membujuk untuk mengantarkan Dinda pulang. Tapi tidak selama ini juga bambang!
Pantatnya didudukan pada besi panjang. Sekarang, Griselda berada di Halte bersama siswi lain yang sedang menunggu jemputan juga.
"Jam segini mana ada kendaraan umum. Tau gitu gue bawa motor sendiri aja!"
Terus saja Griselda menggerutu tanpa menyadari kehadiran seseorang. Akibat menyetel musik terlalu kencang Griselda menjadi tuli.
"Hai." sapa seseorang disamping Griselda.
"Liat aja gue bakal balas semuanya! Awas lo kupret!"
Seseorang itu mengulum bibirnya menahan tawa. "Hei kamu!" orang itu mencolek lengan Griselda membuat sang empu berjingkat kaget.
Griselda melepas sebelah headset-nya dan menoleh kesamping. Seorang cowo menggunakan seragam yang sama dengannya tengah tersenyum kepadanya.
"Ya?" mimik wajah Griselda berubah was-was. Ia tidak mengenal cowo itu tapi dia bertegur sapa dengannya.
Siapa tau pedofil yakan?
"Kenapa belum pulang?" tanya cowo itu.
"Lagi nunggu temen." jawab Griselda.
"Mau pulang bareng gue?"
"Eh?"
Cowo itu tersenyum. Sangat tampan dan juga manis, kulitnya putih bersih, alis tebal, hidung mancung, bibir merah alami. Buru-buru Griselda menggelengkan kepalanya.
"Ngga usah. Gue tunggu temen gue aja." tolak Griselda halus.
Sepertinya cowo itu bukan dari angkatannya.
"Ini udah mau petang. Kalo lo ngga segera pulang bahaya. Apalagi lo perempuan."
"Oh iya, sebelumnya maaf, gue belum perkenalkan diri gue." cowo itu mengulurkan tangan, "Nama gue Abigail. Kayanya lo masih kelas 10,"
Griselda menerima jabatan tangan Abigail. "Iya gue kelas 10."
Abigail mengangguk kepala. "Jadi, mau gue anter pulang atau tetap mau nungguin temen lo sampai malam?" tawar Abigail lagi.
Benar juga apa yang di katakan Abigail. Sudah mau malam, bahkan matahari hampir terbenam setelahnya. Dari pada menunggu Aldy sampai lumutan Griselda menyanggupi tawaran Abigail.
Hal itu membuat Abigail tersenyum.
"Ayo." ajak Abigail menuju mobilnya.
"Maaf ya, gue jadi ngerepotin lo. Gue bakal balas kebaikan lo!" ucap Griselda.
Abigail terkekeh. "Ngga usah. Kebetulan gue juga mau pulang, tapi liat lo sendirian di Halte."
"Emangnya lo abis ngapain?" tanya Griselda penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Reputation
Teen Fiction(FOLLOW DULU SEBELUM BACA) Bersahabat semenjak kecil, dan selalu diatur sana sini, membuat Griselda Nayana Muxi, sangat benci kepada Aldynata Mahendra. Gadis keturunan cina itu, ingin membalaskan dendamnya kepada Aldy melalui kandidat ketua kelas...