Mengambil langkah pelan tidak tergesa, seorang gadis cantik kini menjadi sorotan para murid di setiap harinya. Bisikan anak-anak yang selalu memuji Dinda tidak ada habisnya disetiap saat. Gadis berumur 15 tahun yang duduk dibangku kelas tiga sekolah menengah pertama. Dinda Kalista Adhicandra. Tidak ada satupun cowo yang tidak menyukainya. Hampir semua siswa di sekolahnya menyukainya. Memeliki wajah berparas cantik bak dewi, tubuh ideal yang disukai para cowo dan pintar. Setiap kali, para cowo tidak pernah absen untuk memberikan sesuatu di lokernya, meja atau memberikan langsung pada Dinda. Dari berupa coklat, surat cinta, barang berharga atau tiket bioskop untuk mengajak gadis itu kencan.
Griselda Nayana Muxi—sahabat Dinda dari mereka menduduki bangku kelas 10, kini sudah terbiasa dengan fans-fans Dinda. Meja mereka sekarang dipenuhi banyak coklat dan surat cinta dari para lelaki. Satu hal lagi, Dinda dibenci oleh semua para murid perempuan karena bagi mereka Dinda yang cantik ini memikat banyak para cowo, termasuk pacar orang.
"Ini mau lo buang semua?" tanya Griselda didepan meja mereka sambil bersidekap dada.
Dinda yang sedang duduk santai sembari men-scroll ponsel kini mengangkat wajah. Dinda menghela napas. "Kasih aja ke anak-anak." ujar Dinda.
Maksud dari anak-anak adalah anak-anak yang tinggal di panti asuhan dekat sekolah mereka. Memang setiap meja mereka dipenuhi banyak coklat, tidak segan-segan Dinda memberikan coklat itu kepada anak-anak panti. Selain pintar dan cantik Dinda itu orangnya ramah, baik, tidak sombong dan rajin menabung. Walaupun Dinda sudah kaya 7 turunan 8 tikungan.
Anak-anak panti tentu saja senang. Dua kantung kresek isi berbagai macam coklat. Bukan hanya anak-anak panti yang dapat coklat dari Dinda. Anak-anak yang berjualan atau pengamen kecil dipinggir jalan pun Dinda selalu memberikan coklat tersebut. Tentu, mereka senang. Dinda dan Griselda setiap harinya bermain dengan anak-anak panti dengan senang hati. Mereka semua menerima Dinda dan Griselda layaknya keluarga dan teman.
Hari menjelang malam. Dinda bersama Griselda pamit pulang pada Bunda Sita—selaku pengurus panti yang merawat anak-anak.
"Kakak, Chika punya mainan baru di beliin Bunda. Besok kita main bareng lagi ya!" ujar Chika gadis kecil berambut kepang dua.
"Faris juga! Faris mau main sama Kak Griselda. Main bola Kak Griselda hebat!!" puji Faris berumur 6 tahun.
"Ica mau main salon-salonan sama Kak Dinda!" ujar Ica bergigi ompong.
Dinda dan Griselda di kelilingi anak kecil sambil merengek pada mereka untuk bermain lagi esok. Bunda Sita tersenyum seraya menggeleng kepala.
"Anak-anak, udah cukup mainnya. Kak Lita lagi bikin kue loh buat kalian. Ayo masuk sebelum dihabisin sama Faraz kuenya." ujar Bunda Sita. Faraz, bocah lelaki yang gemar menghabiskan kue buatan Kak Lita.
"YEAYYY KAK LITA BIKIN KUE!!" sorak anak-anak sambil barlari masuk.
"Terimakasih udah main kesini lagi. Sepertinya anak-anak suka bermain bersama kalian." ujar Bunda Sita.
"Kita juga suka kok main sama mereka, Bunda." ujar Dinda. Griselda mengangguk setuju.
Bunda Sita tersenyum tulus. "Kapan-kapan datang lagi aja. Pintu panti terbuka buat kalian. Pasti Lita juga suka punya teman ngobrol yang sepentara sama kalian." ujarnya.
"Iya Bunda. Pasti kita main lagi." balas Dinda membalas senyuman Bunda Sita.
"Kami pamit dulu ya, Bunda." kedua gadis itu menyalami Bunda Sita lalu pamit pulang.
Setelah mereka keluar dari panti, Dinda menawari Griselda pulang bersama. Dinda dijemput oleh sopir. "Gue anter pulang ya, El." Dinda menawari.
Griselda menimbang tawaran Dinda. Eldama tidak bisa jemput karena ada urusan lain. Lalu pulang dengan kendaraan umum juga tidak mungkin, sekarang waktu menunjukan pukul 9 malam. Akhirnya Griselda menyetujui tawaran Dinda untuk mengantarkannya pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Reputation
Novela Juvenil(FOLLOW DULU SEBELUM BACA) Bersahabat semenjak kecil, dan selalu diatur sana sini, membuat Griselda Nayana Muxi, sangat benci kepada Aldynata Mahendra. Gadis keturunan cina itu, ingin membalaskan dendamnya kepada Aldy melalui kandidat ketua kelas...