Aldy mengacak rambut Griselda. "Gue nggak ngerasa kalo gue merasa di rugikan, El. Selama ini gue emang niat buat bantu lo, bukan karena jadi hubungan timbal balik. Mau lo masuk Buletin atau apa kek gue nggak masalah."
Aldy menghela napas.
"Karena gue sayang sama lo, Griselda."
***
Griselda mengedipkan matanya lucu sambil memiringkan kepala. Seketika tubuh Aldy menegang. Keduanya pun sama-sama terpaku. Griselda berpikir benarkah Aldy sayang pada Griselda atau sebaliknya.
"Apa?" Griselda mengangkat sebelah alisnya.
Aldy menggaruk tengkuk yang tidak gatal. "Ah-a ... anu bukan apa-apa. Yuk kita masuk keburu Pak Fatur dateng," Aldy menarik lembut tangan Griselda. Sebelum melayangkan pertanyaan lagi tubuh mungilnya sudah terseret mengikuti langkah Aldy.
Dengan langkah pelan mereka menaiki satu persatu anak tangga. Pada saat telah sampai di lantai dua, khusus anak kelas 11, seorang gadis memanggil Aldy dengan berlari kecil.
"Aldy!" teriak Dinda. Aldy dan Griselda langsung berhenti dan berbalik badan. Dinda menghela napas kasar ngos-ngosan. "Untung lo masih di sini." ujar Dinda seraya melirik Griselda tanpa tersenyum.
"Kenapa lo panggil gue?" tanya Aldy heran.
Dinda mengeluarkan sebatang coklat dengan pita pink yang menghiasinya. Griselda melempar pandangan bingung kepada Aldy. Melempar tanya melalui tatapan mata.
"Coklat?" tanya Aldy masih bingung.
"Iya. Dari gue." Dinda tersenyum sumringah memperlihatkan gigi gingsulnya. Diam-diam Griselda mengamati Dinda dengan penuh tanda tanya. Griselda berpikir atas dasar apa Dinda ngasih coklat ke Aldy?
"Ada gerangan apa lo kasih gue beginian," ujar Aldy sambil menggoyangkan coklatnya. Genggaman tangan pria itu semakin mengerat membuat Griselda mengernyit menahan perih pada tulang.
"Oh, bukan apa-apa kok, sengaja gue kasih ke lo, hehe."
"Gitu." Aldy mengangguk patah-patah. "Oke. Thanks ya!" Aldy melambaikan tangan seraya tersenyum kecil pada Dinda. Lalu keduanya berjalan menuju kelas mereka. Dari tempatnya Dinda menatap punggung mereka datar. Lalu Dinda berbalik menuruni anak tangga dengan tergesa-gesa.
***
Setumpuk buku tulis X Ipa 4 sudah berada di pelukan Griselda. Dengan bersusah payah Griselda membawa setumpuk buku tersebut dari lantai tiga sampai lantai 1 yaitu ruang guru. Sejak tadi pagi wajah Griselda menjadi sangat suram. Entah apa itu alasannya. Tapi, ada satu hal yang mengganjal pikirannya. Tiba-tiba saja Dinda yang notebate adalah sahabat Griselda semenjak SMP memberikan sebatang coklat pada Aldy.
Namun, dengan senang hati pria itu menerimanya lapang dada. Griselda menghembuskan napas panjang untuk kesekian kalinya. Gadis itu tersentak tatkala seseorang mengambil alih buku-buku yang berada pada genggamannya. Dengan senang hati Aldy membawa semua buku-buku tersebut. Griselda mengerutkan dahi menatap cowok itu.
"Apa?" ujar Aldy menyadari ketika Griselda menatapnya lekat.
"Kok lo ikut keluar sih!" ujar Griselda bertanya bingung.
"Gak boleh gue bantuin lo?" tanya Aldy balik.
"Bukannya nggak boleh. Tapi, kan, gue ketua. Tugas ketua menjalani apa yang di perintah. Ngatur kelas. Bawa buku ke ruang guru. Ngatur anak-anak. Jadi lo nggak perlu repot bantuin gue. Udah sini!" Griselda merebut buku-buku itu namun Aldy membawanya menjauh dari jangkauan Griselda.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Reputation
Novela Juvenil(FOLLOW DULU SEBELUM BACA) Bersahabat semenjak kecil, dan selalu diatur sana sini, membuat Griselda Nayana Muxi, sangat benci kepada Aldynata Mahendra. Gadis keturunan cina itu, ingin membalaskan dendamnya kepada Aldy melalui kandidat ketua kelas...