Ruangan temaram hanya ditemani pencahayaan kecil melalui sebuah lilin. Aroma manis keluar dari benda tersebut. Selayaknya aroma bunga, terasa lembut menyapa.
"Itu merupakan lilin aroma yang berasal dari desa kami" kepala desa datang membawakan nampan dengan teh. Ia meletakkan teh untuk dirinya, Sanemi, dan [Name].
"Arigatō..."
Beliau mengangguk ketika [Name] berterimakasih. Gadis itu mencicipi rasanya. Sedikit pahit, namun [Name] menyukainya.
"Mengenai oni, kasus itu sudah terjadi lama sekali..." kepala desa mulai bercerita tentang iblis di desa mereka.
"Desa ini merupakan tempat yang makmur. kami punya ladang yang luas dan banyak sekali penerangan karena lilin yang kami buat"
"Namun tiba-tiba, banyak sekali kasus orang hilang. awalnya kami tidak berfikir macam-macam. sampai..."
"Kami menemukan tumpukan jasad. hanya berupa potongan tangan kanan"
"Itu... tangan orang-orang yang hilang"
"Termasuk... istri saya..."
Genggaman tangan sang kepala desa menguat mengingat rasa sakit yang membekas ketika istrinya turut menjadi korban. Beliau tak ingin mengenang perasaan itu kembali.
"Kami mulai curiga itu perbuatan oni. semakin banyaknya bukti, semakin membuat kami percaya" kepala desa menyeka air matanya
"Kami tak pernah pergi keluar di malam hari. bahkan tak menggunakan penerangan di luar agar tidak menarik perhatian. namun tetap saja... masih ada korbannya"
Rasa lelah, takut, khawatir, bingung, sedih. Semuanya menyatu dan menghantui. Sebagai kepala desa, ia takut kehilangannya warga serta orang-orang yang ia cintai. Itu sebabnya ia sangat bersyukur akan kehadiran pemburu iblis.
"Tidak ada petunjuk lain?" tanya Sanemi setelah merasa cukup puas dengan penjelasan kepala desa.
"Uh.. setiap jasad pasti membawa benda yang mereka kenakan sebelum menghilang, dan benda itu terkadang memiliki noda hitam yang seharusnya tidak ada..."
"Mayad-mayad warga juga hanya muncul sebulan sekali dengan jumlah banyak"
Sanemi dan [Name] termenung dan memutar otak. Teka-teki dengan petunjuk yang minim. Membingungkan. Mata merah muda [Name] terus menatap lilin dan menghirup aromanya. Berharap mendapatkan informasi sekecil apapun yang dapat ia pikirkan.
'Apa oni nya menyerang orang tertentu?'
[Name] menutup kedua matanya sambil terus berfikir. Ia menatap api lilin yang nampaknya bergerak-gerak karena angin
Sebuah penjelasan tiba-tiba terpikirkan oleh [Name]
'Tidak, tunggu dulu──'
"Apa kalian hanya menggunakan lilin sebagai penerang?" [Name] menarik atensi kepala desa.
"Eh? i──itu benar... kami masih bergantung pada lilin. selain belum ada listrik, kami suka aroma dari lilin"
Sanemi menatap [Name] yang nampaknya menyadari sesuatu. Gadis itu meletakkan tangannya di depan bibir. Mencoba menyesuaikan pemikirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝓓𝓸𝓷'𝓽 𝓕𝓸𝓻𝓰𝓮𝓽 𝓜𝓮 [ T. MUICHIRO ] {✓}
Fanfiction𑁍ࠜ·.ˊ Hubungan mereka hanya sebatas teman kenal, bukan lagi seorang sahabat dekat. Keraguan membuatnya tak berani mengungkap. Takut akan jarak yang semakin terbentang lebar ⊹ ˚. " ... 𝐴𝑘𝑢 𝑚𝑒𝑚𝑎𝑛𝑔 𝑘𝑒ℎ𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑔𝑎𝑡𝑎𝑛𝑘𝑢. 𝑛𝑎...