Bisa kita mengulang kembali dari awal? Aku rindu keluarga yang harmonis.
***
Suara lantunan musik yang berasal dari laptop berwana putih, menyeruak ditelinga Griselda. Sekarang pukul delapan malam. Eldama sudah pulang dan disambut dengan omelan Griselda. Lelaki itu selaku kakak Griselda hanya menyengir. Lalu meminta maaf.
Griselda menggapai sebuah bingkai foto didepannya. Itu adalah foto keluarganya saat Griselda berumur 7 tahun. Hingga beberapa bulan kemudian kabar perceraian sampai ditelinga Griselda membuat gadis itu rapuh. Dunianya telah berubah, mendung tidak secerah biasanya.
"Elda kangen Mama sama Papa. Bisa kita mengulangnya kembali dari awal? Aku rindu keluarga yang harmonis. Elda kangen kalian." Satu tangannya ia buat sebagai bantalan diatas meja belajar. Griselda menaruh bingkai foto itu kembali semula. Ia menatapanya lamat-lamat.
"Andai aja papa sama mamah ngga cerai, Elda pasti ngga kaya gini." Griselda bermonolog sendiri.
Ponsel Griselda berdering. Ia segera mengambilnya diatas kasur. Lalu menatap nama panggilan itu dan tersenyum kecil.
Aldynata Mahendra.
"Hallo?"
"Lo lagi dimana, El?" Ucap Aldy disebrang telfon.
"Dirumah, kenapa? Ada apa?"
"Temenin gue mau?" Gadis itu menggaruk pelipisnya yang tidak gatal. Matanya menatap jam dinding yang terletak diatas meja belajarnya.
"Kemana sih? Udah malem ngajak anak perawan keluar!"
"Udah ikut aja. Gue udah didepan gerbang rumah lo! Gece ya, dingin nih." Aldy memutuskan sepihak panggilang itu. Dengan langkah terburu-buru. Griselda mengintip dari balik jendela. Ternyata sudah ada Aldy dengan hoodie putih sedang melambaikan tangan.
Griselda segera bersiap-siap, kemudian izin kepada Eldama yang masih dalam keadaan sakit. Griselda mengenakan kaus putih yang dipadukan dengan cardigan hitam, celana jins hitam, dan sepatu vans. Padahal sejak tadi ia hanya mengenakan kaus oblong putih. Hanya karena ia malas ribet, akhirnya Griselda tinggal mengenakan cardigan hitam.
Ia mendelikkan matanya setelah membuka pintu gerbang. "Ngapain sih lo ganggu banget malem-malem ngajak keluar!" Ujar Griselda sebelum menutup pintu gerbang.
"Jalan!" Jawab Aldy seadanya. Lelaki itu berjalan menuju mobil. Ia membukakan pintu penumpang untuk Griselda. "Silahkan tuan putri." Griselda terkekeh.
"Gue bisa sendiri kali, Al." Ia masuk dan Aldy menutup pintu. Lelaki tersebut memutar setengah mobil menuju pintu mengemudi.
Dalam perjalanan hanya ada keheningan. Griselda sibuk menatap jalan luar dan Aldy sibuk mengemudi.
"Mau kemana kita?" Tanya Griselda. "Pasar malem." Ucap Aldy menoleh sekilas dengan tersenyum.
"Lo habis nangis ya?" Tanpa mengalihkan pandangannya Aldy berucap meminta penjelasan. "Hah?"
"Ada masalah apa?" Ucapnya sekali lagi. Griselda menggelengkan kepala. "Nggak ada apa-apa." Aldy melirik gadis itu yang sedang memainkan ponsel.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Reputation
Подростковая литература(FOLLOW DULU SEBELUM BACA) Bersahabat semenjak kecil, dan selalu diatur sana sini, membuat Griselda Nayana Muxi, sangat benci kepada Aldynata Mahendra. Gadis keturunan cina itu, ingin membalaskan dendamnya kepada Aldy melalui kandidat ketua kelas...