Matahari yang cerah seakan tidak sejalan dengan hati Agalia yang mendung. Rasanya percuma jika ia hadir sekolah hari ini, karena tidak satupun materi yang lengket di benak Agalia sekarang.
Bell pulangpun berbunyi, Agalia yang melamun dari awal pembelajaran akhirnya sadar kembali ketika mendengar bunyi bell. Gadis itu tidak meninggalkan bangkunya sama sekali, dari awal ia datang sampai sekarang. Bahkan ketika bell istirahat berbunyipun, ia lebih memilih diam dan membuka novel yang sudah setengah hancur itu untuk dibacanya.
Semua murid di kelas sudah pergi meninggalkan ruangan, tersisa Agalia sendiri disana yang masih duduk dan belum berkutip. Agalia cukup malas jika harus berbondong-bondong keluar dari kelas, ia juga tidak mau menunggu lama di parkiran untuk mobilnya yang susah keluar saking padatnya parkiran sekolah. Dengan demikian Agalia memilih untuk keluar paling akhir.
Agalia rasa sudah cukup sepi untuk sekarang, dirinya bangkit dari tempat duduk dan menyandang tas ranselnya dengan satu bahu. Kakinya lemas seperti agar-agar karna hanya tersisa sedikit tenaga, ingat bahwa ia belum makan sama sekali dari tadi pagi.
Lorong sekolah sudah sepi, hanya tersisa beberapa siswa yang sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Agalia melintasi lorong demi lorong, menundukkan kepalanya dalam seakan tidak mau memperlihatkan wajahnya pada dunia. Kali ini sepertinya Agalia tidak mau pulang kerumah terlalu cepat, mengingat kemarin keadaan dia begitu mengkhawatirkan seperti orang gila yang keguguran. Jika ia kembali ke rumah, pasti keadaan kemarin terulang kembali, ia akan mengurung diri dikamar, tidak makan, tidak mandi, tidak bertenaga, hanya berbaring diam menangis meratapi nasib. Benar-benar hidup seperti mayat.
Terpikir oleh Agalia mungkin dirinya akan mengunjungi ruang musik, entah kenapa biasanya Agalia selalu ingin ke perpustakaan, tempat favoritenya karena hening, tenang, dan nyaman. Tetapi ia takut dirinya teringat kembali dengan Adrian, karena tempat pertama kali Agalia bertemu dengan Adrian yaitu di perpustakaan.
Agalia membelokkan langkahnya ke ruang musik sembari berdoa dalam hati mudah-mudahan ruangan itu sepi. Walaupun mustahil jika sebuah ruang musik hening, tetapi bukankah itu yang Agalia butuhkan? Kesunyian hanya membuatnya semakin terlarut dalam luka. Ia ingin mengalihkan pikirannya sejenak.
Ketika sampai didepan pintu ruangan musik, Agalia membukanya perlahan lalu masuk ke dalam ruangan tersebut. Ajaib! doa Agalia terkabulkan, ruangan itu kosong tidak ada orang satupun. Mungkin dikarenakan hari ini hari senin banyak dari murid-murid yang ingin segera meninggalkan lingkungan sekolah.
Agalia duduk di salah satu sofa lalu mengambil sebuah gitar yang letaknya dekat dari tempat duduknya. Ia memangku gitar tersebut dan mencoba memetik sinarnya. Sebuah nadapun tercipta di antara keheningan, Agalia mulai mengeluarkan suara untuk bernyanyi.
I always needed time on my own
I never thought I'd
Need you there when I cry
And the days feel like years when I'm alone
And the bed where you lie
Is made up on your sideWhen you walk away
I count the steps that you take
Do you see how much I need you right now?When you're gone
The pieces of my heart are missin' you
When you're gone
The face I came to know is missin', too
When you're gone
The words I need to hear
To always get me through the day
And make it okay
I miss you..."Ckrkk" suara pintu yang terbuka terdengar oleh Agalia dan gadis itupun otomatis berhenti bernyanyi.
Agalia mengalihkan pandangan melihat ke arah pintu yang setengah terbuka untuk mengetahui siapa yang ada di balik pintu tersebut.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mistakes
FantasyAgalia Emerald gadis cantik jelita dengan rambut blonde yang indah, matanya biru terang, senyumnya bagai sihir yang membuat semua orang menyukainya. Agalia tidak menyukai dunia yang ia tempati sekarang ini, dunia yang penuh drama, kebohongan, konfli...