Griselda buru-buru keluar dari kelas. Aldy mengangkat kepalanya berhenti menulis ketika Griselda berlari tergesa-gesa. Pria itu menggelengkan kepala sambil mengangkat kedua bahu lalu melanjutkan menulis.
Griselda telah sampai di depan ruang guru. Gadis itu mengetuk pintu terlebih dulu sebelum diizinkan masuk oleh guru yang ada di dalam.
"Masuk." sambut Pak Fatur dari dalam.
Griselda masuk kedalam lalu kembali menutup pintunya. Pak Fatur menyuruhnya untuk duduk. Griselda meremas rok, sekarang ini ia sedang berada diruang ber-AC namun keringat terus saja bercucuran. Sungguh, ini baru pertama kalinya Griselda berhadapan dengan wali kelas dengan status sebagai ketua kelas.
Pak Fatur menyodorkan surat coklat kepada Griselda. Gadis itu menerimanya.
"Bapak minta tolong sama kamu. Tolong berikan surat itu untuk Aldy dan Dinda, ya. Bapak tidak bisa memberikannya pada mereka, karena habis ini bapak ada dinas diluar." ujar Pak Fatur.
Griselda menatap surat beramplop coklat itu tidak semangat. Ia tersenyum sambil mengucapkan terimakasih lalu keluar dari ruangan.
"Kenapa sih. Kalo emang yang butuh Aldy apa Dinda, kenapa nggak panggil salah satu dari mereka. Kenapa juga harus gue yang ambil!" gerutu Griselda.
"Lagian ini surat apaan coba." Griselda membolak-balikan amplop tersebut, tapi tidak ada keterangan yang pasti. Hanya tertera nama Aldynata Mahendra dan Adinda Alisya.
Ketika sampai di kelas, Griselda memberikan amplop tersebut pada Aldy. Aldy mendongak, menatap bingung Griselda dan amplop itu secara bergantian.
"Dari Pak Fatur. Beliau minta gue kasih ini ke lo. Nih ambil." Griselda menyodorkan amplop tersebut di depan muka Aldy.
Aldy menerimanya sambil tersenyum. "Makasih."
Griselda mengangguk.
"Emang isinya apa sih. Gue penasaran." Aldy yang tengah membuka pucuk suratnya berhenti kemudian menatap Griselda. Dimasukinya amplop tersebut kedalam laci meja. Hal itu membuat Griselda semakin dilanda rasa penasarannya.
Aldy tersenyum kecil. "Bukan apa-apa. Udah sana balik lagi kemaja lo. Bentar lagi bel masuk."
Griselda berdecih namun tak urung ia pun kembali menuju mejanya sambil menunggu guru masuk. Griselda memainkan bolpointnya dengan cara diputar-putar. Benda itu terjatuh saat Dinda menyenggol lengannya.
"El."
"Hm?" balas Griselda.
"Tadi lo kasih surat apa ke Aldy?" tanya Dinda. Sejak Griselda keluar dan kembali lagi ke kelas dengan membawa amplop kemudian memberikannya kepada Aldy hal itu tidak lepas dari pandangan Dinda.
"Oh, surat itu? Gue juga nggak tau. Cuman ada nama lo sama Aldy doang. Kenapa emanganya?" Griselda mengangkat sebelah alis.
Dinda melirik Aldy, kemudian kembali memusatkan pandangannya pada Griselda seraya tersenyum tipis.
"Gapapa. Cuma tanya aja kok, hehe." kekeh Dinda memamerkan gigi-gigi putihnya.
***
"Gilaaa! Pusing banget kepala gue. Lagian kenapa sih harus ada acara mendadak ulangan Matematika!" Griselda mengacak-acak rambut frustasi.
Aldy terkekeh ringan sambil melemparkan kacang kedalam mulutnya. Pria itu duduk menyamping, menyangga tubuhnya dengan sikut diatas meja yang sedang memegang bungkus kacang yang tadi dibelinya.
"Seru kan?" ujar Aldy tersenyum miring sambil menaik turunkan alis.
"Seru dari mananya! Otak gue serasa mau meledak tau gak!" Griselda menghela napas panjang. "Al." panggil Griselda.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Reputation
Novela Juvenil(FOLLOW DULU SEBELUM BACA) Bersahabat semenjak kecil, dan selalu diatur sana sini, membuat Griselda Nayana Muxi, sangat benci kepada Aldynata Mahendra. Gadis keturunan cina itu, ingin membalaskan dendamnya kepada Aldy melalui kandidat ketua kelas...