Adrian konsultasi

1.2K 203 10
                                    

Malam itu akan menjadi malam yang paling indah selama Agalia di Hogwarts. Agalia sudah menceritakannya kepada Gaurey tetapi Gaurey tidak percaya bahwa Draco bisa bersikap seperti itu.

"Aku benar benar tidak percaya, Ga" Gaurey terlihat melongo di tempat duduk yang tersedia di sepanjang koridor.

"Aku juga. Rasanya kemarin itu aku mimpi" mengingat kejadian kemarin Agalia kembali baper.

"Apa dia mengajakmu ke yule ball?" Tanya Gaurey.

Agalia tiba tiba tidak seceria tadi, ia sedikit terdiam, ekpresinya tiba tiba berubah. "Nope"  jawabnya singkat.

"Huh? Seriously?"

"Yeah hanya itu kemarin. Ia tidak mengajakku" mengangkat kedua bahunya enteng.

"Itu Pansy." Gaurey melihat lurus di belakang Agalia.

Agalia harus berbalik badan untuk melihat sosok Pansy yang di tunjuk Gaurey. Pansy terlihat ceria ia berjalan mendekati Agalia dan Gaurey.

Saat tiba dihadapan mereka Pansy menjulurkan tangannya memamerkan punggung tangannya dan melentikkan jari jarinya.

"Lihat cincin dari Draco, ia mengajakku menjadi pasangan yule ball nya nanti" ia berucap sembari mengangkat dagunya angkuh.

"So?" Tanya Gaurey pada Pansy mengangkat sebelah alisnya.

"Ku pikir ada yang kepanasan nanti." Ia menarik tangannya kembali lalu menutup mulutnya dan berucap "ups"

"Siapa? Agalia?" Gaurey menatap Agalia di sampingnya. Agalia hanya terdiam dan tak mampu berkata apa apa. "Aku pikir kamu tahu bahwa Draco dan Agalia adalah sepasang musuh."

"Oh ya? Aku bahkan tidak menyebut nama orangnya. Kamu yang menyebutnya Higgs." Bodohnya Gaurey ia terpancing oleh omongan Pansy.

Gaurey menatap Agalia yang wajahnya sudah merah padam sekarang, Agalia bangkit dan berusaha menutupi perasaan yang menyeruak di hatinya sekarang.

"Siapa yang menanyai mu Pansy? Kami bahkan tidak peduli kamu pergi dengan siapa ke pesta nanti. Apa kamu berharap ucapan selamat dari kami? Baiklah kalau begitu congratulations." Agalia tersenyum menyebalkan ke arah Pansy ia lalu pergi meninggalkan tempat tadi, berjalan tanpa arah. Pansy pun terdiam malu

Jantung Agalia berdenyut dua kali lipat lebih kencang dari biasanya, ia sakit hati ia benar benar hancur. Seseorang itu, hanya memberi harapan palsu untuknya. Gaurey yang memanggil manggil di belakangnya tidak ia dengarkan. Agalia menunduk sepanjang jalan, matanya benar benar panas sekarang, mungkin sedetik lagi air matanya akan jatuh. Tapi Agalia berusaha membendung air matanya sekuat mungkin agar tidak jatuh disini.

Tak pernah terpikir akan seperti ini, bukannya Agalia tidak bersyukur diberi kesempatan untuk pergi ke dunia hayalannya. Tapi untuk saat ini, hayalannya bahkan jauh lebih menyenangkan dari pada ia harus menanggung sakit hati untuk hidup di dunia hayalan. Baru kali ini terpikir oleh Agalia, dunia hayalan yang menyakitkan. Setaunya tidak ada hayalan yang menyakitkan, hanya saja hayalan akan sakit jika kita mengetahui bahwa kita tidak bisa menggapainya.

"Hati-hatilah kalian, hayalan saja bisa menyakitkan."

Agalia tidak bisa membendung air matanya , satu butir air asin itu mengalir di pipinya, Agalia terus berjalan dengan tertunduk, tidak melihat jalan yang ia tempuh. Hingga akhirnya ia menabrak seseorang yang lewat di depannya.

Tidak. Aroma ini.... Agalia mengenal aroma ini, Agalia menghapus air matanya lalu mendongak melihat wajah dari seseorang yang ia tabrak.

MistakesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang