Cewe PMS jangan di lawan. Sekali salah pecah sudah dunia.
🌸🌸
Griselda memakan melon yan sudah di potong kecil-kecil oleh Bi Sunah. Waktu menunjukan pukul 06.20 masih cukup lama gerbang akan di tutup. Griselda menselonjorkan kaki dan berdandar pada tangan sofa.
Menunggu adalah hal yang paling menyebalkan. Griselda harus menunggu Aldy yang sedang bersiap-siap, bahkan sudah 15 menit cowok itu masih belum tiba di depan rumahnya.
Eldama senantiasa menunggu Aldy dengan sabar, Eldama tau betul jika adiknya itu sedangan dilanda rasa kesal yang membuncah. Dengan memperhatikan cara makan Griselda yang tetkesan kasar pun Eldama paham betul.
"Kalo masih lama biar Kakak yang anter lo kesekolah. Udah siang keburu lo telat, El." kata Eldama.
"Nggak mau. El maunya sama Aldy. Udah janjian juga semalem. Mending Kak Dama siap-siap berangkat kerja." ujar Griselda meletakan piring yang sudah kosong di atas meja. Griselda melihat jam tangannya. "Bentar lagi juga dateng." lirihnya.
"Yaudah kalo gitu Kakak mau siap-siap dulu. Kalo Aldy udah dateng langsung bilang Kakak, oke."
"Oke."
Selepas Eldama pergi ke kamarnya untuk bersiap, Griselda menyibukan diri dengan ponsel. Balasan pesan dari Aldy tidak di balas balik oleh Griselda. Gadis itu mendengus kasar.
"Sampe gue telat, gue bejek-bejek lo, Al." umpat Griselda pada layar ponsel yang menyala menampilkan nama Aldy disana seolah Aldy ada disampingnya.
Tin... Tin...
Griselda tersenyum sumringah. Dia langsung menyambar tasnya da berteriak keras memanggil nama Eldama.
"El berangkat dulu ya, Kak. Aldy udah di luar!" teriak Griselda, kemudian melangkah keluar.
"Lama banget sih." gerutu Griselda menyambar helm sodoran Aldy.
"Sorry, kebelet boker tadi." balas Aldy.
Griselda memukul bahu Aldy. "Nggak lucu!" ucap Griselda.
Aldy terkekeh, "Iya maaf. Tadi Mama telfon gue," balasnya.
Aldy melajukan motor besar menuju sekolah. Griselda melingkarkan tangannya pada perut Aldy, menaruh dagu diatas bahu cowok itu.
"Tante Elena? Apa kabar, gue nggak pernah ketemu sama Tante Elena sejak lo pergi." kata Griselda.
Aldy tersenyum simpul di balik helm-nya. "Baik. Mama selalu nanya keadaan lo. Kapan-kapan kalo Mama pulang ke Indonesia bakal sibuk sama lo pasti." Griselda terkekeh Aldy dapat merasakan bahunya menjadi sakit ketika gadis itu tertawa.
"Jadi nggak sabar buat ketemu Tante Elena." gumam Griselda.
"Lo bisa telfon Mama kalo mau. Nanti gue kirim nomornya, gimana?" saran Aldy. Lagipula tidak buruk jika Griselda bersapa ria dengan Elena sudah lama sekali kedua perempuan itu tidak bertemu.
"Jangan di tanya jawaban gue. Ya pasti mau lah!" ujar Griselda ceria.
Aldy tersenyum dari balik helm-nya. Ia senang melihat interaksi Griselda dan Elena. Sudah seperti menantu dan mertua yang akur. Aldy memebelakkan mata buru-buru Ia menggeleng. Pikiran macam apa itu.
Mereka kini telah sampai di sekolah. Kebetulan gerbang belum di tutup jadi Griselda tidak jadi marah pada Aldy. Banyak sekali pasang mata yang melihat keduanya. Ada rasa iri, kagum, benci, terpesona dari kecantikan Griselda dan ketampanan Aldy. Walaupun terbilang masih di tingkat satu dan mereka murid pindahan tapi pesonanya tidak bisa tersaingi oleh siapapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Reputation
Ficção Adolescente(FOLLOW DULU SEBELUM BACA) Bersahabat semenjak kecil, dan selalu diatur sana sini, membuat Griselda Nayana Muxi, sangat benci kepada Aldynata Mahendra. Gadis keturunan cina itu, ingin membalaskan dendamnya kepada Aldy melalui kandidat ketua kelas...