Waktu menunjukan pukul 4 sore. Setelah bermain outbound, keenam orang itu kembali ke kamar masing-masing untuk membersihkan diri. Keenamnya menikmati permainan tadi. Awal permaianan mereka yaitu paintball. Kedua, pasar tradisional. Ketiga, pusat kuliner, yang menyediakan berbagai macam masakan barat ataupun traditional. Lalu yang terakhir, Gantole atau Paralayang. Mereka bisa melihat suasana kota bogor dari atas langit. Ozy yang notebane sebagai vloger gamers tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Ia merekam semua aktifitas hari ini dengan kameranya.
Griselda mendaratkan bokong diatas kasur. Tubuhnya merasa jauh lebih segar setelah mandi. Rambutnya yang masih basah terbalut handuk. Ia mengambil ponselnya, mengecek ada pesan masuk dari Eldama atau tidak. Baru di tinggal dua hari Griselda merindukan sang Kakak.
Griselda jadi tidak tega meninggalkan rumah. Walaupun Eldama yang diyakininya pasti akan menginap di kedai Two El bersama Sean—partner kerja sekaligus teman seperjuangan.
Meregangkan otot tubuh, lalu Griselda merebahkan diri. Tubuhnya sangat lelah tapi tak dapat dipungkiri Griselda sangat menikmati satu hari ini. Berlibur bersama teman-temannya. Dari dulu Griselda tidak pernah merasakan hal yang seperti ini. Dulu Griselda adalah gadis nakal. Semua teman-temannya memusuhinya, kecuali satu, dia selalu menempel dan mengajak Griselda untuk menjadi teman. Hingga sampai saat ini.
Omong-omong sudah satu hari ini Griselda tidak melihat keberadaan Dinda. Entah kemana orang itu pergi. Griselda memilih jalan-jalan sebentar mengelilingi Villa ini. Dita masih bergelut didalam kamar mandi. Pasti gadis itu tertidur dalam bathtub dengan air hangat.
Benar apa kata Dita. Villa ini begitu mewah dengan ciri khas barat. Fasilitas tempat ini sungguh lengkap. Griselda berdecak kagum. Pantas saja Dinda selalu pergi kemana-mana dengan barang branded. Selain Daddy-nya yang jadi CEO, tempat-tempat wisata ini dibeli oleh Daddy-nya. Termasuk Villa ini.
Kaki jenjangnya terus menelusuri tiap koridor. Griselda menyapa para staff ramah. Gadis itu berhenti melangkah. Korneanya menemukan Aldy duduk di gazebo, ponsel menempel ditelinganya. Griselda bisa melihat rahang cowo itu mengeras, tangan mengepal, urat nadi muncul diarea leher dan tangan.
Griselda bersembunyi dibalik tembok. Telinganya dipasang tajam, menguping pembicaraan Aldy dengan si penelfon itu. Bukannya Griselda ingin ikut campur dengan urusan Aldy. Tapi ketika melihat mata Aldy penuh kilat emosi, Griselda menjadi penasaran. Kenapa Aldy bisa sampai semarah itu.
“Aldy gak bisa, Pa. Papa bilang sendiri waktu itu ke Aldy. Aldy bakal turutin semua perintah Papa asal setelah lulus nanti. Papa sama Mama udah janji gak akan maksa Aldy lagi!” ujar Aldy marah.
Griselda mengernyit dahi. Ia semakin menajamkan pendengarannya walau terdengar samar.
“Kali ini Aldy gak bisa nurutin kemauan Papa. Jangan pernah bawa-bawa penyakit sialan itu! Aldy gak bakal terpengaruh lagi. Aldy udah besar dan Aldy tau mana yang bakal Aldy pilih nantinya!” Aldy mematikan panggilan secara sepihak. Persetan dengan sopan santun kepada orangtua
Nyatanya mereka selalu saja memperlakukan dirinya sebagai boneka yang bisa diatur kesana-kemari.Tadi, setelah membersihkan diri Aldy di kejutkan banyak panggilan dari Mama dan Papa. Aldy tau jika Papa nelfon pasti ada suatu hal penting. Tidak biasanya Papa menelfon hanya untuk menyanyakan kabarnya. Aldy berdecih sinis.
Fakta selanjutnya, Aldy dikabarkan besok lusa akan dijemput oleh bawahan Damian untuk segera terbang ke Brazil. Aldy tidak mengerti kenapa hal itu dilakukan secara mendadak. Bahkan orangtuanya sudah memberi kesepakatan jika Aldy akan menetap di Indonesia sampai ia lulus.
Sialan!
Aldy memukul pilar gazebo meluapkan emosinya. Ada dua hal kenapa Aldy langsung menolak sang Papa. Pertama, tentu saja Aldy tidak akan meninggalkan Griselda untuk yang kedua kalinya. Kedua, Aldy bisa merasakan ketulusan dari teman-temannya. Tidak seperti teman-temannya di Brazil hanya memandang kasta dan harta.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Reputation
Teen Fiction(FOLLOW DULU SEBELUM BACA) Bersahabat semenjak kecil, dan selalu diatur sana sini, membuat Griselda Nayana Muxi, sangat benci kepada Aldynata Mahendra. Gadis keturunan cina itu, ingin membalaskan dendamnya kepada Aldy melalui kandidat ketua kelas...