Pukul 06.30, hari ini adalah hari pertama Griselda bersekolah. Semalaman gadis itu berceloteh tentang sekolah barunya.
Eldama, kakak Griselda pun turut senang ketika adiknya sangat suka dengan sekolahnya. Saat ini Griselda masuk sebagai siswi X SMA.
Mereka hanya tinggal bertiga, Griselda, Eldama dan pembantunya. Orang tua mereka cerai saat Griselda berumur 7 tahun. Mereka berdua tak tau kabar orang tuanya sekarang.
Eldama, selaku kakak hanya bisa menjadikan seorang ayah dan ibu untuk Griselda. Eldama hanya menjadi pengusaha kecil-kecilan, ia bekerja sebagai bakery, usahanya itu didirikan semenjak Eldama belajar dibangku SMA, Eldama dibantu bibi dan Sean—temannya membangun usaha tersebut.
Bunyi alarm terus berbunyi, tangan gadis itu meraih alarm lalu mematikannya, Ia kembali tidur. Alarm berdenting kembali, ia membuka matanya malas-malasan lalu duduk sempoyongan. Matanya membulat sempurna ketika jam bekernya menunjukan pukul 06.45
“Mampus!”
Griselda segera berlari menuju kamar mandi, tak lama, ia keluar dengan seragam yang sudah melekat di tubuh rampingnya.
“Shit shit shit!! Kaak Damaaa!” Griselda menuruni tangga dengan berteriak memanggil Eldama.
“Kakak di dapur dek!” Griselda berlari menuju dapur ketika Eldama berteriak. “Ayo Kak, anterin gue ke sekolah, cepetannn!!” Griselda menarik beju Eldama untuk segera bergegas.
Eldama menghela nafas panjang. “Lo lupa, dek, kalau lo berangkat sekolah jam setengah 8? Kan lo sendiri yang bilang ke kakak! Sekarang mending kita sarapan dulu.”
Griselda masih cengo. Kemudian ia menjetikan jarinya. Griselda tersenyum senang. “Ah iya, El lupa, hehe.”
Tangannya mengambil alih piring, lalu menyendokan nasi serta lauk pauk kedalam piringnya. Eldama menggeleng kepala. Melihat kelakuan adiknya ini membuatnya sedikit bingung. Griselda memiliki bentuk tubuh yang ideal, akan tetapi setiap dia makan, tak segan semua makanan yang berada dimeja makan ia habiskan sendiri. Badan kurus, berat badan sesuai kriteria, namun, mengapa tidak gemuk-gemuk? Malahan yang seharusnya gemuk itu pipinya. Lihat, pipi Griselda semakin tembem. Membuat dirinya semakin cubby. Kadang kali Eldama mengelus dadanya.
“Kak, ayo makan! Malah bengong mulu dari tadi.” ucap Griselda setelah menelan ayam.
Eldama tersenyum lalu menggeleng. “Udah, lo makan aja semuanya. Anak sekolah kan harus butuh tenaga extra!” kekeh Griselda.
“Ngga ah, El udah kenyang. Kalau hari pertama gue masuk, terus gue ngantuk gegara makan kebanyakan, diomelin ngga ya sama gurunya?” membayangkan saja sudah membuat Griselda terkekeh.
Eldama ikut tertawa. “Menurut lo? Yakali ada murid begajulan kaya lo disayang-sayang.”
“Hahaha! Lo kalo ngomong suka bener aj, kak!” tawa Griselda mereda. Ia melirik arlojinya.
Kemudian....
“KAKKK!! GUE HAMPIR TELAT!!!” pekik Griselda.
Bi Sunah keluar dari kamarnya setelah mendengar pekikan Griselda.
“Ada apa, Non Elda?” tanya Bi Sunah heran.
“Aduh, bibi, Elda udah telat nihhh! Elda berangkat dulu ya! Dah Bibi!” Elda pergi setelah mencium pipi Bi Sunah.
Bi Sunah, walaupun ia berperan sebagai pembantu. Namun ia juga sama seperti Eldama, mengurus rumah, dan tak lupa mengurus Eldama dan Griselda.
Semenjak perceraian kedua orang tua Griselda. Bi Sunah-lah yang mengurus segala kebutuhan anak majikannya itu. Bi Sunah, memiliki anak 1, namun anaknya tinggal di Bandung bersama istrinya. Anak Bi Sunah jarang mengunjungi Bi Sunah, setiap mengunjungi hanya 1 tahun 2 kali. Sedangkan Suami Bi Sunah telah meninggal selepas pasca perceraian kedua orang tua Griselda. Namanya, Pak Paiman. Ia meninggal karena penyakit jantung.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Reputation
Jugendliteratur(FOLLOW DULU SEBELUM BACA) Bersahabat semenjak kecil, dan selalu diatur sana sini, membuat Griselda Nayana Muxi, sangat benci kepada Aldynata Mahendra. Gadis keturunan cina itu, ingin membalaskan dendamnya kepada Aldy melalui kandidat ketua kelas...