03

21 1 0
                                    

"Elda pulang!"

Gadis itu berjalan menuju ruang tengah dengan langkah sempoyongan. Raganya terlihat sangat lelah karena sejak tadi  restorant sedang ramai pengunjung. Di ruang tengah Eldama duduk sembari menonton televisi. Griselda mendaratkan bokongnya disebelah Eldama.

Eldama menolehkan sedikit kepala kebelakang. "Baru pulang?"

"Cape ya. Di sana rame banget kah?"Eldama mengusap kepala Griselda penuh kasih.

"Lumayan. Ketambahan ada event jadi agak malem pulangnya." jawab Griselda

"Yaudah mandi dulu sana bau acem kamu. Kakak baru masak abis itu kita makan," ujar Eldama.

Griselda menegakkan punggungnya. "Kak."

"Ya?"

"Bisa nggak Kakak jauhin aku dari Sean?"

"Kenapa lagi sama dia?" tanya Eldama.

"Aku nggak suka dia, Kak."

Eldama menghela napas. "Kamu masih mengharapkan Aldy pulang? Ini udah 6 tahun loh, El. Apa salahnya mencoba buka hati buat Sean?"

Griselda menoleh kepala, menatap sang Kakak. "Aku masih cinta Aldy, Kak. Mau siapapun orang itu nggak akan bisa mengganti nama Aldy disini." tunjuknya kearah dada.

"Sedangkan Aldy nggak pernah kasih kamu kabar selama itu dan kamu masih mengharapkan dia pulang? Elda, perihal jodoh itu sudah diatur Tuhan. Kalo memang Aldy bukan yang terbaik buat kamu relaiin dia." tutur Eldama.

"Apa kamu nggak pernah liat ketulusan Sean? Dia bener-bener serius sama kamu. Nggak ada salahnya kamu mencoba sama Sean."

Sejak perpisahan mereka, Aldy hilang bagai ditelan bumi. Dia tak pernah menampakan hidungnya lagi. Memberi kabar ke Griselda saja tidak pernah. Padahal nomornya masih sama seperti dulu. Selama 6 tahun Griselda menunggu kepastian dari lelaki itu, namun sayangnya Aldy tampak tak perduli. Griselda kecewa? Tentu.

Selama 6 tahun kehidupan Griselda diisi oleh Sean. Sean yang selalu sigap mengantar jemput Griselda. Bahkan laki-laki blasteran Indonesia-Amerika itu tak segan memberikan Griselda hadiah sebagai bentuk rasa cintanya untuk Griselda. Sean selalu menelfonnya, memberi kabar, bermain kerumahnya, membelikan berbagai makanan untuknya. Sean selalu ada untuk Griselda. Tetapi Griselda masih mengharapkan Aldy. Griselda masih mencintai Aldy. Ia akan tetap menunggu sampai Aldy pulang.

Griselda yakin pasti Aldy akan kembali.

Griselda menundukan kepala, berusaha menyembunyikan air matanya dari Eldama. Namun sayangnya Eldama type orang yang peka. Ia membawa Griselda kedalam pelukannya. Mengusap punggung sang adik. Griselda menumpahkan semua; rasa lelah, kecewa, amarah, sedih didada bidang sang kakak.

"Maafin Kakak. Kakak bukan bermaksud nuntut kamu buat ngelupain Aldy. Maksud Kakak, Kakak cuma mau kamu bahagia, El. Selama 6 tahun belakangan kamu selalu murung dan Kakak nggak suka kamu kaya gitu."

"Nggak ada salahnya kamu mencoba sama Sean. Kalo emang kamu nggak suka sama dia, bisa kalian bicarain baik-baik. Kakak kenal Sean dia bukan type orang pemaksa. Sean pasti ngerti. Semakin kamu menghindar dari dia, Sean bakal tetep terus ngejar kamu. Karna apa, karna kamu juga gak kasih kepastian ke Sean. Sama kaya kamu, Sean juga punya perasaan dan dia juga butuh kepastian, El." tutur Eldama.

Eldama menangkup pipi Griselda. Diusapnya air mata sang adik, Eldama lantas tersenyum. "Kakak sayang sama kamu. Kakak cuma mau yang terbaik buat kamu, El. Kebahagian kamu lebih utama daripada kebahagian Kakak. Jangan nangis lagi. Kakak jadi sedih,"

Griselda menarik ingusnya yang keluar lalu ia memaksakan senyumannya. "Makasih udah jadi Kakak yang terbaaaiikkk buat Elda. Elda juga sayang Kak Dama."

"Bahagia terus ya, El."

[✔] ReputationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang