I Love You DM -AE

1.5K 221 0
                                    

"Seriously? You don't know him?" Mata Gaurey melebar menampakkan wajah kaget.

"Who is that man?" Agalia mengangkat alisnya sebelah, masih penasaran dengan pria tersebut. Agalia sudah baca semua novel Harry Potter tentunya tetapi ia tidak ingat siapa orang itu.

"Gelar tenarnya akan hancur karena kamu Ga, semua orang mengenalnya dan kamu bahkan namanya saja tak tahu. Aku yakin kamu benar benar amnesia" Nada bicara Gaurey terdengar gusar dan gemas.

"Aku rasa bukan tenar namanya jika aku tak mengenalnya." Ujar Agalia polos apa adanya.

"Hufft" Gaurey menghela nafas sabar. "Kamu yang ketinggalan zaman Ga, bukan dianya yang kurang tenar." Jelas Gaurey padanya.

"Ya seperti itulah." Mengangkat kedua bahunya tak acuh.

Perjalanan menuju asrama pun dipenuhi dengan perdebatan. Tidak mudah untuk mengetahui nama lelaki itu dari Gaurey. Setelah sekian lama Agalia mendengar celoteh Gaurey, akhirnya Gaurey memberitahu nama lelaki itu kepada Agalia.

"Dia Adrian Pucey. Pemain Quiddicth Slytherin, pecinta rambutnya sendiri, ramah, tapi tidak untuk seseorang yang menghina dan menjelekkan rambutnya. Oh ya, dia juga cool and belum pernah aku dengar dia punya gebetan. Dia seangkatan dengan Fred Weasley 2 tahun diatas kita dan-" Belum selesai Gaurey menceritakan semua yang ada dipikirannya tentang Adrian Pucey, Agalia menyuruh dia berhenti.

"Stop! Enough.." Agalia memejamkan matanya menarik nafas dan mengehembuskannya perlahan.

Agalia tahu persis siapa itu Adrian Pucey, tetapi ia hanya melihatnya di film ke dua Harry Potter, bukan di tahun keempat ini. Tak heran jika Agalia lupa dengan siapa lelaki itu, walaupun wajahnya terbilang  mirip dengan orang yang ada di tahun kedua, tapi bukan berarti wajahnya tidak berubah. Wajah Adrian benar benar lebih tampan dari tahun kedua di film Harry Potter.

"Barusan kan kamu yang nanya, siapa dia." Gaurey heran dengan respon Agalia.

"Ya aku cuma tak mau posisi Draco tergantikan dengan Adrian." Jawab Agalia ngasal.

"Draco again... can't you stop thinking about him? He's not good enough for you." Nada bicara Gaurey naik satu oktaf. Ia benar benar tak habis pikir dengan gadis disampingnya ini, mencintai musuhnya? Yang benar saja.

"Yeah I know, but... I'm in love with him, I don't know why." Pikirannya juga tak bisa menjawab pertanyaan yang ia lontarkan sendiri, kenapa ia menyukai Draco didunia yang ini? Ia menyukai Draco di dunia yang sebelumnya karena karakternya. Tapi disini Agalia berperan berbeda bukan sebagai pembaca yang menikmati karakter Draco, tetapi sebagai musuh yang selalu beradu pendapat.

"Kamu harus lupain dia." Sebelah tangan Gaurey ia letakkan di pundak Agalia untuk meyakinkannya.

"I'll try." Senyum tipis terlukis di bibir mungil Agalia.

Tidak terasa mereka sudah berada di depan pintu Asrama Slytherin, mereka mengucapkan kata sandinya lalu masuk kedalam asrama.

"Aku akan beristirahat sebentar, sebelum menghadapi tumpukan tugas ini." Ujar Gaurey sembari meletakkan buku yang berada dipangkuannya di atas tumpukkan buku lainnya miliknya, Agalia pun melakukan hal yang sama.

Agalia dan Gaurey mendaratkan tubuhnya ke ranjang milik mereka masing masing, mereka terlihat lelah. Walau hari ini tidak berat, tetapi mereka butuh meregangkan tulang mereka sekejap.

"Akan ku siap kan perkamen dan alat tulis lainnya yang akan kita bawa nanti sore ke danau, lalu aku akan beristirahat untuk mengisi energi menghadapi tumpukan monster kecil ini." Gaurey bangkit lalu menyiapkan seperangkat alat tugasnya dan menumpuknya. Tumpukkan itu benar benar mengerikan seperti monster. Tumpukkaan tugas yang mengerikan.

MistakesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang