Di teriknya sinar matahari, kedua cowo itu saling mengoper bola. Kemudian memasukannya kedalam ring. Raka dan Dimas mengatur napas.
Jam ke 4-5 mereka habiskan untuk bermain basket. Guru yang hari ini mengajar sedang berhalangan. Alhasil, waktu jam kosong itu mereka manfaatkan. Dari pada bermain game terus, mending main basket. Hitung-hitung olaharaga Vitamin D.
Kalo main perasaan perempuan kan nanti dikira buaya.
Ditepi lapangan Ozy dan Aldy hanya menjadi penonton saja. Mereka tidak ingin seragam wanginya menjadi bau keringat. Sudah disemprot perfume banyak-banyak kalau kena keringat percuma.
“Serius lo ngga punya hubungan apa-apa sama Elda,” Ozy membuka percakapan.
“Mau ratusan kali gue ngomong gak ada capenya buat lo.” cetus Aldy.
Ozy terkekeh. “Gue cuma penasaran. Dari dulu lo sama Elda cuma megang status sahabatan. Elda cantik, baik, ya walaupun galak sih. Apa lo ngga punya perasaan sedikit pun ke dia?”
Aldy menjadi bungkam. Ia memandang kedua temannya masih bermain ditengah lapangan. Memang dari dulu Aldy sangat dekat sengan Griselda bahkan Aldy sudah dianggap sebagai saudara oleh keluarga gadis itu. Dia masih belum tau perasaan apa itu. Kadang jantungnya berdebar kencang pada saat ia menatap wajah Griselda dari samping yang diterpa langit senja ketika mereka bermain ke pantai kala itu. Sejauh ini apa ia sudah memiliki perasaan kepada sahabat perempuannya. Rasanya tidak mungkin. Aldy tidak bisa menyakiti Griselda karena Aldy sangat sayang kepada gadis itu sebagai, sahabat.
Aldy menepuk bokong yang terkena debu. Ozy mendongak ketika Aldy hendak melangkah pergi.
“Kemana?” tanya cowo itu.
“Kantin.” jawab Aldy seadanya. Lalu Aldy pergi menuju kantin meninggalkan ketiga temannya.
“Cih. Saliting lo!” decih Ozy kemudian terkekeh.
Dari kejauhan Aldy melempar jari tengah untuk Ozy lalu melanjutkan langkahnya.
***
Disaat yang sama. Griselda, Dita dan Dinda tengah makan dikantin. Mereka mengisi perutnya terlebih dulu sebelum jam pelajaran berganti. Pelajaran selanjutnya hingga pulang adalah Fisika. Jadi mereka butuh tenaga extra selama 4 jam pelajaran terakhir.
“Gue liat di Instagram ada film terbaru. Gimana kalau minggu besok kita nonton,” saran Dita sembari mengunyah makanannya.
“Ew, bisa kali lo telen dulu makanan lo baru ngomong.” kernyit Dinda jijik.
Dita menelan makanannya, kemudian ia cengengesan. “Sorry. Jadi gimana. Lo gak ada acara kan, El, Din.” tanya Dita menatap kedua temannya secara bergantian.
“Gue free kok.” jawab Griselda menyomot siomay milik Dinda. Kebiasaan baru Griselda sekarang yaitu, senang menyomot makanan milik teman-temannya. Dinda tak mempermasalahkan. Toh, dari dulu memang Griselda seperti itu kepadanya.
“Boleh.” sambung Dinda. “Gue juga ngga tau harus ngapain di rumah.”
“Bukannya besok lo ada jadwal les,” tanya Griselda yang sudah paham jadwal gadis berambut pirang itu.
“Sekali bolos ngga bakal bikin otak gue bodoh kali, El.” ujar Dinda menyombongkan diri seraya meniup kuku-kukunya yang habis di cat kuku.
Griselda memutar bola matanya dan tersenyum. “Iya deh gue emang tolol.” sindir Griselda.
Dinda tertawa renyah, di tariknya tubuh Griselda kedalam pelukannya. “Gue bercanda El. Gue emang ngga ada jadwal les kok. Jadi besok gue bebas main sama kalian.”
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Reputation
Ficção Adolescente(FOLLOW DULU SEBELUM BACA) Bersahabat semenjak kecil, dan selalu diatur sana sini, membuat Griselda Nayana Muxi, sangat benci kepada Aldynata Mahendra. Gadis keturunan cina itu, ingin membalaskan dendamnya kepada Aldy melalui kandidat ketua kelas...