Wajah [Name] tertekuk kesal. "Aku kenal muka ayahku, Sasaki Iroha. Mata hijau dan rambut hitam"
"Kau tidak perlu menganggapnya ayah. Kau membencinya kan?"
Tubuh [Name] membeku, tak bisa membalas. Matanya menatapi pria itu, duduk di atas rerumputan.
Tangannya mengepal kuat. [Name] ingin membantah, tapi hatinya tiba bisa berbohong bahwa Iroha memang orang sangat buruk dan hampir membuatnya gila.
"Sebelumnya aku minta maaf. Tidak bisa bersamamu sejak kecil"
"..." [Name] menatapnya. Diantara rasa campur aduk dalam benaknya, gadis itu sangat jengkel.
"Aku tidak mengerti. Ayahku ada berapa sih?!"
Mungkin ketidaktahuan kadang bisa menjadi anugrah. Tapi untuk [Name], rasanya mengesalkan jika tidak tau apapun.
"Mari kita buat ini jadi simpel, tenang dulu, oke?" Ia menuntun [Name] duduk di sebelahnya.
"Singkatnya, ibumu mantan oiran. Menikah dengan Iroha. Tapi bajingan itu tak bisa memberikan keturunan, dan ibumu lah yang jadi sasaran makian"
Sang gadis berkedip. Ia baru tau hal itu.
"Namaku Shinichi. Aku bertemu dengan Hima, ibumu, dan kita jadi teman" Ia mencabut sebuah bunga liar di sana.
"Sebenarnya Hima tidak bodoh. Hanya saja orang-orang tak pernah mengajarinya" Tatapan teduh berubah tajam untuk beberapa saat.
Lalu Shinichi menoleh ke arah [Name] dengan pandangan yang lebih lembut. "Yaaa akhirnya kita malah jatuh cinta dan kamu muncul"
"Karena kamu mirip dengan Hima, jadi Iroha tak curiga. Dia malah menyambut mu"
[Name] mendengus. "Tidak juga"
Ia mendadak kesal mengingatnya.
[Name] meletakkan kepala di atas lutut. Rindu bahu Muichirou yang sering dijadikan sandaran.
"... Kenapa kau tidak bawa kabur saja okaa-san dan aku?" Ia menoleh dengan wajah datar, terkesan dingin.
"Itupun jika kau benar-benar tulus padanya"
Shinichi tertegun akan tatapan mata [Name] yang seakan tak menganggap dirinya baik. Namun pria tersebut terkekeh halus dan menepuk-nepuk kepala sang gadis.
"Aku punya alasan untuk itu"
Tepukan yang perlahan menjadi sebuah tarikan lembut. Shinichi mendekap [Name]. Mengelus-elus kepala dan merasakan helaian halusnya.
"Yosh-yosh, [Name] anak baaaaiiiik..." Kemudian helaan nafas tipis terdengar.
"Kalian semua berhak akan dunia indah dan damai"
Seketika [Name] mencium aroma bunga fuji. Bagai angin mengitari mereka berdua. Suara gemersik rerumputan terdengar.
"... Apa yang kau lakukan?"
"Banyaaaak" Ia terkekeh riang seolah bukan apa-apa. "Jangan khawatir, fokus pada kehidupanmu dan kau harus bahagia!"
"Bentar, maksudnya?"
"Sebenarnya ini belum cukup. Harusnya aku lebih banyak mendampingimu sebagai ayah"
Shinichi menangkup wajah [Name]. Membuat mata mereka bertemu.
"Tapi untuk sekarang, segini dulu, ya?"
Untuk kedua kali, Shinichi mendekap anak itu. Ini mungkin hanya perasaannya saja, tapi ia sangat senang bisa bertemu bahkan memeluk [Name]
KAMU SEDANG MEMBACA
𝓓𝓸𝓷'𝓽 𝓕𝓸𝓻𝓰𝓮𝓽 𝓜𝓮 [ T. MUICHIRO ] {✓}
Fanfiction𑁍ࠜ·.ˊ Hubungan mereka hanya sebatas teman kenal, bukan lagi seorang sahabat dekat. Keraguan membuatnya tak berani mengungkap. Takut akan jarak yang semakin terbentang lebar ⊹ ˚. " ... 𝐴𝑘𝑢 𝑚𝑒𝑚𝑎𝑛𝑔 𝑘𝑒ℎ𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑔𝑎𝑡𝑎𝑛𝑘𝑢. 𝑛𝑎...