Rendi terdiam menatap daftar nama pengunjung Pantai Tiga Warna beserta barang bawaannya. Sesuai dengan dugaannya. Ada nama Arlin di sana. Namun satu nama yang berada persis di atas nama istrinya itu membuatnya tercengung. Moreno Prawirohardjo, nama adiknya. Jadi Arlin pergi berlibur ke sini dengan Reno? Lalu kenapa Reno pura-pura tidak tahu ketika Rendi menunjukkan foto itu padanya kemarin?
Rendi berusaha untuk tidak negatif thinking duluan. Dis membaca nama pengunjung lain sebelum dan sesudah nama Arlin dan Reno. Barangkali saja mereka pergi bersama rombongan. Akan tetapi tidak ada nama lain yang dia kenali selain dua nama itu. Jadi dua orang ini liburan berdua? Lalu kenapa mereka menyembunyikan fakta ini darinya? Rendi meraih ponselnya dan memotret nama kedua orang yang disayanginya itu.
"Anda mencari apa sebenarnya, Pak?" tanya si penjaga loket. Dia melihat tampang Rendi yang pucat dengan prihatin.
"Ah, terima kasih, Pak. Ini bukunya saya kembalikan." Rendi menyodorkan buku daftar nama pengunjung itu pada petugas loket.
"Ngomong-ngomong. Penginapan terdekat dari sini ada di mana ya, Pak?" tanya Rendi.
"Ada A*ry room sekitar satu kilometer dari sini. Jenengan cek saja di aplikasi," jelas pria itu.
"Oh, begitu. Terima kasih atas informasinya, Pak."
Rendi meninggalkan loket masuk dengan gamang menuju tempat parkir. Tidak mungkin saja Reno dan Arlin memang hanya pergi liburan bersama, tapi kenapa mereka berdua menyembunyikan hal ini darinya? Rendi memeriksa ponsel dan melihat daftar penginapan terdekat di aplikasi. Penginapan yang paling dekat lokasinya satu kilometer dari sini, sesuai dengan ucapan petugas loket tadi. Perjalanan dari sini ke Surabaya cukup jauh. Rasanya tidak mungkin jika mereka langsung pulang, pasti mereka mencari penginapan terdekat, kan? Reno harus memastikan nama mereka ada di penginapan ini. Karena dia juga lelah. Sebaiknya dia beristirahat dulu sebelum pulang besok.
Maka Rendi membooking kamar melalui aplikasi dan menuju ke hotel terdekat itu. Begitu sampai dia segera memarkir kendaraannya dan turun lalu bertanya pada resepsionis.
"Permisi, saya sudah membooking kamar atas nama Rendi Prawirohardjo," ucap Rendi.
"Oh ya, silakan Pak Rendi isi namanya di sini. Lalu tolong tinggalkan KTP-nya." Pria yang berada di resepsionis itu menyodorkan buku tamu kepadanya.
Rendi terdiam sejenak. Mungkin nama Arlin dan Reno juga ada di buku tamu ini, kan? Apa dia boleh melihat-lihat nama-nama dalam buku tamu ini?
"Boleh saya lihat-lihat daftar nama di buku ini?" tanya Rendi.
Resepsionis itu menatap Rendi sejenak lalu menghela napas. "Anda ingin mencari nama istri Anda? Sepertinya tidak akan ada di sini. Kemungkinan besar pasangan selingkuhan yang bermalam di sini menggunakan nama samaran."
Rendi tertegun. Selingkuhan? Resepsionis itu bicara seolah hal seperti ini sudah sering terjadi. Tapi dia barusan menyebut kata selingkuhan? Rendi meremas buku jarinya. Tidak mungkin! Tidak mungkin Reno dan Arlin berselingkuh, kan? Tapi jika melihat bagaimana mereka bersikeras menyembunyikan fakta tentang liburan berdua mereka membuat semuanya jadi masuk akal. Daftar nama pengunjung Pantai Tiga Warna itu adalah buktinya. Bisa saja mereka hanya liburan berdua. Rendi bukan orang yang berpikiran sempit. Dia tidak akan melarang istri dan adiknya berlibur bersama. Justru dia tenang jika istrinya ada yang menjaga. Tapi kenapa? Kenapa mereka harus menyembunyikan hal ini darinya?
Rendi mengingat kembali wajah Reno ketika dia curhat tentang kecurigaannya terhadap perselingkuhan Arlin. Reno waktu itu berusaha menenangkannya. Namun bagaimana jika ternyata selingkuhan itu ternyata adalah Reno sendiri?
"Saya tidak jadi menginap, Pak," putus Rendi.
"Eh, tapi biaya penginapan yang sudah dibayarkan tidak bisa dikembalikan lho, Pak," kata si resepsionis yang tampak kecewa.
Rendi tidka peduli. Dia membalikkan badan dan menuju mobilnya. Pikirannya kini dikuasai amarah. Dia harus segera pulang untuk menanyakan hal ini secara langsung pada Reno dan Arlin.
***
Up guys...
Votes dan komen ya...
KAMU SEDANG MEMBACA
Terpaksa Menikahi Dokter (Republish)
Romance"Ayo kita nikah." Agmi terdiam sejenak. Sepertinya ada yang salah dengan pendengarannya. Apa mungkin karena dia kelaperan banget otaknya jadi agak geser ya? "Apa, Dok?" tanya Agmi akhirnya. "Ayo kita nikah," ulang Reno lagi dengan senyuman manis ban...