🌸8🌸

2.6K 348 64
                                    



- [ Haruka POV ] -




Jika ada yang bertanya keadaan ku yang sebenarnya. Mungkin aku akan menjawab tidak baik-baik saja.

Tubuh ku nyeri luar biasa.

Ini gara-gara oni br*ngsek itu. Aku lengah, ia memukul ujung tulang rusukku. Sakit. Mungkin tulang ku patah?

"Nee-san. kau terlihat buruk" mata Harumi melirik.

"Jangan bercanda. kau tidak melihat dirimu sendiri?"

Aku melihatnya, Harumi langsung diam dan menghindari tatapan ku. Ia sama parahnya dengan ku. Itu pasti. Beberapa kali ia mengeluh kecil ketika menggerakkan tangan kanannya. Mungkin ia terluka di bagian itu.

Dari kejauhan, samar-samar aku melihat kediaman Aoki. Sejenak, aku bernafas lega. Akhirnya kami sampai setelah melewati hujan. Aoki benar-benar menyembunyikan diri.

Kami berdua memasuki gerbang halaman. Harumi nampak memperhatikan sekeliling. Mungkin ia mencari sensei.



BRAK

Ah, panjang umur.

Rambut merah muda yang paling ku kenal. Berlari secepat kilat berada di depan kami. Merangkul tubuh ku dan Harumi masuk ke dekapan nya.

"Syukurlah! aku kira kalian tidak akan kembali..."

Suaranya memelan. Jangan-jangan ia akan menangis? Tidak-tidak! justru aku yang akan menangis!

"Sensei! kau──menekan luka kami!!"

Berkat teriakkan ku. Sensei langsung menjauh. Memberikan aku dan Harumi ruang. Nyeri luar biasa seketika menjalar. Aku mengeluh kecil karena nya.

"Aa──gomen... ternyata kalian bisa terluka..."

Astaga. Bisakah kau tidak memasang wajah tanpa dosa itu?!

"Kami manusia sensei... manusia tanpa kemampuan khusus seperti mu" sarkas ku

Biarlah. Nampak rasa iri sedikit muncul karena ia bisa terluka namun sembuh dan kedipan mata.

"Ti──tidak apa-apa sensei..." Harumi menjawabnya. Padahal aku tau dia kesakitan.

Sensei membawa kami masuk ke dalam. Aku melihat sebuah bingkisan di atas meja. Tapi aku belum bertanya soal itu. Sensei lebih dulu meminta kami berbaring. Aku dan Harumi menurut. Ia duduk diantara kita berdua. Tangan kanannya menyentuh tangan ku. Sedangkan yang satu lagi memegang tangan Harumi.

'Hangat..' secara alami. Aku menutup mata.

Rasa nyaman itu menjalar luas. Perih di luka ku berangsur berkurang. Tapi di saat yang sama. Tangan sensei berkeringat.

"Kalian ini ngapain aja sih? Harumi, aku akui menahan pendarahan mu itu pilihan yang bagus. Tapi luka cakaran nya terlalu dalam... lalu Haruka, tulang mu patah tau!"

𝓓𝓸𝓷'𝓽  𝓕𝓸𝓻𝓰𝓮𝓽  𝓜𝓮  [ T. MUICHIRO ] {✓}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang