31. CINTA SATU KUBU

27 2 5
                                    

Hal yang harus kita lakukan untuk membahagiakan diri kita sendiri yaitu merelakan dan ikhlas. Semesta akan menggantikan semua rasa sakit dengan kebahagian yang jauh lebih indah.

****

Setelah mengantarkan Dinda pulang sampai depan rumah, Athan melajukan motor matic nya dengan kecepatan sedang. Arah motor cowo itu menuju ke rumahnya.

Hanya butuh waktu dua puluh menit, Athan telah sampai dirumahnya. Cowo itu melepaskan sepatu dan menaruh sepatunya di rak dekat pintu. Rumah yang besar seperti istana ini hanya ditempati tiga orang saja. Athan, Ethan—saudara kembar Athan dan asisten rumah tangganya. Kedua orang tua Athan sangat sibuk dengan pekerjaannya. Mereka pulang tidak seperti kebanyakan orang tua, pulang sore, menikmati waktu santai bersama keluarga dan weekend bersama anak-anak. Keluarga Athan berbeda. Mereka bekerja tanpa kenal waktu. Menghabiskan waktu di kantor. Mama bekerja di butik dan Ayah bekerja di kantor. Mereka pulang tiga bulan sekali kadang tidak pulang sama sekali. Sampai-sampai mereka tidak ingat dengan anaknya malah punya anak lain, yaitu pekerjaan mereka.

"Baru pulang, Bang?" Ethan mengangkat perhatian dari ponselnya pada Athan. Lalu berpusat lagi pada ponselnya.

"Abis nganterin Dinda dulu." balas Athan yang langsung dibalas dengan anggukan Ethan.

"Bang,"

"Hm?" langkah Athan berhenti di ujung tangga, menoleh pada Ethan yang memanggilnya.

"Kapan lo siap ketemu sama Omma?"

Tubuh Athan berbalik sepenuhnya ke arah Ethan, yang sudah menaruh ponselnya disampingnya. Tatapan Ethan berubah sendu. Dibalik kornea coklatnya tersimpan sirat kesedihan. Athan menyadari itu.

"Sampai semuanya selesai." balas Athan.

"Mau sampai kapan, Bang? Omma udah lama pengin ketemu sama lo. Lo tau kan, kondisi Omma semakin memburuk,"

"Gue tau. Tapi gue belum bisa kesana, Ethan."

"Bang," Ethan menatap Athan dengan tatapan memohon.

"Perasaan saudara kembar lebih jelas apa yang kembarannya rasakan. Lo tau perasaan gue sekarang kenapa gue masih menunda ketemu sama Omma!" potong Athan dengan cepat.

Keadaan hening sesaat.

"Setelah gue siap, gue bakal kesana tanpa lo suruh-suruh lagi." Athan berjalan menaiki tangga dan melengos masuk kedalam kamarnya.

Tidak ada jawaban dari Ethan selain helaan napas lelah. Cowo yang mengenakan baju oblong itu lelah dengan sikap Athan yang terus menolak bertemu Omma. Perasaan benci yang harus Athan terima dari dulu, sejak kecil Athan menerima rasa tak suka dari ibu sang Mama. Bukan hanya Omma-nya saja, tetapi semua keluarganya sangat membenci Athan tanpa alasan yang jelas. Ethan adalah salah satu saudaranya yang sangat disayang dan dimanja oleh sanak keluarga. Athan dan Ethan bagaikan dua magnet berlawan arah.

Athan merebahkan tubuh di atas kasur. Mata elangnya menatap lurus langit-langit kamar. Alasan mengapa ia menerima Dinda sebagai pacarnya hanya satu. Dinda sangat mengerti dirinya.

Tring

Ponsel Athan berbunyi menandakan ada sebuah pesan masuk. Cowo itu menghela napas panjang ketika ada satu pesan dari seseorang yang selama ini Athan menjaga jarak. Ratusan pesan orang itu tidak dibalas oleh Athan satu pun. Sudah dua tahun lamanya, gadis itu selalu mengejar Athan, walaupun sudah berpacaran dengan Dinda tanpa kenal lelah dia terus mengirim pesan kepadanya.

[✔] ReputationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang