“Cantik.” puji Aldy tulus. Semburat merah tomat tanpa izin menyeruak diwajah sampai telinga. Baru kali ini Griselda terbuai dengan perlakuan Aldy. Griselda merasa ada kupu-kupu terbang di dalam perutnya.
“Gue suka sama lo, El. Bukan sebagai sahabat, tapi lebih dari itu.” tutur Aldy.
“Lo mau kan jadi cewe gue?”
***
Suasana menjadi hening. Baik Griselda maupun Aldy terdiam untuk beberapa saat. Griselda terdiam cukup lama, mencerna semua ucapan Aldy dengan tatapan menuju tengah lapangan. Aldy menanti jawaban Griselda dengan jantung berdebar kencang. Dalam seumur hidupnya, Aldy baru merasakan hal yang seperti ini. Mengutarakan perasaannya pada sahabatnya.
Bahkan detakan jantungnya berdetak lebih cepat dari aturan normal. Takut, deg-degan, cemas kala Griselda tidak kunjung menjawab. Aldy mengernyit, menatap gadis itu yang tertawa keras. Padahal, tidak ada yang lucu dari ucapannya. Tapi gadis itu seolah pembahasan kali ini menjadi candaan baginya.
“Kenapa ketawa?” raut wajah Aldy terlihat serius.
Tawa Griselda lenyap berubah manjadi raut datar.
“Candaan lo ngga lucu, Al.” ujar Griselda datar.
“Keadaan serius kaya gini lo anggap lucu?” ucap Aldy dingin.
Alis Griselda menyatu. Matanya menghunus dalam nan tajam ke bola mata Aldy. Mencari sebuah kebohongan disana, takut jika Aldy bercanda tentang perasaannya. Namun, tidak ada satupun kebohongan disana. Griselda berdeham.
“Kenapa lo ngomong kaya gitu ke gue?” Griselda menunduk, menatap sepatu putih. “Kita sahabat Al. Kita udah janji bakal terus sama-sama sampai kita menentukan pilihan hidup kita sendiri. Saling mendukung satu sama lain. Dan ngga ada perasaan buat gue maupun lo.”
“Jangan terlalu naif, El. Di antara cowo dan cewe yang punya status sahabat pun bisa saling punya rasa satu sama lain. Hubungan timbal balik. Mau gue ataupun lo ngga bisa bohongin perasaan diri sendiri. Gue suka sama lo, gue sayang sama lo, dan gue cinta sama lo.” ujar Aldy.
“Lo ngga berhak ngelarang gue buat ngungkapin perasaan yang udah gue pendam selama ini. Tapi lo boleh nolak kalo lo emang bener-bener ngga ada rasa ke gue. Itu lebih baik, El, daripada gue harus berjuang sendiri tapi lo cuma diem aja. Lo pendem perasaan lo sendiri seolah lo tau semuanya, padahal sebaliknya.” sambungnya.
Aldy terdiam sesaat. “Gue cuma ngga mau egois untuk masalah ini, El. Dan gue ngga butuh jawaban lo sekarang.” Aldy menampakan senyum lembutnya kepada Griselda.
Griselda bergeming. Lidahnya terasa kelu dan dirinya terlihat gelisah. Antara ingin menerima kenyataan tapi ia tidak bisa melepaskan status persahabatannya dengan Aldy hanya demi rasa. Dan untuk kali ini pertahana Griselda runtuh. Yang dulunya ingin merebut jabatan ketua kelas dari Aldy sudah ia dapatkan dan sekarang Aldy mengutarakan perasaan kepadanya. Beribu kata tidak bisa Griselda keluarkan. Seluruh badannya terasa kaku. Jantungnya seketika berdetak kencang. Perasaan yang dulu tidak pernah hadir kini menguasai seluruh tubuhnya.
“Ayo pulang.” Aldy bangkit dan berjalan lebih dulu. Tetapi tubuh lelaki itu terasa berat, seperti ada yang menahannya. Ketika berbalik, Griselda menahan tangan Aldy.
“Kenapa harus besok? Lo mau gue diambil orang lain atau Abigail?” Griselda tersenyum sambil menatap manik mata Aldy.
Mata Aldy mengerjap pelan. Mencerna setiap kata yang dilontarkan Griselda. Lalu sedetik kemudian senyum cowo itu ikut terbit menghias wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Reputation
Novela Juvenil(FOLLOW DULU SEBELUM BACA) Bersahabat semenjak kecil, dan selalu diatur sana sini, membuat Griselda Nayana Muxi, sangat benci kepada Aldynata Mahendra. Gadis keturunan cina itu, ingin membalaskan dendamnya kepada Aldy melalui kandidat ketua kelas...